Senin, 28 April 2014

MA Qudsiyyah Gelar Workshop Pengembangan Ilmu Falak


MA Qudsiyyah Gelar Workshop Pengembangan Ilmu
Falak

Kudus: Madrasah Aliyah Qudsiyyah Kudus menggelar workshop
pengembangan Ilmu Falak di Aula Madrasah setempat,
Sabtu (26/4). Kegiatan yang dibuka Kepala Kemenag
Kudus H.Hambali ini, diikuti 100 peserta dari unsur
tokoh masyarakat dan guru madrasah bidang ilmu falak.
Dalam sambutannya, H Hambali mengharapkan supaya
ilmu falak bisa dijadikan salah satu model keunggulan
pada madrasah di Kabupaten Kudus. Dari sejarahnya,
Kudus merupakan salah satu tolok ukur perkembangan
ilmu falak di Indonesia sehingga sangat perlu diperkuat
dan dikembangkan.
“Kegiatan serupa bisa terus dikembangkan di madrasah-
madrasah lain di Kabupaten Kudus mengingat keilmuwan
falak ini sedikit yang mengembangkannya,” katanya.
Salah satu hal yang mengemuka dalam diskusi yang
bertema “Implementasi Teori dan Praktik Ilmu Falak
dalam Pembelajaran” adalah seringnya perbedaan dalam
menentukan awal puasa maupun Idul Fitri. Narasumber
utama, H. Muhyiddin Khazin, dari UIN Yogyakarta
mengungkapkan perbedaan tersebut salah satu faktor
utamanya dalam persoalan kriteria dan landasan yang
berbeda.
Dijelaskan, pendapat-pendapat yang berbeda salah
satunya adalah kemungkinan bisa terlihatnya hilal
(bulan). “Ada yang menggunakan kriteria tinggi dua
derajat, ada yang kriteria 6,4 derajat baru bisa terlihat,
bahkan ada yang berpendapat yang penting wujud hilal,”
terang anggota Lajnah Falakiyah PBNU ini.
Menurutnya, perbedaan pandangan tersebut sering kali
menjadi sebab ormas sulit untuk disatukan ketika
menentukan awal bulan puasa maupun hari raya Idul
Fitri. “Tetapi kita tidak boleh menyerah, kita terus
berusaha untuk sering melakukan diskusi dengan para
ahli falak di masing-masing ormas utuk melakukan
kesefahaman dan meminimalisir perbedaan,” ujar H
Muhyidin.
Kendati demikian, Dosen Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta ini bersyukur di era sekarang,
walaupun sering berbeda tetapi tetap menghormati satu
sama lain. “Sekarang ini tidak seperti dahulu, yang
begitu memperuncing perbedaan dalam penentapan awal
puasa ataupun Idul Fitri. Kebersamaan harus tetap
diutamakan untuk persatuan dan kesatuan umat muslim
di negeri ini,” pungkasnya.
Hal lain dalam memotivasi para guru dan siswa dalam
acara tersebut adalah karena ilmu falak merupakan salah
satu ilmu bantu dalam ibadah. Dari lima rukun Islam,
empat diantaranya bersinggungan langsung dan
menggunakan ilmu falak.
“Shalat, zakat, puasa, dan haji adalah rukun Islam yang
berkaitan dengan ilmu falak. Penentuan waktu sholat,
arah kiblat juga menggunakan hitungan falak,” terang
H.Muhyidin.(Qomarul Adib/Abdullah Alawi)

Sumber: NU Online
Terbitan (Ahad, 27/04/2014 01:07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar