Tak Hanya Belajar Ilmu, Tetapi Juga Akhlak
Probolinggo; Sejak didirikan tahun 1967 silam oleh KH. Ahmad Bisyri,
Pesantren Rabithatul Islam sangat mengutamakan
pendidikan akhlak dalam mendidik para santri. Hal itu
tergambar dalam ikhtiar sang pendiri yang mengarang
kitab Qisshotul Qiyamah, sebuah kitab tauhid.
“Kitab tersebut dikarang oleh Kiai Ahmad Bisyri saat
masih nyantri di Desa Sentong Kecamatan Krejengan.
Percuma punya santri pintar, tetapi akhlaknya jelek.
Apalagi tidak menghormati orang tua. Itu yang tidak
kami harapkan,” ungkap Pengasuh Pesantren Rabithatul
Islam Kiai Muhammad Hafid, Jum’at (25/4).
Sebagian besar santri Pesantren Rabithatul Islam di
Desa Krejengan Kecamatan Krejengan Kabupaten
Probolinggo ahli menguasai ilmu Qiroatul Qutub dan
Qori’. Sehingga tidak mengherankan jika pesantren ini
berhasil meraih sejumlah prestasi di tingkat regional
maupun lokal.
Di tingkat Provinsi Jawa Timur, pesantren ini mampu
meraih prestasi dalam lomba Qiroatul Qutub dan Qori’.
Sementara di tingkat Kabupaten Probolinggo, prestasi
yang diraih antara lain juara pertama lomba kaligrafi dan
juara lomba bahasa Arab tingkat MA. “Alhamdulillah,
banyak prestasi lain yang diraih santri,” terang Gus
Hafid.
Seperti pesantren lain, Pesantren Rabithatul Islam
menerapkan sistem pendidikan salafiyah. “Santri mulai
mengikuti kegiatan sejak pukul 03.00 yakni dengan salat
Tahajud, dilanjutkan dengan salat Subuh. Selanjutnya
mengaji kitab kuning hingga pukul 06.00,” ungkap pria
dua anak ini.
Di pesantren ini diterapkan sejumlah metode pendidikan
salafiyah. Meliputi madrasah diniyah, pengajian kitab
kuning, kholaqoh diniyah, tahfidatul qur’an hingga
jam’iyah Qurra’ wal Huffadz. Tidak hanya itu, pesantren
ini juga mengelola lembaga kholafiyah atau modern.
Seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Raudlatul
Atfal (RA).
Selain itu, Pesantren Rabithatul Islam juga mengajarkan
pendidikan formal. Meliputi Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Raudhatul Muta’allimin, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-
Islamiyah dan Madrasah Aliyah (MA) Zainul Hasan III.
Meski berada di lingkungan pesentren, lembaga formal
tersebut juga menerima siswa dari luar pondok.
“Sepulang dari bersekolah, para santri mengikuti sekolah
diniyah,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Anam )
Sumber: NU Online
Terbitan (Ahad, 27/04/2014 03:32)
By http://m.facebook.com/elang
Simak http://ellangbassasnawawi.blogspot.com
http://sendang-karangampel.blogspot.com
https://m.facebook.com/nahdlatululamaahlussunnahwaljamaah
https://m.facebook.com/Newsinformationindonesia
https://m.facebook.com/groups/732231473482366?ref=bookmark
Tidak ada komentar:
Posting Komentar