Sabtu, 09 Agustus 2014

Halal Bihalal, Mengurai Kekusutan Persaudaraan


Halal Bihalal, Mengurai Kekusutan Persaudaraan

Cirebon, Istilah halal bihalal banyak digunakan masyarakat Indonesia saat berkumpul dengan sanak saudara dan kerabat seusai perayaan Idul Fitri. Meskipun mengandung unsur bahasa Arab, kata halal bihalal tidak ditemukan dalam kamus Arab modern maupun klasik.

“Halal bihalal hanya merupakan penyebutan khusus terhadap sebuah tradisi yang dikembangkan secara mandiri  oleh masyarakat muslim Indonesia, dengan makna menguraikan kekusutan tali persaudaraan,” ungkap KH Niamillah Aqil, pengasuh Pondok Pesantren Kyai Haji Aqiel Siroj (Khas) Kempek Cirebon pada acara Halal Bihalal Ke-9 Ikatan Santri dan Alumni Astanajapura (Istajap) di Halaman Madrasah Diniyah Wathoniyah Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, Sabtu (2/8) malam.

Kiai Niam melanjutkan, kata halal bihalal bisa disasarkan pada asal bahasa halla-yahallu-hallan, dengan makna terurai atau terlepas. Dengan arti, halal bihalal merupakan sebuah media untuk mengurai kekusutan hubungan persaudaraan dengan saling memaafkan pada saat hari raya Idul Fitri.

“Misal saja, selama setahun sebelum Idul Fitri di tengah-tengah kita terjadi kesalahpahaman, atau banyak kesalahan-kesalahan lain yang dilakukan secara sengaja maupun tidak di antara sesama, maka halal bihalal ini adalah waktu untuk menguraikan keruwetan yang tentu mengganjal hati tersebut. Dengan cara meminta maaf dan juga memaafkan,” jelasnya.

Sedangkan mengapa istilah halal bihalal hanya berlaku setelah Idul Fitri, Kiai Niam menambahkan, hal tersebuut juga karena memiliki hubungan kuat dengan makna lafal Idul Fitri, yakni perayaan kembalinya manusia pada kesucian.

“Idun berarti suatu perayaan yang diulang-ulang, sedangkan fitri bermakna suci. Maka Idul Fitri merupakan perayaan kembalinya manusia terhadap kesucian yang itu hanya bisa diraih dengan memperoleh ampunan dari Allah swt, dan mendapatkan maaf dari sesama manusia,” ujar Kiai Niam.

Selain Kiai Niam,  hadir pula KH Muhammad Bin ja’far yang menyampaikan sambutan atas nama Pimpinan Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon. Menurut Obid Qobidurrizki, Ketua Panitia, acara yang dihadiri ratusan santri, alumni dan warga setempat ini merupakan sebuah wahana siaturrahmi sekaligus media syiar kepesantrenan secara langsung di tengah-tengah masyarakat. (Sobih Adnan/Mahbib)

Sumber: NU Online (Senin, 04/08/2014 18:00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar