Sabtu, 31 Mei 2014

Sendang: Syukuran Masyarakat Jawa

Ahlannawawi ~ Sendang: "Syukuran Masyarakat Jawa"


Sendang Indramayu ~ Setelah panen padi. Warga sendang mengadakan ' 'Syukuran' yang Alhamdulilah di tahun ini. Rata-rata padi yang ditanam hasilnya membaik.


"Demi rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. di adakannya acara syukuran ini, agar warga dapat selalu bersyukur terhadap Rahmat yang telah di berikan Sang Illahi"
Sandiwara Indera Putra


Menceritakan Mbah Kuwu Sangkan



Dalam acara syukuran. "Pada malam harinya di isi dengan hiburan sandiwara (Indera Putera)." Hal itu bukan berarti ria ataupun membuang buang tanpa maksud tertentu, melainkan untuk menyenangkan hati warga sendang, dengan di berikannya hiburan.

Subhanallah. Semua warga berkumpul di tempat yang telah di sediakan. Ternyata banyak warga saling sapa menyapa. Salam menyalam. dan saling memberikan senyuman.
Dalam Islam: " Senyum adalah Ibadah." dari sisi lainnya, selebihnya "dapat merukunkan antar warga, khususnya sesama umat Islam."
Sebab penduduk warga sendang, Mayoritasnya beragama Islam.



Melestarikan budaya jawa "bukan berarti mengikuti agama nenek moyang," tetapi hanya melestarikan budayanya saja. Tujuannya "agar warga itu tahu, bahwa budaya itu termasuk jati diri suatu daerah.


Disamping itu "adanya budaya" adalah sebuah takdir Illahi, kerana tanpa takdirnya Illahi sangat mustahil budaya itu ada. Sebab segala sesuatunya bergantung kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


Sebagaimana Firman-Nya dalam surah Al-Ikhlas ayat 2:
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ﴿٢
Allaahush shamad
Artinya: "Allah adalah Tuhan yang bergantung .
kepada-Nya segala sesuatu"


Oleh karena itu, budaya juga termasuk hal yang bergantung kepada Allah bukan sebaliknya.


Inti daripada syukuran itu adalah: "Bersyukurnya masyarakat terhadap Karunia-Nya dan Rahmat-Nya, sehingga dapat menghasilkan panen. Tanpa sebab Kebesaran-Nya (Karunia-Nya dan Rahmat-Nya) , maka alhasil panennya tidak maksimal.


Sabtu 24-05-2014 10:00 Wib
Redaksi: (elang)




Nasehat seekor nyamuk!

Ahlannawawi: ~ "Nasehat seekor nyamuk!"

Perhatikan suatu "kondisi atau peristiwa." Apa saja dibaliknya atau yang tersembunyi didalamnya.

Pada saat seorang duduk santai sendirian atau bersama orang lain sambil "berdialog atau berdiskusi" dengan teman obrolannya, entah itu dengan "keluarganya atau tetangganya." Kemudian tiba-tiba ada 'seekor nyamuk' yang menghampiri bagian tubuhnya.

Apa yang terjadi? Ternyata :seekor nyamuk" tadi menggigit bagian anggota tubuh seorang yang tadi. Pada saat orang yang tadi merasakan "gigitan nyamuk" itu. Tangannya langsung memukul 'nyamuk' itu tepat sasaran, dan nyamuk itu mati!

Perhatikan juga: "Bagaimana bila seorang hamba yang hanya membuat kemungkaran di hadapan Tuhannya?" Jika Allah menghendaki  "menghukum atau memberikan ujian pada seorang hambahnya." Niscaya pasti terjadi. Sebabnya? Karena tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi Kehendak Illahi.

Kesimpulannya: "Peristiwa tadi (seorang yang memukul nyamuk), dapat di jadikan suatu pelajaran, untuk mengingatkan seseorang menjauhi yang dilarang-Nya. Maka sudah barang tentu, "seorang yang menjauhi larangan-Nya," berarti ia telah menjalankan suatu yang diperintahkan-Nya."

Istilahnya: "Menjauhi larangan berarti ia sudah termasuk menjalankan perintah, yang menjalankan perintah berarti ia sudah termasuk untuk menjauhkan dirinya dengan yang di larang."

Contoh yang sederhana: "Seorang yang menjalankan sholat adalah seorang yang menjauhkan dirinya dengan suatu yang dilarang. Sebab yang dilarang itu bila tidak mau sholat. Karena sholat itu adalah sebuah perintah."

Redaksi: (elang)

Jumat, 30 Mei 2014

Selamatkan Indonesia !

Ahlannawawi: ~ "Selamatkan Indonesia !"

Di dalam pembukaan UUD-1945,  bahwa NKRI ini merdeka adalah karena pertolongan para leluhur dan berkat Tuhan Yang Maha Esa.

"Leluhur dapat diartikan adalah orang orang Salaf atau orang orang sholeh terdahulu."

Oleh karena itu, "selamatkan Indonesia dari perpecahan". Adapun bila menjaga NKRI dari perpecahan berarti "ia menghargai jasa jasa leluhur/pejuang bangsa dan yang jelas bahwasanya ia telah menunjukkan rasa syukur terhadap Allah Ta'ala." karena sangat mustahil bila tanpa 'berkat Allah' Indonesia bisa 'merdeka'. Sebab para pejuang kita waktu dulu itu hanya bersenjatakan pana, tombak, dan bambu runcing sedangkan para penjajah sudah bersenjatakan pistol ataupun meriam.

"Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadia dari penjajah ataupun sekutu, melainkan karena semangat perjuangan melawan penjajah dengan darah dan nyawa, disamping itu anak dan istri yang ia (para pejuang) cintai di tinggalkan di rumah, demi Indonesia."

Kesimpulannya: "Cintanya para pahlawan terhadap Indonesia bukanlah topeng belaka"

Catatan: "Hargai yang sifatnya perbedaan, entah itu keberagamaan. Ke istiadatan, kebudayaan, ke tradisian."

Perlu di ingat: "Manusia boleh berencana dan berusaha selebihnya Tuhan yang menentukan."

Redaksi (elang)

Indonesia Butuh Pemimpin Moderat

Ahlannawawi: ~ "Indonesia Butuh Pemimpin Moderat"

Jakarta ~ Rais Syuriyah PBNU KH Hasyim Muzadi mengungkapkan perlunya pemimpin yang mau memperjuangkan prinsip wasathan atau moderat dan keseimbangan. Prinsip tersebut, menurutnya, merupakan sendi dari manhaj Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah yang sangat penting dikembangkan di Indonesia.
Selama ini ekonomi kita dikuasai oleh pihak tertentu saja. Karena itu Islam menolak politik ekonomi kartel. Di sinilah perlunya prinsip al-wasathiyah di bidang ekonomi. Ekonomi harus dibangun secara merata. Jangan hanya dikuasai sekelompok kecil orang saja,” papar Hasyim, dalam Bathsul Masail Raapat Kerja Nasional (Rakernas) Muslimat NU, di Asrama Haji Pondok Gede, Rabu (28/5).

Selain Hasyim, Bathsul Masail bertajuk ‘Memilih Pemimpin Menuju Indonesia Bermartabat’ itu menghadirkan pengamat politik, Hamdi Muluk, dan  dimoderatori putri Gus Dur, Yenni Wahid.

Dalam paparannya Hasyim mengungkapkan pentingnya komitmen pemimpin bangsa dalam mempertahankan prinsip tawasuth dan keadilan karena menurut dia, sikap moderat dan adil saat ini hampir hilang di Indonesia.

“Selain keadilan dalam akses ekonomi, dalam pendidikan prinsip ini juga diperlukan, agar anak bangsaa kita mempunyai keseimbangan dalam berpikir dan bersikap. Begitupun dalam budaya, hukum dan politiknya,” tandas Hasyim seraya mengungkapkan keprihatinan atas produk legislasi di Indonesia yang masih pro asing dan tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat.

“Saat ini ada 20 Undang-undang terkait tambang, minyak, pendidikan dan lainnya yang tidaak pro rakyat, tapi pro asing. Makanya kita butuh pemimpin yang mau berkomitmen dalam memperjuangkan ini,” imbuhnya.

Pengamat Politik Hamdi Muluk, mengungkapkan, dalam teori perilaku politik, sikap yang ditunjukkan para politisi saat ini menujukkan kelemahan dalam komunikasi politik. Ia mencontohkan maraknya kampanye busuk yang menyudutkan calon tertentu, yang malah menjadi serangan balik bagi sang penyerang. “Kampanye SARA yang marak ditujukan kepada Jokowi misalnya, sekarang malah jadi serangan balik buat Prabowo. Sebab bahasa yang disampaikan bersayap,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan perlunya kerja sama semua elemen, dalam membenahi Indonesia. “Kami sering berdiskusi, bahwa kita harus panggil orang-orang terbaik di negeri ini untuk turun tangan mengurus negeri ini. Karena itu, kita sempat menginventarisir  19 tokoh publik yang berkompeten dan dipandang mampu menangani problem di negeri ini. Salah satu dari 19 tokoh tersebut adalah  ibu khofifah,” paparnya.‎ (Ahmad Millah/Mahbib)

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,52340-lang,id-c,nasional-t,Indonesia+Butuh+Pemimpin+Moderat-.phpx
Terbitan (Jumat, 30/05/2014 11:01)

Fadilah Rasulullah SAW di atas Nabi Musa As

Ahlannawawi ~ ISRA' MI'RAJ X: "Fadilah Rasulullah SAW di atas Nabi Musa As"

Kalimullah adalah prediket istimewa yang hanya diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa as. Beliaulah nabi yang semasa hidupnya diberi anugerah kemampuan berkomunikasi dengan Allah swt secara langsung. Pertemuan antara keduanya terjadi di langit ke enam.
Akan tetapi sebelum berjumpa dengan Nabi Musa as , Rasulullah saw telah diperlihatkan beberapa kelompok manusia. Kelopok pertama tidak terlalu sedikit yang dipimpin seorang nabi. Kelompok kedua lebih banyak lagi yang dipemimpin seorang Nabi. Kelompok ketiga banyak sekali hampir menutupi semua arah, namun di sana tidak ada seorang nabi yang memimpin. Kemudian Rasulullah saw bertanay, siapa mereka ini? mereka adalah umat Nabi Musa as. Ketika Rasulullah saw masih memperhatikan kelompok terakhir ini, diusulkan kepada beliau untuk sedikit menengok ke atas. Sungguh kaget Rasulullah saw melihat manusia yang begitu banyak membanjiri semua arah. Rasulullah saw pun bertanya kembali siapa mereka ini? inilah umatmu ya Muhammad. Tujuh puluh ribu dari mereka akan masuk surga tanpa hisab.

Barulah setelah itu Rasulullah saw berjumpa dengan Nabi Musa as, setelah memberikan do’a kepada Rasulullah saw. Nabi Musa berkata “Orang-orang mengira bahwa saya adalah orang yang paling mulia di sisi Allah, akan tetapi Engkau lebih mulia menurut-Nya dari padaku. Ketika Rasulullah saw telah pergi Nabi Musa meneteskan air mata dan berkata “Anak yang diutus setelahku ternyata akan masuk surga bersama-sama umatnya yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pada umatku, padahal Bani Israel menganggapku orang paling mulia.Hebatnya dia (Muhammad) nanti akan masuk surga tidak sendirian, tetapi bersama-sama umatnya (yang jumlahnya jauh lebih banyak).

Dengan kata lain, Nabi Musa as menganggap Rasulullah saw jauh lebih sukses dalam berdakwah dari padanya. Dan Rasulullah juga lebih istimewa dari padanya. Demikianlah yang tercatat dalam Ad-Dardiri ala Qishshatil Mi’raj

...قال يزعم الناس أنى أكرم بنى أدم على الله من هذا بل هو أكرم على الله منى فلما جاوزه النبي صلى الله عليه وسلم بكى فقيل له مايبكيك قال أبكى لأن غلاما بعث من بعدى يدخل الجنة من أمته أكثر ممن يدخل الجنة من أمتى يزعم بنواسرائيل انى أكرم بنى أدم خلفنى فى دنيا وأنا فى أخرى فلو أنه فى نفسه لم أبال ولكن معه امته.

(red. Ulil H)

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,52344-lang,id-c,ubudiyah-t,Fadilah+Rasulullah+di+atas+Nabi+Musa-.phpx

Editing Posts: (elang)

Hukum Membaca Iftitah dan Tahiyat Akhir

Ahlannawawi ~ Hukum Membaca Iftitah dan Tahiyat Akhir

Assalamualaikum. Saya ingin bertanya, doa iftitah dan doa tahiyat awal akhir menurut jumhur ulama mazhab Syafi’i bagaimana? Terimaksih. Soalnya gerakan sawah (salafi- wahabi) sedang mengembangkan pengaruhnya di tempat saya dan mempersoalkan hal ini. (Ihwan Rosadi, Solo) –Red: Harap ditambahkan bacaan iftitah dan tahiyat akhir.

Wa’alaikumsalam wa rahamatullah wa barakatuh

Saudara Ihwan Rosadi yang kami hormati.

Dalam pandangan Madzhab Syafi’i, kesunatan-kesunatan shalat dibedakan menjadi dua: sunnah ab’adh dan haiat.

Kesunatan-kesunatan shalat yang sifatnya ab’adh merekomendasikan (masih disunnatkan) sujud sahwi apabila ditinggalkan baik sengaja maupun lupa seperti membaca qunut ketika selesai i’tidal pada waktu rekaat kedua dalam shalat Subuh dan  rekaat terakhir shalat witir pada tanggal 16 Ramadhan ke atas, atau meninggalkan tahiyat awal. Kedua hal itu (qunut dan tahiyat awal) merupakan sunnah ab’adh dalam shalat.

Sementara sunnah-sunnah haiat tidaklah demikian, artinya apabila kesunatan-kesunatan ini tidak dilakukan (ditinggalkan), tidak dianjurkan (disunatkan)  untuk sujud sahwi. Keterangan  ini dapat dijumpai dalam kitab-kitab fiqih madzhab syafi’i seperti Fath Al-Qarib, Fath al-Mu’in  dan lain-lain.

Saudara penanya yang dirahmati Allah.

Redaksi do’a iftitah cukup banyak diantaranya adalah yang sering diamalkan oleh warga Nahdhiyyin dengan mengacu  kitab al-Adzkar lin-Nawawi:

  اللَّهُ أكبرُ كَبِيراً، والحمدُ لِلَّه كَثِيراً، وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيلاً؛ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفاً مُسْلِماً، وما أنا من المُشْرِكِينَ، إنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبّ العالَمِينَ، لا شَرِيكَ لهُ، وَبِذَلِكَ أمرتُ وأنَا مِنَ المُسْلِمينَ

Selain redaksi diatas, sebenarnya masih ada beberapa redaksi  do’a iftitah  lain yang tidak perlu dipermasalahkan karena mengacu kepada riwayat-riwayat yang jelas sumber dan rujukannya. Sementara untuk redaksi tahiyat awal adalah sebagai berikut:

التَّحِيَّاتُ المُبارَكاتُ الصَّلَواتُ الطَّيِّباتُ لِلَّهِ، السَّلامُ عَلَيْكَ أيُّهَا النبي ورحمة ُ الله وبركاته، السلام علينا وعلى عِبادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أشهدُ أنْ لا إِلهَ إِلاَّ اللَّه، وأشهد أن محمدٌ رسولُ الله

Itulah redaksi  tasyahud  baik awal maupun akhir  yang dipilih oleh Imam Syafi’i berdasarkan riwayat dari Imam Muslin yang bersumber dari Ibnu Abbas.

Dengan jawaban ini dapat dimengerti bahwa amalan-amalan yang telah dilakukan oleh warga Nahdhiyyin mengacu pada sumber-sumber rujukan yang valid keabsahannya.

Wallahu a’lam. (Maftukhan Sholikhin)

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,59-id,52304-lang,id-c,bahtsul+masail-t,Hukum+Membaca+Iftitah+dan+Tahiyat+Akhir-.phpx
(Jumat, 30/05/2014 03:01)

Editing Posts: (elang)

Kamis, 29 Mei 2014

Alkisah Rasulullah SAW Lima Pemberhentian Bersejarah

Ahlannawawi ~ ISRA' MI'RAJ II
"Lima Pemberhentian Bersejarah"

Di tengah perjalanan Rasulullah saw dari Makkah menuju Baitul Maqdis, tiba-tiba jibril mengintruksikan kepada buraq untuk berhenti di suatu tempat dan mempersilahkan Rasulullah saw turun untuk bersembahyang. Setelah itu Jibril menerangkan bahwa tempat ini nantinya akan menjadi tujuan hijrah-mu, inilah kota yang akan dikenal dengan sebuatan Madinah. Nabipun tidak terlalu banyak bertanya. Jibril selaku penunjuk jalan mengisyaratkan bahwa perjalanan akan segera dilanjutkan, dan rasulullah saw dipersilahkan untuk naik kembali ke tempat semual.

Beberapa saat kemudian, jibril kembali memberhentikan perjalanan. Dia menunjukkan bahwa tempat inilah yang disebut dengan kota madian. Kota bersejarah bagi nabi Musa a.s. Kembali Jibril menganjurkan Rasulullah saw untuk melakukan sembahyang di tempat tersebut. Setelah itu perjalanan kembali dilanjutkan.

Setelah sampai di sebuah gunung buraqpun kembali berhenti dan Jibri menerangkan bahwa gunung ini adalah satu-satunya gunung yang terpilih sebagai tempat dimana Allah berbicara langsung dengan nabi Musa as. Maka segeralah Nabi Muhammad saw mendirikan shalat di sana.

Pemberhentian keempat kalinya terjadi di Betlehem (baitullahmi) tempat kelahiran Nabi Isa as. Seperti ketiga tempat lainnya Rasulullah saw pun dianjurkan Jibril untuk bersembahyang di sana. Tidak diterangkan dengan lengkap berapa raka’at Rasulullah saw mendirikan shalat dalam keempat pemberhentian tersebut. Tetapi momentum ini menunjukkan kepada umatnya betapa pentingnya napaktilas dan berziarah ke tempet-tempat bersejarah. Karena sejarah mengandung satu pelajaran yang tidak bisa diajarkan oleh yang lain.

Dan terakhir Rasulullah saw berhenti di Baitul Maqdis, di sana Rasulullah saw melaksanakan jama’ah bersama para nabi, para rasul dan juga para malaikat. Mengenai proses jama’ah ini akan diterangkan dalam tulisan lanjutan. (red. Ulil H) 

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,51910-lang,id-c,ubudiyah-t,Lima+Pemberhentian+Bersejarah-.phpx
(Senin, 12/05/2014 12:07)

Editing Posts: (elang)

Di Langit Kedua Rasulullah SAW berjumpa dengan Nabi Isa As

Ahlannawawi ~ "Di Langit Kedua Rasulullah SAW berjumpa dengan Nabi Isa As"

ISRA' MI'RAJ VI
Di Langit Kedua Belajar Memahami Makna Ruhullah

Setelah usai berjumpa Nabi adam selaku Abul basyar, bersama Jibril Rasulullah saw melanjutkan perjalanan menuju langit yang kedua. Di sanalah Rasulullah saw. berjumpa dengan Nabi Isa as. Dalam salah satu riwayat diceritakan ketika Rasulullah saw sampai di langit ke dua disambutlah segera dengan riang oleh Nabi Isa as. dan Yahya. Seperti yang diterangkan dalam Ad-Dardiri ala Qishshatil Mi’raj

ثم صعد الى السماء الثانية فاستفتح جبريل فقيل من هذا...ففتح لهما فلما خلصا اذهو بابنى الخالة عيسى ابن مريم ويحيى بن زكريا شيبه...

Akan tetapi cerita yang masyhur di langit kedua Rsulullah saw hanya berjumpa dengan Nabi Isa yang mendapatkan julukan Ruhullah. Secara bahasa kata Ruhullah dapat diartikan dengan ruh Allah swt. dikatakan demikian karena Nabi Isa telah dikarunia oleh Allah swt. ruhul qudus. Karena itulah Isa as. dapat menghidupkan kembali orang yang telah mati, menghidupkan burung dari segumpal tanah, dan menyembukan berbagai macam penyakit, dan Nabi Isa as. mampu naik ke langit  sendiri dengan izin-Nya. Pertemuan ini merupakan petanda bagi manusia bahwa semua kehidupan dan segala macam pergerakan makhluk yang ada di bumi sangat tergantung oleh ruh yang dikendalikan oleh Allah swt.

Jika di langit pertama Rasulullah saw berjumpa dengan Nabi Adam as. mengandung gambaran akan asal-usul kehidupan manusia -sangkan, paraning dumadi, maka pertemua dengan Nabi Isa – Ruhullah as. menunjukkan adanya sumber dari pergerakan dan aktifitas itu sendiri.  Sesungguhnya segala gerak-aktifitas manusia berasal dari-Nya. sebagaimana firman Allah swt dalam surat As-Shofat ayat 96:

والله خلقكم وما تعلمون

Dan Allah yang menciptakan (mendhahirkan) kamu dan (Allah pula yang menciptakan) perbuatan kamu.

Oleh karenanya seorang sufi mengatakan “barang siapa yang melihat benda bergerak dan diam, tetapi pergerakan itu tidak dipandang dari Allah swt, maka sesungguhnya orang itu telah makrifatnya kepada Allah swt yang menjadikan dan menggerakkan benda itu”. (red. Ulil H)

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,52266-lang,id-c,ubudiyah-t,Di+Langit+Kedua+Belajar+Memahami+Makna+Ruhullah-.phpx
(Rabu, 28/05/2014 16:00)

Editing Posts: (elang)

Di Langit ke empat Rasulullah SAW bertemu Nabi Idris As

Ahlannawawi ~ "Di Langit ke empat Rasulullah SAW bertemu Nabi Idris As"

ISRA' MI'RAJ VIII: "Belajar Kematian Kepada Nabi Idris as"

Di langit ke empat Rasulullah saw diantar Jibril bertemu dengan Nabi Idris as. Ia berada dalam posisi di atas. Karena demikianlah karunia yang diberikan Allah swt kepadanya. Nabi Idris adalah nabi yang pernah merasakan surga selama hidup di dunia. Dia pula yang pernah diberi keistimewaan oleh Allah swt untuk merasakan kematian dalam kehidupan. Karena Allah swt tidak memperbolehkan siapapun masuk surga sebelum mati terlebih dahulu.

فلما رفعه باذن الله تعالى سأل ربه دخول الجنة فقيل له لايدخلها الا من ذاق الموت فسأل ربه الموت...

Ketika Idris diangkat oleh Allah diapun meminta agar dimasukkan surga, tetapi tidak diperbolehkan kecuali sudah mati. Kemudian Nabi Idris as.pun meminta kepada Allah swt kematian.

Meskipun tidak ada keterangan mengenai isi pembicaraan antara Rasulullah saw dan Nabi idris as. akan tetapi perjumpaan itu memberikan banyak pemahaman kepada Rasulullah saw makna kematian. Bahwa kematian yang pernah dianugerahkan Allah swt kepada Nabi Idris as. dapat diterapkan dalam kehidupan manusia dalam berbagai makna. Diantaranya mati dalam arti usaha menindas keinginan nafsu. Demikian Rasulullah saw pernah bersabda:

موتوا قبل تموتوا ومن اراد ان ينظر الى الميت يمشى على وجه الأرض فلينظر الى ابى بكر

Matilah engkau sebelum datang kematian. Siapa yang ingin melihat mayat berjalan di permukaan bumi, lihatlah Abu Bakar.

Begitu pula haditsnya yang berbunyi:

الناس نيام واذا موتو انتبنوا

Semua manusia sebenarnya dalam keadaan tidur, apabila mati, barulah mereka bangun.

Yang dimaksud dengan mati di sini adalah mati maknawi bukan mati hissi. Yaitu mati semua nafsu amarahnya, termasuk diantaranya adalah tidak pernah merasa kuat, tidak pernah merasa mulia, tidak pernah merasa benar dan lain sebagainya. Karena barang siapa masih merasa memiliki sifat kehidupan berarti hawa nafsunya belum mati, karena semua itu pada hakikatnya adalah milik Allah swt. dan manusia hanya diberikan  sedikit hak untuk menggunakannya. (red. Ulil H)

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,52294-lang,id-c,ubudiyah-t,Belajar+Kematian+Kepada+Nabi+Idris+as-.phpx
(Kamis, 29/05/2014 12:00)

Editing Posts: (elang)

Di Langit ketiga Rasulullah SAW Berjumpa dengan Nabi Yusuf as

Ahlannawawi ~ ISRA' MI'RAJ VII: "Di Langit ketiga Rasulullah SAW Berjumpa dengan Nabi Yusuf as "

ثم صعد الى السماء الثالثة فاستفتح جبريل قيل ومن هذا قال جبريل ومن معك قال محمد قيل أوقد أرسل اليه قال نعم قيل مرحبا به وأهلا حياه الله من أخ ومن خليفة فنعم الأخ ونعم الخليفة ونعم المجئ جاء ففتح لهما فلما خلصا اذا هو بيوسف...

Kemudian sampailah Rasulullah saw diantar bersama Jibril ke langit yang ketiga. Di sana beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf as. dan beberapa pengikutnya. Setelah saling memperkenalkan diri, Nabi Yusuf as. pun mendoakan Rasulullah saw.

Nabi Yusuf as. adalah seorang Nabi yang dianugerahi ketampanan wajah dan kebaikan budi pekerti. Keteguhan imannya tergambar dalam ceritanya yang masyhur menolak ajakan Zulaikha. Meski demikian, dijelaskan bahwa ketampanan dan kebaikan yang dimilikinya senilai dengan separo kebaikan dan ketampanan Rasulullah saw.

Profil Nabi Yusuf as. merupakan salah satu bukti ejawantah sifat Jamalnya Allah swt yang sebaiknya didambakan oleh semua hambanya. Karena sifat Jamalullah inilah yang akan melengkapi diri manusia. Jika diri manusia dibagai dua antara yang dhahir dan yang bathin, maka keduanya juga harus sama-sama diperlengkapi dengan keindahan.

Dengan kata lain, sisi keindahan yang lebih condong pada nilai asesoris dalam hati dan budi pekerti manusia sangatlah penting, walaupun bukan subtansial. Karena hanya dengan keindahan itulah seorang hamba akan dapat berjumpa dengan Allah swt. karena pada hakekatnya Allah adalah Yang Maha Indah. Innallaha jamalun, yuhibbul jamal. (Red. Ulil H)   

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,52293-lang,id-c,ubudiyah-t,Berjumpa+Nabi+Yusuf+as+di+Langit+yang+Ketiga-.phpx
(Kamis, 29/05/2014 06:00)

Editing Posts: elang

Di Langit ke empat Rasulullah SAW bertemu Nabi Idris As

Ahlannawawi ~ "Di Langit ke empat Rasulullah SAW bertemu Nabi Idris As"

ISRA' MI'RAJ VIII: "Belajar Kematian Kepada Nabi Idris as"

Di langit ke empat Rasulullah saw diantar Jibril bertemu dengan Nabi Idris as. Ia berada dalam posisi di atas. Karena demikianlah karunia yang diberikan Allah swt kepadanya. Nabi Idris adalah nabi yang pernah merasakan surga selama hidup di dunia. Dia pula yang pernah diberi keistimewaan oleh Allah swt untuk merasakan kematian dalam kehidupan. Karena Allah swt tidak memperbolehkan siapapun masuk surga sebelum mati terlebih dahulu.

فلما رفعه باذن الله تعالى سأل ربه دخول الجنة فقيل له لايدخلها الا من ذاق الموت فسأل ربه الموت...

Ketika Idris diangkat oleh Allah diapun meminta agar dimasukkan surga, tetapi tidak diperbolehkan kecuali sudah mati. Kemudian Nabi Idris as.pun meminta kepada Allah swt kematian.

Meskipun tidak ada keterangan mengenai isi pembicaraan antara Rasulullah saw dan Nabi idris as. akan tetapi perjumpaan itu memberikan banyak pemahaman kepada Rasulullah saw makna kematian. Bahwa kematian yang pernah dianugerahkan Allah swt kepada Nabi Idris as. dapat diterapkan dalam kehidupan manusia dalam berbagai makna. Diantaranya mati dalam arti usaha menindas keinginan nafsu. Demikian Rasulullah saw pernah bersabda:

موتوا قبل تموتوا ومن اراد ان ينظر الى الميت يمشى على وجه الأرض فلينظر الى ابى بكر

Matilah engkau sebelum datang kematian. Siapa yang ingin melihat mayat berjalan di permukaan bumi, lihatlah Abu Bakar.

Begitu pula haditsnya yang berbunyi:

الناس نيام واذا موتو انتبنوا

Semua manusia sebenarnya dalam keadaan tidur, apabila mati, barulah mereka bangun.

Yang dimaksud dengan mati di sini adalah mati maknawi bukan mati hissi. Yaitu mati semua nafsu amarahnya, termasuk diantaranya adalah tidak pernah merasa kuat, tidak pernah merasa mulia, tidak pernah merasa benar dan lain sebagainya. Karena barang siapa masih merasa memiliki sifat kehidupan berarti hawa nafsunya belum mati, karena semua itu pada hakikatnya adalah milik Allah swt. dan manusia hanya diberikan  sedikit hak untuk menggunakannya. (red. Ulil H)

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,52294-lang,id-c,ubudiyah-t,Belajar+Kematian+Kepada+Nabi+Idris+as-.phpx
(Kamis, 29/05/2014 12:00)

Editing Posts: (elang)

Orang Gila adalah Guruku

Ahlannawawi ~ "Orang Gila adalah Guruku"

Orang gila tidak perlu di hina tetapi pelajarilah ilmunya berdasarkan nasehat nasehatnya.

Nasehat daripadanya adalah cara membersihkan lingkungan: "Sebagaimana ia setiap harinya memunguti sampah sampah yang berserakan di jalanan yang kemudian jalanan itu menjadi indah dilihat oleh mata."

Dalam islam pun "Kebersihan adalah sebagian daripada iman. Apalagi yang menciptakan manusia itu adalah Tuhan yang Maha Suci."

Disisi lainnya "kepribadian orang gila itu" ketika ia didekati orang yang normal. "Kepalanya akan merunduk dan seperti merasa malu."

Sifat malunya itu adalah sebuah nasehatnya, bahwasanya: "Orang yang normal itu mesti mempunyai sifat malu, karena manusia itu diciptakan daripada setetes air hina, yang dengan kemurahan Allah dan Kekuasaan-Nya sehingga air hina itu berubah menjadi seorang manusia."

Selebihnya seorang yang normal itu tidak perlu merasa bangga. Semestinya ia harus ada pendirian daripada sifat malunya, demi menjaga kehormatannya, harga dirinya, dan dengan sifat malunya ia (orang normal) akan bersih keras selalu sujud di hadapan Tuhannya.

Dalam sifat malu itu orang akan mengerti: "Bahwa dengan rasa malunya ia akan menjauhkan dirinya dari etika yang tidak layak di tunjukkan, karena dengan adanya rasa malu ia akan menjadi seorang yang beradab dan berakhlak baik."

"Sifat malu mengajarkan seseorang dengan sikap sopan dan santun dalam tindak tanduknya. Rasa malunya akan mengarahkan ke arah yang positif bagi si pemiliknya disetiap saat ia bertindak"

Selebihnya lagi dengan sikap malunya itu "ia akan selalu rendah hati dengan sesuatu yang ia temui. Ketika ia menghadap Tuhannya, menghadap orang yang lebih tua darinya dan menghadap orang yang lebih mulia darinya."

Disamping itu: "sikap malu akan merubah sifat seseorang yang sebelumnya keras menjadi lembut, sedangkan yang menciptakan manusia itu adalah Dzat yang Maha Lembut, sebagaimana yang dikatakan Asma-ul-husnah yaitu 'Al-Lathiif' (Yang Maha Lembut)."

Catatan: Dua nasehat yang diberikan orang gila tadi adalah sebuah nasehat yang positif dan banyak sekali manfaatnya, salah satunya tadi, kebersihan dan sifat malu. Karena bila seseorang sudah menjaga kebersihan dan sifat malu, akan mengarahkan si pemiliknya ke arah yang lebih baik.

Perlu di ingat: "Orang normal jangan menghina/meremehkan orang gila"

Penulis: (elang)

Ungkapan KH Said Aqil Siraj: "NU bukan bagian dari parpol melainkan NU mengembangkan ajaran Islam ala aswaja

Ahlannawawi:~ Ungkapan! KH Said Aqil Siraj: "NU bukan bagian dari parpol melainkan NU mengembangkan ajaran Islam ala aswaja"

1. NU merupakan jam'iyyah diniyyah ijtima'iyyah, organisasi masyarakat keagamaan.

2. Sejak awal didirikan oleh para Kyai, NU mengemban tugas besar menjaga, merawat & mengembangkan ajaran Islam ala aswaja di bumi nusantara

3. Karenanya sudah teramat jelas bahwa NU tidak bertujuan meraih kekuasaan politik.

4. Kalaupun harus menyebut istilah politik, maka politik NU adalah politik kebangsaan dan politik kerakyatan.

5. NU menunjukkan bahwa jalan menuju kemaslahatan individual dan kolektif terbentang begitu banyak dan luas.

6. Kekuasaan politik praktis adl sebagian saja dari berbagai jalan yg ada. Hingga skrg & kelak, NU secara tegas &teguh memegang Khittah 1926

7. Salah satu pelajaran penting dr Khittah 1926 adl NU keluar dari batas2 partai politik. NU meluaskan pandangan & pengertian thdp politik

8. Perluasan pandangan itu beranjak dari sebatas tukar guling kekuasaan meluas menjadi perjuangan kemaslahatan.

9. Sejak mengemban amanah Ketua Umum PBNU, saya dengan sadar & sengaja berusaha meneruskan komitmen Khittah 1926.

10. NU bukan bagian dari partai politik apapun. Bukan bagian dari PDIP, GOLKAR, PD, GERINDRA, PKB, PPP, dan seterusnya

11. Bagi saya, Karena NU jauh lebih besar dari partai, justru partai2lah yang jadi bagian dari NU. Dan banyak sekali kader2 NU ada di dlmnya

12. Indonesia pasca reformasi yg antara lain ditandai dgn semangat desentralisasi atau otonomi daerah dibajak oleh penumpang gelap demokrasi

13. Pembajakan demokrasi itu membuat kekuasaan politik tersebar secara luas & menyeret masyarakat dlm iming2 duniawi sulit dikendalikan.

14. Dalam pusaran semacam itu, unsur-unsur dalam NU kerap diseret-seret untuk terlibat dalam arus kekuasaan politik praktis.

15. Dari level nasional hingga daerah, kecenderungan ini terjadi secara sporadis.

16. Kita tahu bahwa jumlah Nahdliyyin, merujuk sejumlah survei akademik, pemerintah, dan intelijen, memang besar sekali secara demografis.

17. Tidak heran jika Agenda semacam pemilihan kepala daerah, seringkali membuat Nahdliyyin dihitung sebatas sebagai penyumbang suara

17. Yg kerap dilupakan, besarnya jumlah warga NU adl hasil perjuangan keaswajaan dgn kesadaran, bukan semata akibat dari politik praktis

Dirangkum dari twitter KH Said Aqil Siroj  Ketua Umum PBNU, 28 Mei 2014

Editing Posts: (elang)

Peninggalan Sayyidina Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam

Ahlannawawi:~ "Peninggalan Sayyidina Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam"

"Mari saksikan daripada benda benda peninggalan Rasulullah SAW yang tersimpan baik, yang ada di museum Topkapi di Istanbul, Turki"

Informasi selebihnya bisa di simak di link dibawah ini. Atau bisa dilihat langsung di youtube dengan judul Sacred Deposits Prophet Mohammad (SAWS)

Video yang pertama bisa di buka di link ini
http://www.youtube.com/watch?v=M7T-GEkXg94&feature=youtube_gdata_player

Video yang ke dua bisa di buka di link ini
http://www.youtube.com/watch?v=cD2mdbgsNrM&feature=youtube_gdata_player

Catatan: Mohon maaf! "Videonya menggunakan bahasa arab namun renungkan saja."

Redaksi: (elang)

Bila hujan tiba, maka dengarkanlah dakwahnya

Ahlannawawi: ~ "Bila hujan tiba, maka dengarkanlah dakwahnya!"

Hujan akan mengenalkan seseorang dengan kebesaran Tuhanya, dan mengingatkan seseorang dengan Dzat Yang Maha Kuasa

Mengapa demikian?
Sebenarnya:  "tidak ada yang namanya hujan, atau tidak ada air yang turun dari atas." Apa sebabnya? "Adanya hujan disaat hujan itu tiba, atau disaat adanya air yang turun dari atas." Apa kaitanya? Jika peristiwa tadi tidak ada, maka jelas tidak ada yang namanya hujan."

Selebihnya: "Hujan itu disebabkan tanda tanda Kekuasaan-Nya, adanya hujan, karena sudah tentu ada sumbernya. Siapakah sumbernya? Siapa lagi kalau bukan Dzat yang Maha Pencipta.

Pada saat hujan itu tiba, maka dengarkanlah baik baik dan nikmatilah rintikan rintikan air hujan. Kemudian cernahkan. Apa saja yang tersembunyi dibalik suatu peristiwa itu.

Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya air dari atas atau atmosfer.
Sebelum hujan itu tiba, biasanya adanya angin dulu, setelah melewati beberapa proses, tibalah saatnya hujan itu.

Lantas apa dibalik peristiwa hujan itu? Ketika hujan tiba akan mengingatkan seseorang dengan suatu ayat suci Al-Quran, dalam surah An-Nahl ayat 10-11. Sebagai berikut:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ
Huwal-ladzii anzala minassamaa-i maa-an lakum minhu syaraabun waminhu syajarun fiihi tusiimuun(a)
011

Artinya: "Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu." – (QS.16:10)

يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Yunbitu lakum bihizzar'a wazzaituuna wannakhiila wal a'naaba wamin kullits-tsamaraati inna fii dzalika li-aayatan liqaumin yatafakkaruun(a)

Artinya: "Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman: zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan." – (QS.16:11)

Wallahu 'Alam

Kesimpulannya: Subhanallah! "Ternyata bukan manusia saja yang mengajari ngaji kepada seseorang, bahkan dari peristiwa ketika tibanya hujan, dapat mengingatkan seseorang dengan suatu ayat tadi."

Catatan: Itulah keistimewaan hujan. Hujan menunjukkan kebenaran Kekuasaan-Nya yang meliputi alam semesta ini. Maka dengarkanlah!

Penulis (elang)

Bila hujan tiba, maka dengarkanlah dakwahnya

Ahlannawawi: ~ "Bila hujan tiba, maka dengarkanlah dakwahnya!"

Hujan akan mengenalkan seseorang dengan kebesaran Tuhanya, dan mengingatkan seseorang dengan Dzat Yang Maha Kuasa

Mengapa demikian?
Sebenarnya:  "tidak ada yang namanya hujan, atau tidak ada air yang turun dari atas." Apa sebabnya? "Adanya hujan disaat hujan itu tiba, atau disaat adanya air yang turun dari atas." Apa kaitanya? Jika peristiwa tadi tidak ada, maka jelas tidak ada yang namanya hujan."

Selebihnya: "Hujan itu disebabkan tanda tanda Kekuasaan-Nya, adanya hujan, karena sudah tentu ada sumbernya. Siapakah sumbernya? Siapa lagi kalau bukan Dzat yang Maha Pencipta.

Pada saat hujan itu tiba, maka dengarkanlah baik baik dan nikmatilah rintikan rintikan air hujan. Kemudian cernahkan. Apa saja yang tersembunyi dibalik suatu peristiwa itu.

Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya air dari atas atau atmosfer.
Sebelum hujan itu tiba, biasanya adanya angin dulu, setelah melewati beberapa proses, tibalah saatnya hujan itu.

Lantas apa dibalik peristiwa hujan itu? Ketika hujan tiba akan mengingatkan seseorang dengan suatu ayat suci Al-Quran, dalam surah An-Nahl ayat 10-11. Sebagai berikut:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ
Huwal-ladzii anzala minassamaa-i maa-an lakum minhu syaraabun waminhu syajarun fiihi tusiimuun(a)
011

Artinya: "Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu." – (QS.16:10)

يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Yunbitu lakum bihizzar'a wazzaituuna wannakhiila wal a'naaba wamin kullits-tsamaraati inna fii dzalika li-aayatan liqaumin yatafakkaruun(a)

Artinya: "Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman: zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan." – (QS.16:11)

Wallahu 'Alam

Kesimpulannya: Subhanallah! "Ternyata bukan manusia saja yang mengajari ngaji kepada seseorang, bahkan dari peristiwa ketika tibanya hujan, dapat mengingatkan seseorang dengan suatu ayat tadi."

Catatan: Itulah keistimewaan hujan. Hujan menunjukkan kebenaran Kekuasaan-Nya yang meliputi alam semesta ini. Maka dengarkanlah!

Penulis (elang)

Muslimat NU Siap Cari Solusi Persoalan Perempuan Indonesia

Ahlannawawi ~ RAKERNAS MUKERNAS MUSLIMAT NU: "Muslimat NU Siap Cari Solusi Persoalan Perempuan Indonesia"

Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Hj Khofifah Indar Parawansa menyebutkan, pada tahun 2025-2035 Indonesia diperkirakan akan mengalami persoalan kependudukan dengan meningkatnya jumlah manusia karena usia produktif lebih besar daripada usia yang ditanggung.

Menurut dia, sebenarnya hal itu menggembirakan karena akan menambah produktivitas bangsa kita, tapi di sisi lain dihadapkan Pekerjaan Rumah yang cukup banyak. Misalnya kejahatan seksual terhadap anak mulai dari incest (hubungan seksual sesama saudara) maupun pedofilia (kejahatan seksual terhadap anak) dan penjualan anak.

“Jika asusmsinya anak-anak itu berusia 5 tahun sekarang ini, maka pada tahun 2025, mereka berumur 24 tahun,” katanya saat pidato pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Muslimat NU di Aula Serba Guna Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (28/5).

Menurut Khofifah, dengan asumsi seperti itu mereka sudah sarjana, bahkan S2. Seyogyanya pada saat itu bangsa Inidonsia tengah memaknai kehidupan dengan berbagai prestasi dan keunggulan kompetitif.

Muslimat NU, kata Khofifah, mengajak melakukan perenungan bersama dan saksama dengan pertanyaan, berapa anak yang terganggu secara psikologis yang akan terbawa sampai dewasa? “Muslimat NU insya Allah siap membantu mencari solusi bersama elemen bangsa  yang lain,” katanya.

Begitu pula dengan PR bangsa yang lainnya. Khofifah menyebutkan, saat ini mungkin ada 40 persen anak di bawah usia 19 tahun mengalami kehamilan di luar nikah. Kemudian persoalan aborsi (menggugurkan kandungan), makin lama makin menunjukkan peningkatan. “Menurut media, aborsi di salah satu kabupaten di Sumenep, harganya 15 ribu rupiah sampaia 20 ribu,” terangnya.

Maka, kata dia, apa yang akan dialami bangsa ini jika inputnya seperti itu. “Sekali lagi, Muslimat NU siap dengan elemen bangsa lain untuk mencari solusinya,” tegasnya, “saat ini Muslimat NU tengah melakukan Pelatihan Reproduksi untuk Remaja pesantren salaf di Jawa dan luar Jawa,” sambungnya.

Khofifah juga menyebutkan, ibu-ibu Muslimat NU senang mengaji, senang istighosah, tapi secar ekonomi, usaha mereka di pasar, misalnya sering tidak berjalan dengan baik karena tidak modal. Kalaupun ada modal usaha, mereka harus kepada rentenir yang “mencekik”.

Rakernas dan Mukernas Muslimat NU dibuka Wakil Presiden RI Boediono. Hadir pada kesempatan itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Wakil Ketua Umum PBNU As’ad Said Ali, Ketua Umum PP GP Ansor, Ketua Umum Fatayat NU Ida Fauziyah.

Kegiatan bertema “Khidmah Muslimat NU untuk Indonesia Bermartabat" tersebut melibatkan sekitar 1500 Pengurus Muslimat NU se-Indonesia dan perwakilan luar negeri ini akan berlangsung sampai 1 Juni. (Abdullah Alawi)

Sumber: NU Online
(Kamis, 29/05/2014 01:02)

Editing Posts: (elang)

Rabu, 28 Mei 2014

ISRA' MI'RAJ 'Di Langit Kedua' Belajar Memahami Makna Ruhullah

Ahlannawawi:~"ISRA' MI'RAJ
'Di Langit Kedua' Belajar Memahami Makna Ruhullah"

Setelah usai berjumpa Nabi adam selaku Abul basyar, bersama Jibril Rasulullah saw melanjutkan perjalanan menuju langit yang kedua. Di sanalah Rasulullah saw. berjumpa dengan Nabi Isa as. Dalam salah satu riwayat diceritakan ketika Rasulullah saw sampai di langit ke dua disambutlah segera dengan riang oleh Nabi Isa as. dan Yahya. Seperti yang diterangkan dalam Ad-Dardiri ala Qishshatil Mi’raj

ثم صعد الى السماء الثانية فاستفتح جبريل فقيل من هذا...ففتح لهما فلما خلصا اذهو بابنى الخالة عيسى ابن مريم ويحيى بن زكريا شيبه...

Akan tetapi cerita yang masyhur di langit kedua Rsulullah saw hanya berjumpa dengan Nabi Isa yang mendapatkan julukan Ruhullah. Secara bahasa kata Ruhullah dapat diartikan dengan ruh Allah swt. dikatakan demikian karena Nabi Isa telah dikarunia oleh Allah swt. ruhul qudus. Karena itulah Isa as. dapat menghidupkan kembali orang yang telah mati, menghidupkan burung dari segumpal tanah, dan menyembukan berbagai macam penyakit, dan Nabi Isa as. mampu naik ke langit  sendiri dengan izin-Nya. Pertemuan ini merupakan petanda bagi manusia bahwa semua kehidupan dan segala macam pergerakan makhluk yang ada di bumi sangat tergantung oleh ruh yang dikendalikan oleh Allah swt.

Jika di langit pertama Rasulullah saw berjumpa dengan Nabi Adam as. mengandung gambaran akan asal-usul kehidupan manusia -sangkan, paraning dumadi, maka pertemua dengan Nabi Isa – Ruhullah as. menunjukkan adanya sumber dari pergerakan dan aktifitas itu sendiri.  Sesungguhnya segala gerak-aktifitas manusia berasal dari-Nya. sebagaimana firman Allah swt dalam surat As-Shofat ayat 96:

والله خلقكم وما تعلمون

Dan Allah yang menciptakan (mendhahirkan) kamu dan (Allah pula yang menciptakan) perbuatan kamu.

Oleh karenanya seorang sufi mengatakan “barang siapa yang melihat benda bergerak dan diam, tetapi pergerakan itu tidak dipandang dari Allah swt, maka sesungguhnya orang itu telah makrifatnya kepada Allah swt yang menjadikan dan menggerakkan benda itu”. (red. Ulil H)

Sumber:  NU Online
Terbitan (Rabu, 28/05/2014 16:00)

Editing Posts: (elang)

Ka'bah adalah kiblatnya umat Islam di seluruh dunia dan ka'bah bukan tempat untuk sandaran kaki

Ahlannawawi:~"Ka'bah adalah kiblatnya umat Islam di seluruh dunia dan ka'bah bukan tempat untuk sandaran kaki"

Akhlak seorang Polisi arab saudi yang menyandarkan kakinya di ka'bah beredar di internet

Mekkah ~ Foto seorang polisi (Askar) Saudi yang beredar dijejaring sosial memicu kecaman dari berbagai pihak. Pasalnya, sebagaimana terlihat didalam foto, polisi itu bersandar Ka'bah dengan sepatu (kaki)-nya diletakkan pada dinding Ka'bah. (27/5/2014)

Amir Mekah, Pangeran Misy'al bin Abdullah mengungkapkan kekecewaannya atas beredarnya foto tersebut. Ia mendesak agar dilakukan penyelidikan dan mengambil tindakan administratif secara tegas terhadap prilaku tidak terpuji dan tidak bisa dibenarkan itu.

Ka'bah merupakan tempat suci yang seorang muslim harus menjaga etika dan kehormatannya.

Redaktur : Ibnu L' Rabassa
Al Arabiyya

Sumber: MMN
Wednesday, 28 May 2014

Editing Posts: (elang)

Mbah Sahal Penjaga NU dari Politik Praktis

Ahlannawawi: ~ "Mbah Sahal Penjaga NU dari Politik Praktis"

Jombang: "KH Salahuddin Wahid yang lazim disapa Gus Solah mengatakan KH MA Sahal Mahfudh atau Mbah Sahal merupakan sosok yang menjaga NU dari infiltrasi politik. Sikapnya yang demikian sejalur dengan posisinya sebagai Rais Aam PBNU."

“Kiai Sahal merupakan ulama besar yang dimiliki NU. Kondisi itu semakin klop dengan posisinya sebagai Rais Aam PBNU,” terang Gus Solah yang kini mengasuh pesantren Tebuireng Jombang, Jumat (24/1).

Karenanya, fikih sosial dan petuah kiai asal Jawa Tengah ini selalu ditunggu umat. Yang lebih mengesankan lagi, menurut Gus Solah, selama ini Mbah Sahal merupakan ulama yang sangat kukuh menjaga NU dalam trek Khittah NU 1926.

Mbah Sahal tidak ingin NU terseret ke wilayah politik praktis. Hal itu pula yang terus dijaga Kiai Sahal hingga akhir hayat, kata Gus Solah.

Kendati demikian, Mbah Sahal pernah 'kecolongan' di tahun-tahun silam saat ia memegang amanah sebagai Rais Aam PBNU. Pada tahun itu NU secara tidak langsung terseret ke wilayah politik praktis. Bahkan Kiai Hasyim Mudzadi sebagai Ketua Umum PBNU maju sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarno Putri.

Meskipun tidak berkenan, Mbah Sahal waktu itu kurang bisa mencegah langkah Pak Hasyim. “Makanya ke depan hal-hal seperti itu tidak boleh terjadi lagi," kenang Gus Solah. 
(Saiful/Alhafiz K)

Oleh NU Online
Terbitan (Sabtu, 25/01/2014 14:04)
Editing Posts: (elang)

Mbah Sahal Penjaga NU dari Politik Praktis

Ahlannawawi: ~ "Mbah Sahal Penjaga NU dari Politik Praktis"

Jombang: "KH Salahuddin Wahid yang lazim disapa Gus Solah mengatakan KH MA Sahal Mahfudh atau Mbah Sahal merupakan sosok yang menjaga NU dari infiltrasi politik. Sikapnya yang demikian sejalur dengan posisinya sebagai Rais Aam PBNU."

“Kiai Sahal merupakan ulama besar yang dimiliki NU. Kondisi itu semakin klop dengan posisinya sebagai Rais Aam PBNU,” terang Gus Solah yang kini mengasuh pesantren Tebuireng Jombang, Jumat (24/1).

Karenanya, fikih sosial dan petuah kiai asal Jawa Tengah ini selalu ditunggu umat. Yang lebih mengesankan lagi, menurut Gus Solah, selama ini Mbah Sahal merupakan ulama yang sangat kukuh menjaga NU dalam trek Khittah NU 1926.

Mbah Sahal tidak ingin NU terseret ke wilayah politik praktis. Hal itu pula yang terus dijaga Kiai Sahal hingga akhir hayat, kata Gus Solah.

Kendati demikian, Mbah Sahal pernah 'kecolongan' di tahun-tahun silam saat ia memegang amanah sebagai Rais Aam PBNU. Pada tahun itu NU secara tidak langsung terseret ke wilayah politik praktis. Bahkan Kiai Hasyim Mudzadi sebagai Ketua Umum PBNU maju sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarno Putri.

Meskipun tidak berkenan, Mbah Sahal waktu itu kurang bisa mencegah langkah Pak Hasyim. “Makanya ke depan hal-hal seperti itu tidak boleh terjadi lagi," kenang Gus Solah. 
(Saiful/Alhafiz K)

Oleh NU Online
Terbitan (Sabtu, 25/01/2014 14:04)
Editing Posts: (elang)

Gus Dur Sang Petarung Kelas Dunia

Ahlannawawi:~"DINNO BRASCO
'Gus Dur' Sang Petarung Kelas Dunia"

Jadilah manusia agung
Bagai seorang syahid,
Seorang imam, bangkit, berdiri
Di antara rubah, serigala, tikus, domba
Di antara nol-nol, bagai yang satu

Syair intelektual pejuang bernama Ali Syari’ati dalam puisi “Satu yang Diikuti Nol-nol yang Tiada Habis-habisnya”, tak biasanya menjadi senjata untuk membangkitkan kesadaran manusia yang terlelap, bahkan mati jiwanya di alam dunia. Dibangkitkan kembali menjadi sejatinya manusia. Manusia adalah segalanya, manusia selalu menarik untuk dibedah untuk mencari jawab tentang arti kepastian. Pisau filsafat pembentukan manusia, dalam pandangan Syari’ati menyasar bahwa hanya manusia yang dibaptis Tuhan untuk menggerakkan jagat semesta, laksanakan amanah-Nya. Malaikat jauh sebelumnya sudah memprediksi kelakuan manusia, sebagai biang tengkar angkara murka di bumi. Tapi Tuhan sangat tahu yang tidak diketahui barisan malaikat. Karena itu, manusia punya darah juang pengetahuan, daya perang dan iman sejati untuk melaksanakan misi besar menjadi khalifah di bumi, bukan khalifah di syurga. Maka, maha benar deklarasi manusia yang dikaruniai dengan keberanian, strategi perang nafsu, keutamaan, kearifan dan kebijaksanaan di jagat semesta.

Penyair besar Jalaluddin Rumi berkata bahwa amanah dan karunia itu adalah kehendak. Kehendak terbesar manusia yaitu membuktikan dirinya ada, ada untuk menjadi wakil Tuhan di bumi manusia, demikian petuah wali Nusantara bernama Syaikh Siti Jenar. Disanalah awal kisah misteri dosa Nabi Adam as, tragedi dosa yang melahirkan keluarga manusia agung sepanjang sejarah, puncak hamba yang memimpin sebaik-baik umat yakni Nabi Muhammad saw. Manusia terbesar yang diakui kawan dan lawan sampai detik ini, sebagaimana sering disampaikan Karen Armstrong dalam karyanya Muhammad: Prophet for our time. Puncak hamba yang menjadi teladan akhlak mulia dan kepemimpinan Indonesia, sebagaimana dicontohkan Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur berjuang membela kemanusiaan tanpa syarat apapun tak peduli resiko bahaya dan taruhannya. Membela kearifan lokal di seluruh penjuru negeri yang bertransformasi dalam wujud dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945 dan NKRI. Gus Dur yang selalu setia terhadap visi kebangsaan yang diperjuangkannya setiap waktu.

GD: Lahir, Berjuang dan Syahid

Kita semua seyogyanya bersaksi, bahwa biografi Gus Dur disimpulkan dengan tiga kata,’ ia lahir, berjuang, dan syahid. Gus Dur masuk geng manusia ideal, sosok khalifah Tuhan yang telah bergerak di jalan puncak penghambaan yang sulit, terjal dengan memikul beban-beban amanah. Sampai ia menuju ke ujung tapal batas dan membentuk diri jadi khalifah serta penggerak amanah Tuhan. Gus Dur bernyawa manusia ‘theomorphis’, manusia yang berjalan dan bergerak dengan berakhlak sebagaimana akhlak Tuhan. Tipologi ‘manusia menuhan’ dengan segala risiko terbesar yang dialami hidupnya dalam perjalanan dari alam menuju Sang Pencipta alam.

Adalah filsuf Jerman, Dilthey yang mengatakan manusia adalah makhluk yang senang bercerita dan membangun hidupnya atas dasar kisah yang diimaninya. Tanpa cerita, hidup kita carut-marut. Dengan cerita dan kisah, kita susun pernak-pernik hidup kita yang berserakan dan centang perenang dalam narasi-narasi besar (grand narratives), yaitu untuk pengorganisasian hidup (Zusammenhang des Lebens), yang dipercayai juga oleh Hannah Arendt, pemikir besar abad kedua puluh. Narasi kisah Nabi Muhammad adalah salah satunya. Kita mendengarkan kisah beliau, menyampaikannya kepada yang lain. Bahkan manusia terkadang rela ‘bertempur’ melawan kekuatan hitam, yang menyampaikan cerita atau kisah yang berbeda tentang sang tokoh yang puja-puji.

Izinkan kami Gus, untuk menulismu, menceritahkan cerita dan kisahmu, titah pengorbananmu, setia demi Islam, Indonesia dan dunia yang lebih baik. Karena dengan jujur kami tak pernah bersentuhan secara langsung dengan Gus Dur, seperti halnya Soekarno kecil tak pernah dapatkan kehangatan kasih sayang langsung dari tokoh besar bernama HOS Cokroaminoto. Tak seperti kader-kadermu dan santrimu yang setiap hari engkau ajarkan kehidupan, ‘5 jurus dewa mabuk’ dan seluk beluk perlawanan serta gemerlap dunia malam para konspirator serta kisah hikmah dari kitab al-Hikam.

Dari geng kader-kader terbaikmu, yang kujadikan ‘shogun’ dalam ‘jalan ronin diriku’. Kami menimba jejak-jejak muliamu, samurai ilmumu, akar-akar kepemimpinanmu, jurus politikmu dan masuk dalam alam pikiranmu, ilhammu, kesetiaan visi geopolitikmu berjuang demi Islam dan Indonesia. Islammu, Islamku, Islam Kita. Indonesia, negeri tercinta kita. Hidupmu engkau abdikan sepanjang sejarah, dengan terang benderang, teguh, berani saat melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap orang-orang tertindas dan dilemahkan, antara lain kelompok minoritas dan kaum marjinal: Ahmadiyah, Syiah, etnis Tionghoa, dan orang-orang yang hancur hatinya di setiap waktu subuh menghadapmu.

Apakah sebuah perubahan besar dalam sejarah dunia sosial politik tidak ditentukan oleh kekuatan pribadi, poros individu sebagai agen sejarah? Baik secara teoritis maupun dalam kenyataannya, perubahan besar terdorong oleh agregasi berbagai faktor yang membentuk kekuatan besar untuk memfasilitasi sebuah kejatuhan dan kemunculan geng politik baru yang ditindas dan disingkirkan. Sebagaimana yang dialami NU (Nahdlatul Ulama) yang memang tidak diharapkan oleh kekuatan tertentu di bumi Indonesia. Postulasi bersifat teroritis ini juga berlaku misalnya untuk perubahan politik Indonesia tahun 1980 sampai akhir 2002. Tanpa krisis keuangan pertengahan 1997 yang merembes kepada krisis ekonomi dan akumulasi gelombang massa aksi mahasiswa dan rakyat yang berujung pada krisis kebangsaan sosial politik. Jatuhnya rezim penguasa Orde Baru yang mendominasi pentas politik dan ekonomi negeri ini selama lebih tiga puluh tahun bisa jatuh bagai ‘istana kertas’. Oleh pakar geopolitik, dibuat mudah bahwa keruntuhan rezim Soeharto lebih merupakan permainan hitam (black game) kekuatan-kekuatan ekonomi politik tingkat tinggi, tingkat supra negara-bangsa.

Sudah pasti dalam postulat pengetahuan perubahan sejarah manapun, ada postulasi teroritis bahwa peran strategis politik pribadi-pribadi besar tertentu sebagai agen sejarah yang merubah sejarah. Adalah Thomas Carlyle, ahli sejarah dari Inggris abad ke-19 yang berfatwa “ sejarah, pada dasarnya merupakan sejarah orang-orang hebat” dan Gus Dur adalah sebuah contoh utama. Sejarawan Inggris itu adalah pencinta the great man theory. Hal tersebut sangat kontras dengan kaum materialis, yang mengatakan bahwa perubahan sejarah yaitu teknologi dan distribusi barang dan jasa sebagai sumber perubahan sosial. Bahkan kaum idealis bersabda bahwa ide dan gagasanlah yang mencipta perubahan sosial. Postulat the great man theory membumikan jejak pahlawan sebagai epicentrum dari segala perubahan sejarah dunia.

Kehadiran pahlawan adalah prototype manusia besar yang merubah dan membalik sejarah. “And I said: the great man always acts like a thunder. He storms the skies, while others are waiting to be stormed”, ucap Thomas Carlyle saat menggoreskan postulat teoritis tentang ‘manusia besar’ dalam panggung sejarah manusia. Saya katakan bahwa manusia besar selalu seperti halilintar yang membelah langit, dan manusia yang lain hanya menunggu dia seperti kayu bakar.

Dan sosok Gus Dur adalah sebuah contoh utama di bumi Indonesia. Dari segenap pergerakan pemikiran dan tindakannya dilipat dalam hasrat untuk mendirikan ‘Republik bumi di syurga’. Dengan menjadikan kemanusiaan sebagai tujuan pertama dan utama, maka pemikiran apapun takkan jadi ideologi yang tertutup dan mendebarkan bagi nyawa manusia. Gus Dur adalah katalis perubahan, pengamal cinta kemanusiaan tanpa batas seperti yang diteladaninya dari Nabi Muhammad saw.

Pertarungan Serigala Politik

Masihkah kita semua, melupakan perlakuan rezim Orde Baru yang hegemonik terhadap siapapun yang berani berkata beda dengan penguasa tiran. Sejarah politik Orde Baru, sejak decade 1980-an penuh dengan warna-warni pertempuran negara dengan ‘manusia-manusia hebat’. Pembangkangan sipil terhadap negara, muncul dan menjamur di setiap sudut kota dan desa. Megawati Soekarno Putri dengan PDI dan ‘people powernya’, Gus Dur dengan kekuatan besar NU sebagai pemilik sah negeri ini dan melalui Forum Demokrasinya melakukan protes sosial dari negara yang abai mewujudkan keadilan sosial yang tak tentu arah.

Situasi itu membentuk semangat dan kondisi pikiran Gus Dur untuk melancarkan perang posisi (war of position) untuk bertarung hadapi hegemoni Orde Baru atas nama tunggalnya Pancasila. Melalui Rapat Akbar NU tahun 1991 dan front-front sipil tafsir epistemologi ideologi Pancasila tahun 1984. Sasaran operasinya adalah menolak tunduk pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden pada Pemilu 1992.

Inilah jurus politik Gus Dur yang membuat Republik ini pernah geger, melawan dengan caranya berhadapan dengan penindasan penguasa Orde Baru. Gus Dur, dan NU setia abadi pada ideologi negara bangsa, bukan kepada penguasa. Peran besar Gus Dur melahirkan gelombang kejut dan tekanan besar terhadap negara. Berbaris, menyemai dan mencipta budaya perlawanan elemen massa kota yang terkonsolidir pada pelbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta kekuatan rakyat di perkotaan yang digalang dan gerakkan mahasiswa di penjuru negeri. Menjalani target operasi, mengalami penderitaan dan ketidakpastian zaman, Gus Dur mengirimkan semangat dan harapan di setiap sudut jiwa manusia. Penderitaan demi kesetiaan tujuan bersama pengikutnya, yang mengingatkan kita kepada perjuangan Alexander, Yesus, Nabi Muhammad saw, Mao Zedong, Lenin, Castro, dan Nelson Mandela.  

Dalam kamus politik seperti yang kita ketahui, untuk menjadi manusia-manusia hebat sebagai tokoh politik Indonesia menjulang tinggi ke langit, seseorang mesti melalui 7 (tujuh) tangga yaitu laras senjata, bakat, kharisma (silsilah), kemampuan organisasi, manipulasi politik, pengetahuan kuasa dan kapital besar. Ibu Megawati adalah contoh politisi yang mengandalkan karisma ayahnya dan massa pengikut Soekarno. KH. Zainul Arifin, Ali Moertopo, Sarwo Edhie Wibowo, LB Moerdani, Subhan ZE, Akbar Tanjung jadi teladan baik dari jalur kemampuan berorganisasi baik sipil maupun militer. Nah, Gus Dur ini menjulang namanya sebagai tokoh politik, yang menggabungkan dan melewati jurus-jurus kekuasaan yaitu karisma, bakat, pengetahuan dan kekuatan besar NU (Nahdlatul Ulama). Kekuatan kharisma setara dengan charity (kedermawanan) dipandang filsuf politik Max Weber (1864-1920) sebagai kualitas diri, karakter yang memiliki kekuatan supranatural, berasal dari dukungan ilahi sebagai teladan hidup.

Atas dasar inilah Gus Dur diperlakukan sebagai pemimpin politik. Bagaimana mungkin Soeharto yang dipersenjatai laras senjata dan uang besar dari para konspirator, tumbang dengan tersenyum tanpa dendam kepadanya. Gus Dur dalam pandangan pakar strategi militer Joseph Nye berhasil menggabungkan kekuatan lembut (softpower) dan kekuatan berat (hardpower) untuk mendapatkan kekuatan cerdik yang memungkinkannya mengubah jalannya politik serta menciptakan perubahan arah baru Indonesia. Misalnya perubahan militer kembali dalam barak sejarah yang dipeloporinya, keputusan mengangkat Baharuddin Lopa sebagai Jaksa Agung, pemberantasan korupsi Soeharto, memeriksa Akbar Tanjung, Arifin Panigoro dan konglomerat hitam, menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan lainnya. Totalitas perjuangan Gus Dur jadi Presiden RI harus dibayar dengan kejatuhannya, seperti pernyataannya bahwa pelengserannya merupakan konspirasi politik dan tindakan yang inkonstitusional.

Tetapi, Gus Dur tidak dendam, tidak punya musuh politik. Soeharto adalah patner politik utamanya, bukan musuh politik yang banyak disalahpahami. Kemanusiaan haruslah di atas segalanya, walaupun resikonya kekuasaan Gus Dur dijatuhkan sekalipun oleh kekuatan hitam. Tanpa pertumpahan darah, tanpa benci dan dendam atas nama kebaikan negeri. Kekuatan spiritual Gus Dur di atas rata-rata pemimpin negeri manapun, sebagaimana contoh perebutan kuasa politik di Mesir, darah dan air mata ditumbangkan demi politik kepentingan semata. Biarlah sejarah yang mencatat, semoga tak ada presiden yang di jatuhkan di tengah jalan seperti yang disampaikan Kapolri Jenderal Sutarman, mantan ajudannya di Istana Negara. Sebuah ‘simphoni hitam’ kehidupan yang mendebarkan, di tengah kekuatan anak negeri yang porak-poranda, bergejolak atas nama dendam dan kebebasan.

Dari semua penulis buku yang memaparkan tentang Gus Dur dan NU, dari Greg Barton sampai Greg Fealy mestinya menulis kembali kualitas kepemimpinan dan visi geopolitiknya terhadap penataan ulang sistem dunia yang tak adil, dikendalikan superpower Amerika Serikat dan gengnya dalam group 5 Eyes (UKUSA). Visi geopolitiknya itulah yang menjadikan Gus Dur harus ditumbangkan oleh para konspirator dunia, pasca menggalang kekuatan dunia yaitu Brazil, dan Venezuela di Amerika Latin, serta menggalang Poros Jakarta, Beijing Cina dan New Delhi India. Kemudian pernyataan politik luar negeri perdananya yaitu mengumumkan rencana pembukaan hubungan dagang dengan Israel. Akar-akar kepemimpinan dan pertarungan geopolitiknya Gus Dur diperoleh dari kuasa pengetahuan dunia, sejarah Nusantara, Wali Songo, Soekarno dan transformasi jurus politik otentiknya sendiri. Sampai detik ini Gus Dur menjadi ‘sejarah hidup’ kekuatan pemain dunia baru yang terkonsolidir dalam BRIC (Brazil, Russia, India and China) sebagai kekuatan ekonomi yang dominan nanti di tahun 2050

Sayang sekali seperti halnya senior Gus Dur yaitu Soekarno yang dijatuhkan, karena tidak disenangi kelas menengah yang nyaman, yang hidup kebanyakan berpesta, berfoya foya dalam gemerlap malam di Amerika Serikat. Kaum muda itu memandang Amerika sebagai ladang dan medan kebebasan, sementara memandang Soekarno adalah anak manis ideologi komunis. Yang sejatinya, Soekarno bukanlah komunis, beliau berhasrat memerdekakan bangsanya 150%. Bahkan visi dan cita-cita geopolitiknya memang edan dan gila yaitu ingin memajukan Indonesia menjadi negara nomor satu di dunia ini. Soekarno jadi ‘target operasi imperialisme dan kolonial baru’. Soekarno dan Gus Dur menyadari itu, risiko bahaya dan perjuangannya menjadi martir, jadi panah sejarah yang hidup sampai saat ini bukan hanya di Republik Indonesia, Gus Dur diberhentikan di tengah jalan. Tapi merka jadi pedoman dan bintang penuntun negara-negara tertindas dunia Asia Afrika dan Amerika Latin, sebagaimana negara Iran yang dikomandoi Ayatullah Ali Khamenei belajar bangkit dari Soekarno dengan Pancasila-nya.

Di sanalah letak kebenaran kepemimpinan Soekarno dan Gus Dur. Keduanya pernah bergerak, yang satu menggalang kekuatan Asia-Afrika, satunya lagi menggalang Amerika Latin. Soekarno menggalang kekuatan New Emerging Forces (NEFO), melempar gagasan non-alignment, Non Blok. Sungguh, Soekarno dan Gus Dur sadar dan tahu benar struktur penguasa dunia, takkan menjadi baik dan damai bumi manusia ini, jika di atasnya hanya bercokol dan berkuasa dua kekuatan apalagi hanya satu kekuatan saja. Manusia Soekarno dan Gus Dur adalah ‘target imperalisme dan kolonial baru’, karenanya, keduanya harus dirobohkan. Propaganda hitam dan opini diproduksi, dikembangkan bangsa-bangsa neo-liberal melalui juru dakwah intelektual tukang dan penjual negara untuk melengserkannya.

Bahkan terlebih ketika Soekarno gelorakan propaganda ‘berdikari’ ke seluruh penjuru negeri, juga ke belahan alam raya ini. Ingat, ingatlah Soekarno slogan yang sangat terkenal, “Nanti… ketika Banteng Indonesia, bersatu dengan Lembu Nandi dari India, Spinx dari Mesir, dan Barongsai dari China, saat itulah imperialisme akan mati!. Visi geopolitik Soekarno itulah yang dimodifikasi oleh Gus Dur, dengan memfatwakan semangat dan harapan sampai ke ujung dunia, spirit berdiri di atas kaki sendiri. Tekad tanpa ketergantungan kepada pihak mana pun dan bersiasat menyiasati angin globalisasi dengan bekal senjata akumulasi pengetahuan (modified capitalism), kecerdasan geopolitik. sebuah wasiat dan petuah dari pendiri bangsa salah satunya Soekarno, Tan Malaka, dan ayahnya KH. Wahid Hasyim. Bagaimana kancil bisa menang menyiasati singa dan serigala yang ganas, menghadapi kekuatan fasisme militer Jepang.

Sang visioner Gus Dur ingin berwasiat kepada kita semua sebagaimana pendahulu Nusantara, Raja Kertanegara yang menolak tunduk kepada imperium Jenghis Khan melalui Kubilai Khan, cucunya dan penjajah negeri selama berabad-abad lamanya di bumi Indonesia. Gus Dur menggelorakan negeri ini bukan bangsa tempe, bangsa kita adalah bangsa yang tak mau kalah, bangsa besar, keagungan, kemenangan, penaklukan, tak kenal takut, bangsa agung, bangsa paling berani dan bangsa paling gila dan edan di dunia. Sebagaimana disaksikan sendiri pelaut Italia, Diogo Do Couto, yang datang ke Nusantara tahun 1526 dalam karyanya yang berjudul Decadas da Asia, “ ……for he will permit no person to stand above him, nor would a javan carry carry any weight or burthen on his head, even if they should threaten him with death”.

Detik ini kita mesti bisa membayangkan, seandainya jika negara-negara besar seperti Indonesia, Cina, India, Mesir, Amerika Latin bersatu padu, mau apa Amerika Serikat dan geng Baratnya? Justru dalam keadaan terpecah, justru dalam keadaan tidak berdikari, neo-kolonialisme sangat merajalela melalui militer, investasi dan aparatus ideologi liberalnya. Lihatlah konflik dan titik merah berkobar di Timur Tengah, situasi tersebut diperparah dengan ketidak-kompakan, kesatuan di antara bangsa Arab sendiri. Negara-negara di luar Indonesia membutuhkan Soekarno, dan petarung sekaliber Gus Dur.  Karenanya, dalam panah semangat dan hasrat untuk menghidupkan kembali visi kebangkitan kesadaran Nusantara saat ini, semangat dan darah juang Gus Dur harus dihidupkan kembali dalam konteks kekinian di tengah prahara globalisasi.

Gus Dur mesti jadi ruh sejarah bangsa ini untuk maju dan bersatu padu di masa kini dan masa depan. Kita semua mesti menoleh dan memilih siapa tokoh penggerak bangsa, maka lihatlah di buku-buku sejarah, Nusantara, biografi dan autobiografi semua tokoh Indonesia. Gus Dur pasti sangat berpengaruh paling besar terhadap Ke-Islam-an dan Ke-Indonesia-an sebagaimana para petinggi negeri menyampaikannya dari mulai Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, Megawati, Prabowo Subianto, Akbar Tanjung, Jenderal Sutarman dan lainnya. Semoga pemimpin negeri kita Tahun 2014 tak kehilangan bimbingan Gus Dur, yakni 9 (Sembilan) nilai dasar pergerakan Gus Dur yaitu ketauhidan, keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, ksatriaan, dan kearifan lokal. Jaring-jaring pemikiran Gus Dur antara lain pribumisasi Islam terpatri pada Islam sebagai etika sosial bagi kemanusiaan.

Dengan visi itu, mengapakah kita tidak datang lagi Di Bawah Bendera Revolusinya Bung Karno dan Visi Kemanusiaan Gus Dur, agar rakyat Indonesia terselamatkan dari kehancuran bangsa, kooptasi kapital asing, banjir bandang globalisasi demi mencapai kedamaian, keadilan sosial, kemajuan martabat negeri tercinta di tengah pergaulan dunia yang dipenuhi para serigala. Di titik pijak inilah Gus Dur bagi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan kaum muda NU adalah warga pergerakan, Gus Dur sebagai paradigma, weltanschauung. Pengetahuan Gus Dur terdiri dari semua ragam warna pemikiran dunia baik Islam, Timur dan Barat. Dari humanisme, marxisme, zarathustra Nietzsche sampai hikmah al Hikam Ibn Atha’illah. Dari nasionalisme, pluralisme, demokrasi, de-ideologi Islam, filsafat, toleransi, kebudayaan, kesetaraan gender sampai jurus-jurus politik tingkat dewa. Langkah Gus Dur merujuk pergerakannya pada buku ilmiah, film, kitab, hikmah tasawuf, kisah tokoh dunia, cerita silat, film dan riang gembira bergumul, bertarung dalam palung sejarah, power struggle. 

Akhirnya, penulis bisa bersaksi bahwa Gus Dur adalah manusia “menuhan”, sang petarung kebaikan, yang hatinya dipenuhi keikhlasan berjuang demi negerinya dan sistem dunia yang lebih baik. Kesadarannya menjulang tinggi ke langit, tetapi amal bakti pertarungan hidupnya demi negeri menggores aktivisme di bumi manusia. Mewujudkan kesadaran sejarah human social life, seperti halnya peristiwa Isra’ Mi’raj Sang Nabi Muhammad SAW. Bergerak menemui Tuhan dan kembali menemui manusia. Gus Dur setia membela martabat kehormatan manusia tanpa pembeda dan pembatas, siapapun, dimanapun dari ujung bumi Sumatera, Papua sampai ujung dunia. Membela yang tertindas dan orang yang hancur hatinya. Kepemimpinan Gus Dur bukanlah kekuasaan yang berasal dari laras senjata, seperti dipandang sah oleh Nicollo Machiavelli, Jenghis Khan, Attila The Hun, Mussolini, Hitler dan Mao Zedong. Tapi bisa dari banyak cara, yakni pemilihan, demokrasi, musyawarah, kebaikan dan keikhlasan berjuang, mengabdi untuk negeri. Gus Dur sudah pernah memulai ‘pertarungan’ melawan blok sejarah yang tak adil. Akankah kita lanjutkan semangat dan visi abadinya sebagai petarung besar sampai ke ujung dunia? Membentuk cerita dan kisah Indonesia yang bagus dan lembut untuk dirapalkan oleh generasi muda pasca Gus Dur.

Jejak-jejakmu merahimi kebangkitan”, adalah mantra dan do’a yang dirapalkan dalam lukisan hidup yang dilukis dan dirupakan sebagaimana jejak tradisi perjuangan leluhurmu. Ada ruh Hadrussyaikh Sang Kiai Hasyim Asy’ari dan ayah-ibumu yang mulia. Berjuang tanpa henti demi setia kepada Islam dan Indonesia, rela mati demi kebaikan negeri. Di belakang lukisan leluhurmu, ada warisan jejak darah dan air mata rakyat Indonesia yang berjuang demi Tanah Air. Kami pernah menghadap dengan benar, bersujud di ruang pribadimu dan terharu di atas sajadah sembahyangmu di markas besar PBNU. Merapalkan kembali mantra itu di kedalaman jiwa, demi kebaikan bangsa.

Pendamlah dirimu dalam bumi kekosongan, Gus. Selamat “bersatu” bersama Tuhan dan tertawa bareng Ibn Atha’illah ya, Gus. Gitu aja kok repot!

Jakarta, 06 Januari 2014

DINNO BRASCO, Ketua Pengurus Besar PB PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)
Periode 2011-2014

Sumber: NU Online
Terbitan (Rabu, 08/01/2014 19:00)

Editing Posts: (elang)