Rabu, 30 April 2014

Panasnya Masjid Kita (Bagian 2)

Panasnya Masjid Kita (Bagian 2)

Di Antara Masjid Kita Ada Masjid Jenggot yang Bikin Sewot
Orang-orang di sekitar masjid kita ini barangkali tidak ingat lagi nama asli masjid itu. Mereka sudah terbiasa  menyebut masjid kita yang eksklusif di kawasan Kalisari, Cijantung, Jakarta Timur, itu sebagai Masjid Jenggot.
“Gerbangnya sering dikunci, hanya dibuka kalau ada kegiatan kelompok mereka saja,” kata Kiai Sam, warga setempat, saat dihubungi merdeka.com Kamis pekan lalu. Mereka yang dimaksud adalah orang-orang berjenggot dengan setelan pakaian khas Pakistan disebut syarwal kamis dan celana cingkrang setinggi betis.
Orang-orang berjenggot ini, kata dia, merasa Islam yang mereka anut yang paling benar dan sesuai tuntunan Nabi Muhammad. Mereka mengklaim sebagai pengikut ulama-ulama salaf atau disebut kelompok salafi. Sebab itu, mereka suka menyebut bid’ah terhadap amalan-amalan ibadah yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah Saw, seperti do’a dan dzikir tahlil.

Masjid kita yang serupa itu juga ada di Bekasi, Jawa Barat. Keberadaan golongan celana cingkrang itu membuat orang-orang berbeda aliran sewot. “Dulu kami biasa mengadakan maulud atau baca Yasin di masjid. Sejak mereka berkuasa di sana tidak bisa lagi,” ujar seorang ibu.
Seorang sesepuh setempat sering bersitegang atau cekcok dengan pengurus masjid kita (yang telah dikuasai mereka) karena menganggap amalan di luar kelompok mereka sebagai bid’ah atau sesat.
Ketua Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdatul Ulama Kiai Abdul Manan al-Ghani mengaku sangat prihatin dengan kelompok-kelompok berjenggot dan bercelana cingkrang itu. “Ini bagian dari penyebaran (pemahaman) Wahabi,” tuturnya saat dihubungi secara terpisah.
Miris sekaligus memalukan. Masjid kita kini tidak lagi menjadi alat pemersatu umat Islam. Bahkan sebaliknya, masjid kita telah berubah menjadi ajang memecah belah umat Islam.  (Islam Institute – al/Faisal Assegaf/Merdeka.com)

Dikutip: Islaminstitute.com
By http://m.facebook.com/elang

Panasnya Masjid Kita (Bagian 3)

Panasnya Masjid Kita (Bagian 3)

Siasat Serobot Marbot : Waspadai Langkah-langkah Serobot Masjid Kita
Beginilah siasat kelompok Wahabi merebut kuasa di sebuah masjid kita. Mula-mula mereka mengontrak dekat masjid kita yang menjadi sasaran.
Dengan halus mereka sukarela menjadi marbot atau pembersih masjid kita. Lalu pelan-pelan menyebarkan ajaran dengan mengajar mengaji anak-anak. Lantas mereka bisa naik pangkat menjadi imam kalau tidak ada imam rutin. Bahkan, ada yang mengawini anak atau kerabat imam masjid kita.
Kemudian lambat laun dia merambat masuk dalam kepengurusan masjid kita dan berusaha menguasai program. Orang-orang alirannya pelan-pelan dimasukkan menjadi pengurus. “Lalu pengurus lama disingkirkan,” kata Ketua Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar nahdhatul Ulama Kiai Abdul Manan al-Ghani saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya Kamis pekan lalu.

Kiai Abdul Manan benar-benar prihatin dengan fenomena perebutan masjid kita oleh kelompok Wahabi dan salafi. “Jumlah masjid NU di Jawa telah mereka rebut sekitar 300,” ujarnya.
Dia menambahkan ada juga yang masuk dengan cara memberikan bantuan. Lalu dia berusaha mempengaruhi semua kegiatan di masjid penerima bantuan. Penyumbang ini juga akhirnya menjadi pengurus lantaran pengurus lain merasa tidak enak sebab dia sudah banyak membantu keuangan masjid kta.
Akhirnya bisa ditebak. Masjid kita yang tadinya biasa membaca do’a qunut setiap salat subuh, menggelar acara maulid Nabi, dan tahlil, semua kegiatan semacam ini hilang. Alasannya bid’ah dan semua bid’ah masuk neraka.
Menurut Kiai Abdul Manan, kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta menyokong penuh penyebaran ajaran Wahabi di Indonesia. Sokongan itu melalui bantuan keuangan disalurkan lewat lembaga Al-Mulhaq ad-Dini. “Semua biaya pembangunan masjid mereka tanggung. Buku-buku dan ustadznya juga mereka sediakan,” tuturnya.  (Islam Institute – al/Faisal AssegafMerdeka.com/)

Dikutip: Islaminstitute.com

By http://m.facebook.com/elang

Dunia Islam Terkini : Arab Saudi Sumber Malapetaka di Dunia Islam

Dunia Islam Terkini : Arab Saudi Sumber Malapetaka di Dunia Islam

Dunia Islam Terkini, Arab Saudi Diakui Ada Hubungan Langsung dengan ISIL di Medan Gejolak Irak
Arab Saudi memiliki hubungan langsung dengan ISIL ( Negara Islam Irak dan Suriah ), demikian pengakuan para anggota kelompok teroris al-Qaeda – ISIL yang tertangkap oleh pasukan Irak. Channel TV Irak, Afaq pada hari Jumat (17/1/14) menayangkan pengakuan sejumlah teroris Wahabi anggota ISIL tentang hubungan langsung dan perintah yang mereka terima dari Riyadh.
Dalam siaran itu, anggota kelompok teroris itu juga mengakui peran Saudi dalam penyerangan di sejumlah provinsi di Irak dan pengangkutan peralatan perang serta mobil-mobil berisi bom ke kota-kota di Irak.

Dalam siaran itu terungkap bahwa Arab Saudi merupakan sumber malapetaka di dunia Islam tak terkecuali malapetaka berdarah di suriah. Dalam siaran itu, para anggota ISIL sebuah kelompok teroris Wahabi di Irak mengakui peran Saudi dalam serangan teroris di sejumlah provinsi di Irak dan pengangkutan senjata serta mobil berisi bom ke kota-kota di Irak.
Sebelumnya, salah satu pemimpin ISIL yang ditangkap mengatakan bahwa seorang pejabat militer Arab Saudi memerintahkannya melakukan beberapa serangan. Intelijen Federal dan Direktorat Investigasi Irak di Karbala baru-baru ini juga menangkap sejumlah besar teroris dalam beberapa operasi di Irak.
Berita itu muncul seiring pertempuran tentara Irak di tengah suku-suku Sunni untuk mengusir teroris Wahabi ISIL di Provinsi Anbar.
Pejabat keamanan Irak mengatakan, seorang komandan ISIL senior yang diidentifikasi sebagai Shakeer Waheeb al-Fahdawi telah bertemu dengan pejabat teras intelijen Arab Saudi di Anbar beberapa minggu sebelum dia tewas di tangan pasukan Irak.
Sementara komandan al-Qaeda lain yang tidak disebut namanya dan baru-baru ini ditangkap oleh pasukan Irak juga mengatakan bahwa ISIL menerima USD 150 juta dan 60 kendaraan bantuan dari Saudi sehari sebelum kamp anti pemerintah dibongkar oleh pasukan Irak di Ramadi bulan lalu. (r/it)
Ulama Malaysia: Arab Saudi Tabur Perselisihan di Kalangan Umat Islam
Ulama Sunni terkemuka di Malaysia mengatakan plot buatan Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi telah menimbulkan konflik sektarian antara negara-negara Muslim.
“Arab Saudi telah terpengaruh permainan politik AS dan Eropa,” kata Abdul Hadi Awang pada Press TV hari Sabtu (18/1/14).
“Saudi dan negara-negara Arab lainnya telah mengubah tanah mereka menjadi basis Barat. Mereka melakukan ini bukan untuk mendukung Islam tapi untuk mendapatkan kekuasaan,” tambah Awang, ketua Parti Islam SeMalaysia (PAS), salah satu partai politik Islam di Malaysia.
“Hal ini membuat kita [merasa] menyesal bahwa pemerintah Saudi telah melayani kepentingan Israel dan Barat,” katanya.
“Ini adalah plot Barat untuk menjaga kepentingan Israel dan Barat. Mereka menggunakan agama sebagai alat untuk permainan ini dengan menggunakan orang-orang media dan tokoh politik. Malaysia telah terpengaruh juga,” kata Ust Abdul Hadi Awang.
Dia mengatakan plot itu ditujukan untuk mengadu negara-negara regional satu sama lain demi mengamankan Israel.
Awang menyatakan, mereka yang berada dibalik plot itu merasa marah karena menyaksikan kemajuan di dunia Muslim, khususnya di Iran.
Ulama itu menambahkan, ulama Malaysia telah mengadakan konferensi dan mengeluarkan pernyataan untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah ini.
Dalam sebuah wawancara dengan Press TV bulan November 2013, komentator politik Amerika Jim W. Dean juga mengatakan bahwa Arab Saudi dan Israel mendanai dan melaksanakan kegiatan teroris di Timur Tengah.
“Israel dan Arab Saudi adalah dua organisasi teroris paling aktif di Timur Tengah. Mereka memiliki pengalaman luar biasa dari Israel dan memiliki dana tak terbatas dari Saudi,” katanya …. Dengan potensinya yang dimilikinya, Arab Saudi bisa menjadi sumber malapetaka di dunia Islam. ( Islam Institute – Asharq Ausat- it/r – SANA – syrianNews )

Dikutip: Islaminstitute.com
By http://m.facebook.com/elang

Nigeria: Boko Haram Membantai 50-an Mahasiswa Perguruan Tinggi

Nigeria: Boko Haram Membantai 50-an Mahasiswa Perguruan Tinggi

Nigeria: Militan Boko Haram Membunuh Mahasiswa Perguruan Tinggi Pertanian
Potiskum, Nigeria – Ekstremis Islam Boko Haram adalah teroris yang dicurigai menyerang sebuah perguruan tinggi pertanian di tengah malam, menembak mati puluhan mahasiswa di saat mereka tidur di asrama dan membakar ruang kelas dalam pemberontakan Islamis Militan yang sedang berlangsung di timur laut Nigeria, demikian kata rektor sekolah tersebut.
Sebanyak 50 siswa dinytakan telah tewas dalam serangan yang dimulai pada sekitar 01:00 dini hari Minggu di pedesaan Gujba, demikian kata Provost Molima Idi Mato dari Yobe State College of Agriculture, kepada The Associated Press.
“Mereka menyerang siswa kami sementara mereka sedang tidur di hostel, mereka melepaskan tembakan ke arah kami,” katanya memberi penjelasan.
Dia mengatakan dia tidak bisa memberikan jumlah korban tewas secara persis karena pasukan keamanan masih baru mendata para korban.
Militer Nigeria telah mengumpulkan 42 mayat dan  18 siswa terluka diangkut ke Rumah Sakit Spesialis Damaturu, kata seorang pejabat intelijen militer, yang bersikeras ingin anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada pers.
Selain itu, 1.000 siswa sekolah yang terdaftar telah melarikan diri dari perguruan tinggi sekitar 25 km sebelah utara dari wilayah berlangsungnya serangan terhadap sekolah serupa di seluruh kota Damaturu, kata provost Mato.
Dia mengatakan tidak ada pasukan keamanan yang ditempatkan di kampus meskipun sebelumnya jaminan pemerintah dijanjika bahwa mereka akan dikerahkan.
Komisaris negara untuk pendidikan, Mohammmed Lamin, mengadakan konferensi pers dua pekan lalu mendesak semua sekolah untuk membuka kembali sekolahnya dan menjanjikan perlindungan bersama tentara dan polisi.
Sebagian besar sekolah di daerah itu ditutup setelah militan pada 6 Juli menewaskan 29 murid dan guru, membakar beberapa dari mereka hidup-hidup di hostel mereka, di luar Mamudo Damaturu.
Timur Laut Nigeria berada di bawah darurat militer untuk melawan pemberontakan Islam yang digerakkan oleh militan Boko Haram yang telah menewaskan lebih dari 1.700 orang sejak 2010 dalam upaya mereka untuk sebuah negara khilafah Islam.
Boko Haram berarti pendidikan Barat dilarang dalam bahasa lokal Hausa
Pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau pekan lalu menerbitkan video untuk membuktikan bahwa ia masih hidup. Juga membuktikan klaim palsu militer bahwa mereka telah membunuhnya dalam sebuah penumpasan yang sedang berlangsung.
Pemerintah dan pejabat keamanan mengklaim mereka memenangkan perang mereka melawan teror di timur laut tetapi serangan hari Minggu dan lain-lain mendustakan jaminan mereka.
Para ekstremis Islam Boko Haram telah menewaskan sedikitnya 30 warga sipil lainnya dalam seminggu terakhir .
27 orang tewas dalam serangan terpisah hari Rabu dan Kamis malam di dua desa negara Borno dekat perbatasan timur laut dengan Kamerun, menurut ketua Gamboru – Ngala dewan pemerintah daerah, Modu – Gana Bukar Sheriiff.
Juru bicara militer tidak menanggapi permintaan untuk informasi tentang serangan itu, tetapi seorang pejabat keamanan mengkonfirmasi korban tewas. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang untuk memberikan keterangan kepada wartawan.
Juga hari Kamis, polisi mengatakan tersangka militan Islam Boko Haram membunuh seorang pendeta, anaknya dan seorang kepala desa dan membakar gereja Kristen di Dorawa, sekitar 62 km dari Damaturu.
Mereka mengatakan orang-orang bersenjata menggunakan bahan peledak untuk membakar gereja dan lima rumah.
Sementara itu, petani dan pejabat pemerintah yang melarikan diri dari ancaman serangan segera dari Boko Haram di wilayah lembah Gwoza, daerah pegunungan dengan gua-gua yang melindungi militan meskipun beberpa kali pengeboman udara diulang oleh militer.
Seorang pejabat pemerintah setempat mengatakan telah terjadi serangkaian serangan dalam beberapa pekan dan ancaman terbaru. Pejabat , yang berbicara dengan syarat anonim karena ia takut untuk keselamatan hidupnya, mengatakan Gwoza menjadi kota kosong ketika ia mengunjungi sebentar di bawah pengawalan ketat keamanan pada hari Kamis yang lalu.
Dia mengatakan militan Boko Haram telah mengejar petugas medis dari rumah sakit pemerintah di Gwoza, yang telah merawat beberapa korban serangan. Dan dia mengatakan mereka telah membakar tiga sekolah umum di daerah itu.
Pejabat itu mengatakan pemerintah daerah Gwoza telah mendirikan kantor di Maiduguri, ibukota negara di bagian utara.
Lebih dari 30.000 orang telah melarikan diri dari serangan teroris ke tetangganya Kamerun dan Chad. Pemberontakan dikombinasikan dengan darurat militer telah memaksa petani ladang dan pihak-pihak terkait seperti pedagang produk-produk pertanian mereka menjauh dari pasar, sehingga ikut menyumbang kehancuran ekonomi rakyat Nigeria.
Serangan datang di tengah Nigeria mempersiapkan perayaan 52 tahun kemerdekaan dari Inggris pada Selasa ini, di tengah meningkatnya persaingan pengaruh politik dan persiapan negara untuk pemilihan presiden tahun depan. (Associated Press – Islam Institute)
http://www.aawsat.net/2013/09/article55317834

Sumber: Islaminstitute.com
By http://m.facebook.com/elang

Maulid Nabi Ekspresi Kegembiraan atas Kelahiran Nabi Muhammad

Maulid Nabi Ekspresi Kegembiraan atas Kelahiran Nabi Muhammad

Maulid Nabi Substansinya adalah ekspresi kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi ternyata banyak orang keliru memahami substansi maulid Nabi sehingga mereka benci peringatan Maulid Nabi Muhammad, bahkan sebagian kalangan menuduh acara peringatan maulid Nabi adalah bid’ah sesat, ghuluw (berlebihan, kultus individu) dan pemujaan terhadap Nabi yang tidak dibenarkan, dan para pelakunya akan masuk neraka.

Dzikir Akbar Maulid Nabi Muhammad Saw di Masjid Istiqlal Jakarta, senin 09 Maret 2009 M – 1430 H
Sebelum kami sampaikan tentang dalil dalil yang menjadi dasar mayoritas kaum muslimin di dunia menyelenggarakan acara maulid Nabi, perlu kami sampaikan dulu beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan maulid Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dalam konteks pelaksanaannya setiap bulan Robi’ul Awal :
a.            Kami berkeyakinan bahwa perayaan maulid Nabi dengan cara berkumpul untuk membaca dan mendengar Siroh Nabawi (perjalanan hidup Nabi), menghaturkan sholawat salam untuk beliau, melantunkan qosidah-qosidah pujian kepada beliau juga mendengarkannya, bersedekah makanan, dan membahagiakan orang banyak adalah perkara yang diperkenankan agama.
b.            Kami tidak pernah menganjurkan untuk merayakan maulid Nabi dengan cara-cara di atas hanya pada waktu atau hari tertentu, bahkan barangsiapa meyakini kesunnahan merayakan maulid Nabi pada malam tertentu adalah bagian dari tuntunan agama, maka ia telah berbuat bid’ah, karena mengingat dan menyebut Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam serta berupaya mengaitkan diri dengan beliau adalah kewajiban yang tidak dibatasi dalam waktu tertentu, dan bahkan setiap jiwa orang beriman hendaknya dipenuhi dengan kecintaan yang membangkitkan keinginan untuk mengikuti apa yang telah beliau ajarkan.
c.             Berkumpulnya manusia dalam moment tersebut juga moment-moment baik yang lain adalah sarana besar dan merupakan kesempatan emas yang tidak patut untuk dilewatkan, terutama bagi para da’i dan para ulama untuk mengingatkan ummat pada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, mengingatkan tentang akhlak beliau, etika beliau, tindak-tanduk beliau, perjalanan hidup beliau baik dalam bersosial maupun dalam beribadah. Dan hendaknya para da’i dan para ulama menasehati ummat, memberi petunjuk mereka menuju jalan kebajikan, memberi peringatan agar meninggalkan keburukan serta akibat yang ditimbulkan yang berupa bala’ dan fitnah baik di dunia maupun di akhirat.
Dan Alhamdulillah, inilah yang terjadi sampai sekarang dalam setiap moment peringatan maulid Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam. Maka kami katakan “Bahwa berkumpul dalam memperingati maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam bukanlah tujuan, akan tetapi ia adalah sarana yang mulia untuk tujuan yang mulia, dan barangsiapa yang tidak dapat mengambil sedikit pun kemanfaatan dari agamanya maka ia akan terhalang untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan hari lahirnya Rosululloh Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam”
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Maulid Nabi
1.            Peringatan maulid Nabi hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang Syar’iy (benar menurut agama)
2.            Tidak dibenarkan menyelenggarakan perayaan maulid Nabi dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dalam agama seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan dalam arak-arakan, adanya laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan lain-lain. (lihat Fatwa Hadhrotus Syaikh Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Tanbihaatul Waajibaat Li Man Yashna’ul Maulid Bil Munkaroot)
3.            Apa yang terjadi disebagian kalangan yang berupa keyakinan bahwa jasad Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam keluar dari pusaranya dan hadir dalam majlis maulid, sehingga mereka menyediakan tempat khusus dengan hamparan permadani dan taburan bunga, adalah perkara yang dibuat-buat yang sama sekali tidak memiliki dasar. (Dzikroyaat Wa Munaasabaat karya As Sayyid Al Muhaddits Prof. Dr. Muhammad Ibn Alwi Al Maliki, hal. 110)
Dalil-Dalil Diperbolehkannya Merayakan Maulid Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam
Pertama : Perayaan maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam adalah ungkapan kebahagiaan dan kegembiraan atas hadirnya Rosulullah Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Dan dalam hal ini Imam Al Bukhori meriwayatkan sebuah Hadits :
قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ
‘Urwah berkata ; Tsuwaibah adalah budak perempuan Abu Lahab, ia memerdekakannya kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, ketika Abu Lahab meninggal sebaian keluarganya diperlihatkan Abu Lahab (dalam mimpi) dalam kondisi terburuk, ia bertanya kepada Abu Lahab ; “Apa yang engkau dapati ?” Abu Lahab menjawab : “Aku tidak mendapati apapun setelah kalian, hanya saja aku diberi sedikit minum sebab kumerdekakan Tsuwaibah.”  (HR. Al Bukhori)
Adalah perkara yang masyhur dikalangan para ulama, bahwa yang melatar belakangi Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah adalah kegembiraannya atas berita kelahiran Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.
Kedua : Berbahagia dan bergembira atas karunia dan rohmat Allah adalah perkara yang dituntut agama untuk dilakukan, sebagaimana firman Allah :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan dengan rohmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58)
Sedang dalam ayat lain Allah berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al Anbiyaa’ : 107)
Maka kami bertanya : Pantaskah orang yang beriman dan berakal sehat mempertanyakan alasan kebahagiaan ummat Islam di hari kelahiran Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam ?
Ketiga : Rosulullah Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam mengagungkan dan mensyukuri hari kelahiran beliau dan mewujudkannya dengan cara berpuasa. Sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim :
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab : “Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu wahyu diturunkan padaku.” (HR. Muslim)
Inilah maksud yang terkandung dalam perayaan maulid Nabi, meskipun bentuk ungkapan rasa bahagia dan rasa syukur berbeda, akan tetapi substansi bahagia dan syukur tetap terkandung didalamnya, baik ungkapan tersebut berupa puasa, bersedekah makanan, berkumpul untuk berdzikir dan membaca sholawat atas Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, mendengarkan syama’il-nya yang luhur (keagungan yang berkaitan dengan Nabi) yang notabene kesemuanya adalah perkara-perkara yang legal menurut syara’ untuk mengungkapkan rasa syukur.
Keempat : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam senantiasa memperhatikan korelasi masa dengan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di dalamnya, seperti perhatian beliau pada peristiwa ‘Asyuro sebagaiman diriwayatkan dalam sebuah hadits shohih, bahwa Rosululloh menganjurkan berpuasa pada hari ‘Asyuro’ dan berkata kepada orang-orang Yahudi, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian”.
Kelima : Peringatan maulid Nabi memang belum pernah terjadi pada masa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam maka ia adalah Bid’ah, akan tetapi Maulid Nabi adalah Bid’ah Hasanah (bid’ah yang baik) karena keberadaannya bernaung di dalam dalil-dalil syari’at dan kaedah-kaedah kulliyyah. Oleh karenanya ia dipandang sebagai bid’ah dari sisi rangkaian acara yang menjadi kemasannya, akan tetapi parsial yang menjadi isi dari acara tersebut adalah perkara-perkara yang sudah ada sejak zaman Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, sehingga ia tidak dapat disebut bid’ah.
Keenam : Maulid Nabi dapat mendorong ummat Islam untuk bersholawat, sedang bersholawat adalah perkara yang diperintahkan, berdasarkan firman Allah :
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzaab : 56)
Maka perkara yang dapat mendorong untuk mengerjakan perkara yang diperintah agama berarti ia dianjurkan pula menurut agama.
Ketujuh : Dalam peringatan maulid Nabi, ummat Islam disebutkan tentang kelahiran beliau, mukjizat beliau, siroh beliau, serta pengenalan tentang pribadi beliau. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenal beliau serta dituntut untuk meneladaninya, mengikuti sunnahnya, mengimani mukjiztnya, sedang kitab-kitab maulid adalah karya yang merangkum itu semua.
Kedelapan : Peringatan maulid Nabi adalah ungkapan balas budi kepada beliau dengan menunaikan sebagian kewajiban kita berupa menjelaskan sifat-sifat beliau yang mulia, serta akhlak beliau yang utama. Dulu para penyair dari kalangan para sahabat memuji beliau dengan melantunkan qosidah-qisidah pujian, dan Nabi ridho dengan apa yang mereka lakukan serta memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. Berikut sebagian qoshidah para sahabat yang dilantunkan sebagai pujian kepada beliau:
Dalam Dalaailun Nubuwwah (vol.5 hal. 283) Al Hafizh Al Baihaqi meriwayatkan ; bahwasannya Ka’b ibn Zuhair menyanjung Nabi dengan qosidahnya:
بَانَتْ سَعَادُ فَقَلْبِي الْيَوْمَ مَتْبُوْلٌ                                 مُتَيِّمٌ إِثْرُهَا لَمْ يُفْدَ مَكْبُوْلُ
أَنْبَئْـتَ أَنَّ رَسُـوْلَ اللهِ أَوْعَــدَنِي                                                وَالْعَفْـوُ عِنْدَ رَسُـوْلِ اللهِ مَأْمُوْلُ
إِنَّ الرَّسُـوْلَ لَنُـوْرٌ يُسْـتَضَـاءُ بِـهِ                                             مُهْنِـدٌ مِـنْ سُيُوْفِ اللهِ مَسْلُوْلُ
فِي عُصْبًـةٍ مِنْ قُرًيْـشٍ قَالَ قَائِلُهُــمْ                          بِبَطْـنِ مَكَـةَ لَمَّا أَسْلَمُـوْا زُوْلُوا
يَمْشُوْنَ مَشْيَ الْجَمَـالِ الزُّهْرِ يَعْصِمُهُمْ                    ضرب إِذَا عَـوْدُ السُّـوْدِ التَّنَابِيْلُ
Sa’ad telah bercerai maka hatiku kini merasa sedih, diperbudak dan terbelenggu.
Pengaruhnya tak bisa ditebus
Aku dikabari bahwa  Rosulullah menjanjikanku
Ampunan dapat diharapkan di sisi Rosulullah
Sungguh Rosululloh adalah cahaya yang menyinari
Laksana pedang India dari beberapa pedang Allah, yang terhunus
Dalam kelompok suku Qurays di mana salah satu mereka berkata
Di dalam Makkah saat masuk Islam mereka berhijrah
Mereka berjalan seperti unta yang berkemilau.
Mereka terlindungi oleh pukulan saat orang-orang negro yang pendek berusia lanjut.
Dalam riwayat Abu Bakar ibn Hanbali bahwasanya saat Zuhair sampai pada bait
إِنَّ الرَّسُـوْلَ لَنُـوْرٌ يُسْـتَضَـاءُ بِـهِ    ::   مُهْنِـدٌ مِـنْ سُيُوْفِ اللهِ مَسْلُوْلُ
Sungguh Rosulullah adalah cahaya yang menyinari
Laksana pedang India dari beberapa pedang Allah, yang terhunus
Maka, Rosulullah melemparkan selimut yang melekat pada badannya kepada Ka’ab, dan bahwa Mu’awiyah menawarkan 10.000 dirham kepada Ka’ab untuk memiliki selimut tersebut. “Saya tidak akan memprioritaskan siapapun dengan Rosulullah,” kata Ka’ab. Waktu Ka’ab meninggal dunia Mu’awiyah mengambil selimut tersebut dari ahli warisnya dengan memberi 20.000 dirham kepada mereka.
Jika Rasulullah ridho dengan qoshidah pujian yang dilantunkan dihadapan beliau, maka apakah Rasulullah tidak ridho dengan orang yang menyampaikan keistimewaan-keistimewaan yang ada pada beliau yang justru dapat mendorong orang lain untuk mencintai beliau ?
Hassan ibn Tsabit membacakan syairnya :
أَغَـرَّ عَلَيْـهِ لِلنُّبُــوَّةِ خَاتِمٌ                         مِنَ اللهِ مَشْهُـوْدٌ يَلُـوْحُ وَيَشْهَـدُ
وَضَمَّ الْإِلَهُ اسْمَ النَّبِيِّ إِلَى اسْمِهِ                                 إِذَا قَـالَ فِي الْخَمْسِ الْمُؤَذِّنُ أَشْهَـدُ
وَشَـقَّ لَـهُ مِنِ اسْمِهِ لِيُجَلِّـهِ                                      فَذُو الْعَرْشِ مَحْمُـوْدٌ وَهَذَا مُحَمَّـدُ
نَبِـيٌّ أَتَانَـا بَعْـدَ يَأْسٍ وَفَتْرَةٍ                                      مِنَ الرُّسْلِ وَالْأَوْثَانِ فِي الْأَرْضِ تُعْبَدُ
فَأَمْسِى سِرَاجاً مُسْتَنِيْراً وَهَادِياً                 يَلُـوْحُ كَمَـا لَاحَ الصَّقِيـْلُ الْمُهْنِدُ
فَأَنْذَرَنَــا نَاراً وَبَشَّرَ جَنَّـةً                         وَعَلَّمَنَـا الْإِسْـلاَمَ فَلِلَّـهِ نَحْمَــدُ
Orang yang bersinar wajahnya dan ada cap kenabian padanya
Cap kenabian dari Allah yang terlihat cemerlang.
Allah menggabungkan nama beliau dengan nama-Nya
Ketika muadzin mengumandangkan Asyhadu, lima kali dalam sehar.i
Sebagai penghormatan, dari nama-Nya Tuhan memberikan kepada Nabi
Maka Tuhan pemilik ‘arsy itu Dzat yang dipuji dan beliau orang yang banyak dipuji.
Beliau adalah Nabi yang datang setelah masa kekosongan
dari para rasul, pada saat arca-arca disembah di muka bumi.
Beliau adalah pelita yang menyinari dan petunjuk
yang mengkilap bak pedang India.
Beliau mengancam dengan neraka dan memberi kabar bahagia dengan sorga
dan mengajarkan Islam kepada kami, maka hanyalah untuk Allah segala pujian.
Selanjutnya Hassan juga mengatakan :
يَا رُكْنَ مُعْتَمِدٍ وَعِصْمَةَ لَائِـذٍ                                   وَمَـلَاذَ مُنْتَـجِـعٍ وَجَـارَ مُجَـاوِرٍ
يَا مَنْ تَخَـيَّـرَهُ الْإِلَـهُ لِخَلْقِهِ                        فَحَبَـاهُ بِالْخَلْـقِ الزَّكِـيِّ الطَّاهِـرِ
أَنْتَ النَّبِيُّ وَخَيْرُ عُصْبَـةِ آدَمَ                                   يـَا مَـنْ يَجُوْدُ كَفَيْـضِ بَـحْرٍ زَاخِرٍ
مِيْكَالُ مَعَكَ وَجِبْرَئِيْلُ كِلاَهُمَا                  مــَدَدٌ لِنُصْـرِكَ مِـنْ عَزِيْـزٍ قَادِرٍ
Wahai pilar penyangga dan pelindung orang yang berlindung
tempat orang meminta bantuan dan tetangga bagi yang berdampingan
Wahai orang yang dipilih Tuhan untuk makhluk-Nya
Alloh telah memberimu perilaku yang bersih dan suci
Engkau adalah Nabi dan sebaik-baik keturunan Adam
Wahai orang yang berderma laksana limpahan samudera yang pasang
Mikail dan Jibril senantiasa bersamamu
sebagai bantuan dari Dzat Yang Maha Perkasa dan Kuasa untuk menolongmu
Shofiyyah binti ‘Abdil Muththollib meratapi dan menyebut-nyebut kebaikan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam :
أَلاَ يَا رَسُـوْلَ اللهِ كُنْتَ رَجَاءَنَا                                 وَكُنْـتَ بِنَـا بَرًّا وَلَمْ تَكُ جَافِيًـا
وَكُنْـتَ رَحِيْماً هَادِيـاً وَمُعَلِّماً                     لَيَبْكِ عَلَيْكَ الْيَوْمَ مَنْ كَانَ بَاكِيًـا
صَدَقْتَ وَبَلَغْتَ الرِّسَالَةَ صَادِقاً                  رُمْـتَ صَلِيْبَ الْعَوْدِ أَبْلَجَ صَافِيـًا
فِدىً لِرَسُـوْلِ اللهِ أُمِّي وَخَالَتِي                 وَعَمِّـي وَآبَائِي وَنَفْسِـي وَمَالِيَـا
لَعَمْـرُكَ مَا أَبْكِـي النَّبِيَّ لِفَقْدِهِ                                    وَلَكِنْ لِمَا أَخَشَـى مِنَ الْهَـرْجِ آتِيًا
كَأَنَّ عَلَى قَلْبِي لِذِكْـرِ مُحَمَّـدٍ                                    وَمَا خِفْـتُ بَعْـدَ النَّبِـيِّ مُطَاوِياً
فَلَـوْ أَنَّ رَبَّ النَّاسِ أَبْقَى نَبِيَّنَا                                   سَعِدْنَـا وَلَكِـنْ أَمْرُهُ كَانَ مَاضِياً
عَلَيْكَ مِنَ اللهِ السَّـلاَمُ تَحِيَّـةً                                     وَاُدْخِلْتَ جَنَّـاتٍ مِنَ الْعَدْنِ رَاضِيًا
أَفَاطِـمُ صَلَّى اللهُ رَبُّ مُحَمَّدٍ                                     عَلَى جَـدَثٍ أَمْسَى بِطَيْبَـةَ ثَاوِياً
Wahai Rosululloh, engkau adalah harapan kami
Engkau baik pada kami dan tidak kasar
Engkau pengasih, pembimbing dan pengajar
Hendaklah menangis sekarang orang yang ingin menangis
Engkau jujur, engkau telah menyampaikan risalah dengan jujur
Engkau telah melemparkan kayu salib yang mengkilap
Ibu, bibi, paman, ayah, diriku dan hartaku menjadi tebusan untuk Rosululloh
Sungguh, aku tak menangisi kematian Nabi
Namun aku khawatir akan datangnya kekacauan
Di hatiku seolah-olah ada ingatan Muhammad
Sesudah kematian beliau, aku tak takut pada kesusahan yang terpendam
Jika Alloh mengekalkan Nabi kami
Kami akan bahagia, tapi urusan beliau telah berlalu
Salam dari Alloh untukmu, sebagai ungkapan penghormatan
Engkau telah dimasukkan ke sorga ‘Adn dengan suka cita
Wahai Fathimah, Alloh Tuhan Muhammad telah menyampaikan sholawat
Atas kuburan yang berada di Thaibah
Ibnu Sa’d dalam At Thobaqoot menyatakan bahwa bait-bait Shofiah ini adalah milik ‘Urwa binti Abdil Muththllib.
Kesembilan : Dengan adanya pembacaan kisah Maulid Nabi, Umat Islam jadi mengetahui keistimewaan Rosululloh, Irhash beliau (perkara yang tidak lumrah yang terjadi sebelum kenabian), mukjizat beliau, dapat menyebabkan kesempurnaan iman kepada beliau serta menambah mahabbah pada beliau, karena memang watak manusia diciptakan menyukai keindahan, baik bentuk maupun akhlak, tindak tanduk ataupun keyakinan, dan kenyataannya tiada yang lebih indah dan lebih sempurna dibanding dengan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam baik fisik maupun akhlaknya.
Kesepuluh : Memuliakan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam adalah perkara yang disyari’atkan, sedang kebahagiaan di hari kelahiran beliau dengan menunjukkan kegembiraan dan mengadakan jamuan makan serta berkumpul untuk berdzikir juga memuliakan orang-orang faqir adalah ekspresi yang paling nampak dalam mewujudkan kebahagiaan serta rasa syukur kepada Alloh atas karunia hidayah-Nya juga atas rohmat berupa diutusnya Rosululloh Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam.
Kesebelas : Maulid Nabi adalah perkara yang dipandang baik oleh para ulama dan juga segenap ummat islam diberbagai belahan dunia, keberadaannya telah terjadi dan berlaku sejak ratusan tahun silam. Maka maulid Nabi adalah perkara yang disyari’atkan berdasar kaedah yang disandarkan pada hadits mauquf Ibnu Mas’ud :
فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ
Maka apa yang dipandang baik oleh Ummat Islam (Ulama mayoritas) maka ia baik di sisi Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh ummat Islam maka ia buruk di sisi Allah. “ (HR, Ahmad dan At Thobroni)
Kedua belas : Dalam peringatan maulid Nabi terkumpul kebaikan-kebaikan berupa shodaqoh, dzikir, memuji dan mengagungkan Nabi dari aspek kenabian, itu semua adalah kebajikan-kebajikan yang dianjurkan dalam syari’at dengan petunjuk umum yang tidak dibatasi cara pelaksanaannya. Dan sungguh banyak atsar-tsar shohih tentang hal itu dan yang mendorong untuk melakukannya.
Ketiga belas : Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah rosul-rosul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman. (QS, Hud : 120)
Dalam ayat di atas Allah menunjukkan hikmah dikisahkannya para rasul kepada Nabi Muhammad untuk meneguhkan hati beliau, maka pada hari ini kita sungguh lebih membutuhkan agar Allah meneguhkan hati kita dengan cara mendengarkan kisah-kisah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam.
Keempat belas : Tidak setiap perkara yang tidak ada pada masa sahabat dan tabi’in berati bid’ah yang sesat, akan tetapi hendaknya perkara tersebut diuji terlebih dahulu dengan dalil-dalil syari’at. Penjelasan tentang hal ini telah kami sampaikan pada Pasal Bid’ah.
Kelima belas : Peringatan maulid Nabi dapat menghidupkan sejarah dan napak tilas beliau shollallohu ‘alaihi wasallam, hal ini bagi kami adalah perkara yang disyari’atkan. Bukankah dalam pelaksanaan ibadah hajji baik rukun, wajib atau sunnah hajji sebagian adalah napak tilas sejarah Nabi Ibrohim ‘alaihis salam dan keluarga beliau dalam mengabdi kepada Allah. Coba anda renungkan perjalanan Sa’i, melempar Jamarot, menyembelih qurban di Mina, dan yang lain.
Oleh Ustadz Abu Hilya
Posts related to Maulid Nabi Ekspresi Kegembiraan atas Kelahiran Nabi Muhammad

Dikutip: Islaminstitute.com
By http://m.facebook.com/elang

Syafa’at Nabi Muhammad, Tidak Musyrik Meminta Syafaat Ketika Masih di Dunia

Syafa’at Nabi Muhammad, Tidak Musyrik Meminta Syafaat Ketika Masih di Dunia

SYAFAAT NABI MUHAMMAD
Oleh: Ustadz Abu Hilya
Syafa’at Nabi Muhammad, Apakah Musyrik Meminta Syafaat Kepada Nabi Muhammad Ketika Kita Masih Di Dunia?
Syafaat dalam artian memberi pertolongan kelak di ‘hari pembalasan’ (hari kiamat) menurut keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah adalah mutlak milik Allah, namun di sisi lain Allah memberikan kewenangan kepada makhluk pilihan-Nya untuk memberikan syafa’at. Sebagaimana dalam firman-Nya :
قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً “
Katakanlah : “ Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya “ (QS, Az Zumar : 44)
Namun dalam ayat lain Allah berfirman :
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang-orang yang diridhoi (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. (QS, Al Anbiyaa’ : 28)
Allah juga berfirman :
لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
Mereka tidak berhak mendapat Syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (QS, Maryam:87)
Allah juga berfirman :
وَلَا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ عِندَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ
“Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu “ (QS, Saba’ : 23)
Allah juga berfirman :
وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى
“Dan betapa banyak malaikat dilangit, syafa’at (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Alloh telah mengizinkan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridhoi “ (QS, An Najm : 26)
Allah juga berfirman :
وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“ Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang haq (tauhid) dan mereka meyakini(nya). “ (QS, Az Zukhruf : 86)
Allah juga berfirman :
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
“Tidak ada yang memberi syafa’at di sisi-Nya melainkan dengan izin-Nya “ (QS, Al Baqoroh : 255)

Dan Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam adalah orang pertama yang diberi izin untuk memberi syafaat, sebagaimana dalam sabda beliau :
وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
Aku adalah orang pertama yang memberi syafaat dan diterima syafaatnya.(HR. Muslim)
Tidak ada gunanya mengingkari adanya orang-orang yang diberi kewenangan oleh Allah untuk memberi syafa’at kepada yang lain, pun juga tak ada gunanya mengingkari berolehnya kemanfaatan orang-orang yang mendapat syafa’at dari orang yang telah diizinkan Allah untuk memberi pertolongan (syafa’at) kelak di hari kiamat. Mengingkari perkara-perkara yang berkaitan dengan Syafaat adalah ibarat mengingkari matahari di siang bolong tanpa tertutup awan.
Sebagian kalangan mengingkari syafa’at dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan orang-orang mukmin yang mendapat izin dari Alloh dengan berhujjah pada :
وَاتَّقُوا يَوْمًا لا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Dan jagalah dirimu dari (adzab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong “ (QS, Al Baqoroh :48)
وَلا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat se-suatu syafa’at kepadanya, dan tidak (pula) mereka akan ditolong. (QS, Al Baqoroh :123)
مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ
Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya “ (QS, Ghofir/Al Mu’min :18)

Jawaban dari ahlussunnah waljama’ah adalah bahwa ayat-ayat di atas mengandung dua pengertian :
- Pertama, syafaat tidak bisa dimanfaatkan oleh kaum musyrikin sebagaimana firman Alloh:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ () قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ () وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ () وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ () وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ () حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ () فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ ()
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqor (neraka)?. Mereka menjawab : “ kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang sholat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian.” Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at “ (QS, Al Mudatstsir : 42-48)

Mereka tidak mendapat manfaat dari syafaat orang-orang yang memberi syafaat sebab mereka adalah orang-orang kafir.
- Kedua, ayat-ayat di atas menolak syafaat dalam versi orang-orang musyrik dan golongan sejenis dari kalangan ahli bid’ah, baik golongan ahlul kitab maupun kaum muslimin yang menganggap bahwa makhluk memiliki kemampuan memberi syafaat tanpa izin Alloh.
Sebagian kalangan beranggapan, bahwa syafaat hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang keimanan dan amal sholihnya memang layak untuk mendapatkan sorga. Ini jelas bertentangan dengan nash-nash agama yang shorih dan shohih. Bukankah sesuai sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, bahwa termasuk mereka yang mendapat pertolongan syafa’at dari Nabi kelak dihari kiamat adalah “Man Kaana Fii Qolbihi Mitsqoolu Khordzalin Min Imaan” Yakni mereka yang hanya memiliki iman seberat biji bayam dalam hatinya ?
Dari paparan di atas tentunya tidak semua fihak dapat menerima, bahkan kita jumpai sebagian kalangan yang tidak memahami substansi dari syafa’at, berusaha keras menolak dan berkata : “Memohon syafa’at tidak dapat dilakukan di dunia, karena syafa’at hanya berlaku nanti di akhirat”. Bahkan sebagian kelompok akstreem menganggap orang yang meminta syafa’at dari orang lain dikategorikan sebagai pelaku syirik akbar, serta mengeluarkan mereka dari islam (murtad).
Kami katakan : Dosa apakah yang diterima jika seseorang memohon kepada pemilik, sebagian miliknya, apalagi jika yang diminta adalah orang dermawan dan yang meminta sangat membutuhkan apa yang diinginkan? Syafaat tidak lain hanyalah do’a, dan do’a adalah sesuatu yang legal, mampu dikerjakan, dan diterima. Apalagi do’a para Nabi dan orang-orang sholih pada saat masih hidup dan sesudah mati di dalam kubur dan hari kiamat. Syafa’at diberikan kepada orang yang mengambil komitmen iman di sisi Alloh dan diterima oleh Alloh dari setiap orang yang mati dalam keadaan mengesakan-Nya.

Adalah fakta bahwa sebagian sahabat memohon syafaat kepada Nabi dan beliau tidak mengatakan, “Memohon syafaat dariku adalah tindakan syirik. Carilah syafaat dari Allah dan jangan engkau sekutukan Tuhanmu dengan siapapun.” Tidak, Nabi Muhammad tidak berkata demikian, yaa Akhi…
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَشْفَعَ لِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ أَنَا فَاعِلٌ إِنْ شَاءَ اللهُ… رواه الترمذي
Dari Anas ibn Malik, ia mengatakan; “Aku meminta kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam agar beliau memberi syafa’at padaku kelak di hari kiamat, maka Nabi menjawab: “Insya Alloh aku akan melakukannya,”. )HR Turmudzi dalam Sunan-nya dan menilainya sebagai hadits hasan.)
Demikian pula sahabat lain selain Anas, mereka memohon syafaat kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.
Sawaad ibn Qoorib mengucapkan syair di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:
وَأَشْهَدُ أَنَّ اللهَ لَا رَبَّ غَيْرَهُ :: وَأَنَّكَ مَأْمُوْنٌ عَلَى كُلِّ غَائِبْ
وَأَنَّكَ أَدْنَى الْمُرْسَلِيْنَ وَسِيْلَةً :: إِلَى اللهِ يَا اِبْنَ الْأَكْرَمِيْنَ الْأَطَايِبْ
Aku bersaksi, sungguh tiada Tuhan selain Allah
Dan engkau dapat dipercaya atas semua hal ghaib
Engkau rosul paling dekat untuk dijadikan wasilah
kepada Allah, wahai putra orang-orang mulia nan baik
sampai tiba pada :
فَكُنْ لِي شَفِيْعًا يَوْمَ لَا ذُوْ شَفَاعَةٍ :: سِوَاكَ مُغْنٍ عَنْ سَوَادِ بْنِ قَارِبْ
Jadilah engkau pemberi syafaat pada hari dimana pemberi syafaat
selainmu tidak mencukupi Sawad ibn Qoorib.
Hadits di atas diriwayatkan oleh :
- Al Baihaqi dalam Dalaailun Nubuwwah vol. II hal. 126
- Ibnu ‘Abdil Baarr dalam Al Istii’aab. vol. 1 hal. 204
- Ibnu Hajar juga menyebutkannya Dalam Fathul Baari syarh Shohih Al Bukhori vol. VII hlm. 180 pada Baabu Islaami ‘Umar –rodhiyallohu ‘anhu-
Dalam Dalaailun Nubuwwah terdapat redaksi yang menunjukkan respon Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam terhadap Sawwad :
عَنْ سَوَّادِ بْنِ قَارِبٍ قَالَ : فَضَحِكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ ، وَقَالَ لِي : أَفْلَحْتَ يَا سَوَّادُ
Dari Sawwad bin Qoorib, ia berkata : “Maka Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam tertawa hingga nampak gigi-gigi beliau, dan beliau bersabda : “Beruntunglah engkau wahai Sawwad“
Mazin ibn Khoitsamah Al Khuthomi juga memohon syafaat kepada Rosululloh ketika datang untuk memeluk Islam dan mengucapkan :
إِلَيْكَ رَسُوْلَ اللهِ خَبَّتْ مَطِيَّتِي :: تَجُوْبُ الْفَيَافِي مِنْ عَمَّانَ إِلَى الْعَرَجِ
لِتَشْفَعَ لِي يَا خَيْرَ مَنْ وَطِئَ الْحَصَا :: فَيَغْفِرَ لِي رَبِّي فَأَرْجِعُ بِالْفَلَجِ
Kepadamu, wahai Rosululloh, untaku lari….
Melintasi padang sahara dari Oman hingga ‘Arj….
Agar engkau memberiku syafa’at, wahai sebaik-baik orang yang menginjak kerikil….
Hingga akhirnya Tuhan mengampuniku dan aku pergi membawa kemenangan… (HR. Abu Nu’aim dalam Dalaailun Nubuwwah vol. 1 hal. 417)
‘Ukasyah ibn Mihshon juga meminta syafa’at kepada Rosululloh ketika beliau menyebutkan ada 70.000 orang yang masuk sorga tanpa proses hisab. “Do’akan aku agar termasuk salah satu dari mereka,” pinta ‘Ukasyah. Dan Nabi pun langsung mendo’akannya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori, Imam Muslim dan yang lain.
Sudah maklum bahwa siapapun tidak akan meraih prestasi masuk sorga tanpa proses hisab kecuali setelah mendapat syafaat agung beliau untuk mereka yang tinggal di padang mahsyar, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits mutawatir. Permintaan ‘Ukasyah ini mengandung pengertian memohon syafa’at.
Hadits-hadits yang satu tema dengan hadits ‘Ukasyah banyak jumlahnya dalam kitab-kitab hadits. Dimana seluruhnya menunjukkan diperbolehkannya memohon syafa’at kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam di dunia. Sebagian orang ada yang memohon dengan menunjukkan dirinya dengan mengatakan, “Berilah aku syafa’at”, ada yang memohon masuk sorga, meminta termasuk rombongan pertama yang masuk sorga, atau memohon termasuk golongan mereka yang bisa mendatangi telaga Nabi, memohon menemani beliau di sorga sebagaimana terjadi pada Robi’ah Al Aslami saat mengatakan, “Saya mohon kepadamu untuk menemanimu di sorga.” Nabi lalu menunjukkan jalan untuk menempuhnya. “Bantulah dirimu sendiri dengan memperbanyak sholat,” saran beliau.
Beliau tidak mengatakan kepada Robi’ah dan yang lain dari orang-orang meminta masuk sorga, meminta bersama beliau, atau berharap agar termasuk penghuni sorga, termasuk mereka yang mendatangi telaga, atau termasuk yang mendapatkan ampunan, “Tindakan ini (memohon hal-hal di atas kepada beliau) haram, permohonan tidak bisa diajukan sekarang, waktu memohon syafaat belum tiba, tunggulah sampai datang izin Allah untuk memberi syafaat, atau masuk sorga, atau minum dari telaga”. Padahal semua permohonan tersebut tidak akan terjadi kecuali pasca syafaat agung. Semua permohonan di atas mengandung arti memohon syafaat dan Nabi pribadi memberi kabar gembira akan adanya syafaat tersebut serta menjanjikan mereka dengan sesuatu yang memuaskan mereka.

Jika ada yang mengatakan ; bahwa Nabi mengabulkan permintaan itu semua dengan tujuan hanya untuk menghormati dan menyenangkan mereka. Maka kami katakan : Argumentasi tersebut lemah dan tidak berdasar, dengan setidaknya dua alasan :
– Sungguh hadits-hadits diatas telah sangat jelas menunjukkan bahwa meminta syafa’at kepada Nabi sebelum datangnya hari kiamat adalah hal yang diperkenankan, karena sangat tidak mungkin bila memohon syafaat itu dilarang lalu beliau shollallohu ‘alaihi wasallam tidak menjelaskan status hukumnya.
- Jika dikatakan bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam hanya menghormati atau menyenangkan mereka, maka argumentasi tersebut juga sangat lemah, karena beliau adalah sosok yang tidak takut akan kecaman dalam membela kebenaran.
Memohon syafa’at kepada Nabi di dunia sebelum akhirat itu sah dalam artian bahwa orang yang memohon syafa’at akan memperolehnya secara hakiki di tempatnya pada hari kiamat dan sesudah Alloh mengizinkan kepada orang yang memberi syafa’at untuk memberikanya. Bukan berarti ia mendapatkan syafa’at di dunia ini sebelum waktunya.
Hadits di atas sesungguhnya adalah sejenis kabar gembira dari Nabi untuk masuk surga bagi banyak kaum mukminin. Karena makna hadits tersebut adalah bahwa mereka bakal masuk surga pada hari kiamat dan setelah dizinkan oleh Alloh pada waktu yang telah ditentukan. Bukan berarti mereka akan masuk surga di dunia atau alam barzah. Tentunya orang yang sedikit berilmu tahu akan hal itu.
Apabila memohon syafa’at kepada Nabi di dunia pada saat beliau masih hidup itu sah, maka kami nyatakan bahwa tidak apa-apa memohon syafa’at kepada Nabi sepeninggal beliau, berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan oleh ahlussunnah wal jama’ah yang menyatakan bahwa para Nabi hidup dengan kehidupan barzah. Dan Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam adalah Nabi paling sempurna dan paling agung dalam hal ini. Beliau mampu mendengar pembicaraan, amal perbuatan ummat disampaikan kepadanya, memohonkan ampunan buat mereka, memuji Allah, dan sampainya sholawat orang yang menyampaikannya kepada beliau meskipun ia berada jauh di ujung dunia, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang dikategorikan shohih oleh sekelompok huffadz (pakar hadits) yaitu :
حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُونَ وَنُحَدِّثُ لَكُمْ ، وَوَفَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ أَعْمَالُكُمْ فَإِنْ وَجَدْتُ خَيْراً حَمِدْتُ اللهَ ، وَإِنْ وَجَدْتُ شَرّاً اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ.
“Hidupku lebih baik untuk kalian. Kalian bisa berbicara dan mendengar pembicaraan. Dan kematianku lebih baik buat kalian. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku menemukan amal baik maka aku memuji Allah dan bila menemukan amal buruk aku memohonkan ampunan kepada Allah untuk kalian.” (HR. Al Bazzar)

Hadits ini dinilai shohih oleh sekelompok huffadz yaitu Al ‘Iraqi, Al Haitsami, Al Qostholani, As Suyuthi, dan Isma’il Al Qodhi.
Jika Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam dimohon syafaat, maka beliau mampu untuk berdo’a dan memohon kepada Allah sebagaimana beliau melakukan hal ini saat masih hidup. Selanjutnya seorang hamba akan mendapat syafaat tersebut di tempatnya setelah diizinkan Alloh. Sebagaimana sorga dapat diperoleh oleh orang yang telah di khabarkan Nabi di dunia. Pada waktunya orang ini dapat memperoleh sorga setelah mendapat izin Allah untuk masuk sorga.
Diperkenankannya memohon syafaat kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam di dunia dan akhirat adalah keyakinan kami dan menjadi keteguhan hati kami, yaitu kaum Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah). Wallohu A’lam.

Sumber: Islaminstitute.com
By http://m.facebook.com/elang

Mewujudkan Taubatan Nasuha


Mewujudkan Taubatan Nasuha

Dawuh Kyai Orang-orang yang melakukan dosa banyak macam latar belakangnya. Dalam ketentuan fiqh, orang yang melakukan dosa (melanggar aturan syar’at) dikarenakan tidak tahu hukumnya, tidak dengan sengaja, dan dipaksa. Tentu, orang yang melakukan pelanggaran aturan syari’at karena tiga hal ini, menurut hukum fiqh tidak memiliki konsekwensi hukum, dimaklumi atau ditolerir, tidak berdosa.

Latar belakang atau alasan di atas sudah menjadi maklum bagi siapapun. Namun ada latar belakang lain yang sulit dimaklumi namun harus diperhatikan. Melakukan dosa karena tidak tahu atau tidak sengaja, lebih sedikit kemungkinannya terjadi. Sedangkan orang yang melakukan dosa tidak karena sengaja atau tidak tahu, sepertinya lumayan banyak. Jelasnya, perbuatan dosa yang dilakukan lebih rawan disengaja, tentu dalam keadaan tahu dan sadar.

Apakah orang yang melakukan dosa besar tersebut tidak bisa terjadi kepada orang yang pintar agama (alim)? Tidak menutup kemungkinan bisa terjadi. Karena orang yang alim bisa saja hanya sekedar mengetahui hukumnya tapi tidak menyadarinya (tahu hukum tapi tidak sadar hukum). Artinya, kepintaran ilmu agama tidak menjamin akan menjaga dirinya untuk menghindar dari perbuatan dosa, justru kadang kepintarannya yang menjadi pembenar melakukan dosa. Ini bagi orang yang hanya pintar agama dalam ranah syari’atnya.

Terlepas dari orang yang pintar agama atau tidak, sesungguhnya orang yang melakukan dosa, ada yang melakukan dosa dan mengabaikan atau tidak perduli dengan dosa yang dilakukan. Ada yang melakukan dosa dan merasa berdosa tapi sulit menghindarinya. Bahkan, ada yang melakukan dosa dan ketika melakukan dosa dia sadar dan ingat kepada Allah.

Melakukan dosa –memang- merupakan sesuatu yang keji. Namun, sebenarnya ada sisi positif yang bisa diambil hikmahnya. Mungkin hal ini bagi orang yang melakukan dosa, dia sadar akan dosanya. Artinya, melakukan dosa membuat dia merasa dirinya hina. Merasa dirinya hina karena melakukan dosa lebih baik dari pada melakukan ibadah tapi membuat dirinya sombong, merasa yang paling suci dari orang lain, atau merasa sudah berhak mendapatkan surga.

Namun, merasa hina yang keterlaluan bisa terjebak pada merasa tidak pantas untuk mendekatkan diri pada Allah. Semisal, karena dirinya penuh dosa, lantas merasa tidak pantas jika berupaya dekat pada Allah. Mungkin ini disamakan dengan orang yang merasa bersalah pada saudaranya. Karena merasa bersalah akhirnya dia menghindar, tidak mau mendekat.

Paradigma seperti itu salah. Allah tidak pernah menutup pintu taubatnya bagi hamba yang hendak datang pada-Nya untuk mengetuk pintu ampunan-Nya. Dalam hadits qudsi Allah menyatakan keterbukaan pintu taubatnya bagi hamba-Nya, “Wahai anak Adam, selama kau berdoa dan berharap kepadaKu, Aku mengampunimu atas apa yang telah kaulakukan dan aku tidak peduli”.

Pernyataan Allah di atas merupakan keluasan kasih sayang-Nya pada hamba-hamba-Nya. Karena itu, tidak ada alasan untuk tidak melakukan taubat. Memang, orang bertaubat ada yang langsung berhenti tidak melakukannya kembali. Ada yang masih saja melakukan meski jarang-jarang. Mungkin ini masih proses. Ada yang masih sangat lemah untuk meghindarinya, mungkin karena sudah menjadi kebiasaan. Ada orang yang sadar ketika melakukannya, tapi dia tidak bisa meninggalkannya. Inilah orang yang sadar tapi tidak mampu menjalani kesadarannya.

Dikutip: Islaminstitute.com
By http://m.facebook.com/elang

Mewujudkan Kerukunan Antar Umat Beragama Imam Syafi'i Motivasi Pendahuluan

Mewujudkan Kerukunan Antar Umat Beragama Imam Syafi'i Motivasi
Pendahuluan

Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, bahkan predikat ini menjadi cermin kepribadian bangsa kita di mata dunia internasional. Indonesia adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna meraih dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia kita. Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan karena ada beberapa kasus kekerasan yang bernuansa Agama. Ketika bicara peristiwa yang terjadi di Indonesia hampir pasti semuanya melibatkan umat muslim, hal ini karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Masyarakat muslim di Indonesia memang terdapat beberapa aliran yang tidak terkoordinir, sehingga apapun yang diperbuat oleh umat Islam menurut sebagian umat non muslim mereka seakan-seakan merefresentasikan umat muslim.

Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam masalah agama. Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama. Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa agama lain yang juga dianut penduduk ini. Kristen, Khatolik, Hindu, Budha dan Konghucu adalah contoh agama yang juga banyak dipeluk oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia untuk bersama-sama membangun negara ini menjadi yang lebih baik.

Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Kerukunan intern umat beragama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen.
Kerukunan antar umat beragama , yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama.
Kerukunan umat beragama dengan pemerintah, yaitu bentuk kerukunan semua umat-umat  beragama menjalin hubungan yang  yang harmoni dengan Negara/ pemerintah. Misalnya  tunduk dan patuh terhadap aturan dan perundang-undangan yang  berlaku. Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan umar beragama  dengan pemerintah itu sendiri. Semua umat beragama yang diwakili oleh tokoh-tokon agama  dapat sinergi dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah untuk menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa.
Seluruh peraturan pemerintah  yang membahas kerukunan hidup umat beragama,  harus mencakup empat pokok masalah sbb:

Pendirian Rumah Ibadah
Penyiaran agama
Bantuan keagamaan  dari luar negeri
Tenaga asing bidang keagamaan
Kerukunan Dalam Perspektif Islam

Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam sebaiknya berkaca kepada sejarah yang pernah terjadi dalam dunia Islam, yaitu di Madinah. Dengan pimpinan nabi Muhammad saw mendirikan negara yang pertama kali dengan penduduk yang majemuk, baik suku dan agama, suku Quraisy dan suku-suku Arab Islam yang datang dari wilayah-wilayah lain, suku-suku Arab Islam penduduk asli Madinah, suku-suku Yahudi penduduk Madinah, Baynuqa’, Bani Nadlir dan suku Arab yang belum menerima Islam. Sebagai landasan dari negara baru itu Rasulullah saw memproklamasikan peratururan yang kemudian lebih dikenal dengan nama Shahifatul Madinah atau Piagam Madinah. Menurut para ilmuwan muslim dan non muslim dinyatakan bahwa Piagam Madinah itu merupakan konstitusi pertama negara Islam.

Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal itu nabi Muhammad saw telah meletakkan pondasi  sebagai landasan kehidupan umat beragama dalam negara yang plural dan majemuk, baik suku maupun agama dengan memasukkan secara khusus dalam Piagam Madinah sebuah pasal spesifik tentang toleransi. Secara eksplisit dinyatakan dalam pasal 25: “Bagi kaum Yahudi (termasuk pemeluk agama lain selain Yahudi) bebas memeluk agama mereka, dan bagi orang Islam bebas pula memeluk agama mereke. Kebebasan ini berlaku pada pengikut-pengikut atau sekutu-sekutu mereka dan diri mereka sendiri” (lil yahudi dinuhum, wa lil muslimina dinuhum, mawaalihim wa anfusuhum).

Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat beragama perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut:

Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan     satu komunitas (ummatan wahidah).
Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas   Islam dan komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip:
Bertetangga yang baik
Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
Membela mereka yang teraniaya
Saling menasehati
Menghormati kebebasan beragama.
Lima prinsip tersebut mengisyaratkan:

Persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa diskriminasi yang didasarkan atas suku dan agama; dan
Pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan masalah bersama serta saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.
Lahirnya Piagam Madinah oleh beberapa ahli tentang Islam, seperti dikatakan oleh sejarawan Barat, Wiliam Montgomery Watt sebagai loncatan sejarah yang luar biasa dalam perjanjian multilateral. Selain sifatnya yang inklusif, Piagam Madinah berhasil mengakhiri kesalahpahaman antara pemeluk agama selain Islam dengan jaminan keamanan yang dilindungi konstitusi Negara.

Semangat persamaan dan persaudaraan tanpa melihat suku dan agama dalam Piagam Madinah itu tidak lepas dari bimbingan wahyu Allah SWT, di mana Rasulullah saw tidak akan berkata sesuatu dari kehendak nafsunya kecuali merupan wahyu Allah SWT. Piagam Madinah senafas dengan inti ajaran paradigma kehidupan umat beragama yang termaktub dalam al Qur’an al Karim, yakni tidak ada paksaan untuk menganut suatu agama (al Baqarah:256), larangan kepada Rasulullah saw untuk memaksa orang menerima Islam (Yunus:99) dan bahwa tiada larangan bagi umat Islam untuk berbuat baik, berlaku adil dan saling tolong menolong dengan orang-orang bukan Islam yang tidak memerangi umat Islam karena agama dan tidak mengusir meraka dari kampung halaman atau negeri mereka (al Mumtahanah:8–9), bahwa Islam mengakui pluralitas agama bukan pluralisme agama (al Kafirun:1- 6).

Kalau sebab turunnya (asbab al nuzul) ayat dalam surat al Kafirun dikaji secara seksama, ayat ini merupakan penolakan Nabi Muhammad SAW secara diplomatis dan etis atas propaganda agama lain. Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari untuk saling tukar agama, Nabi SAW menanggapinya dengan arif dan bijaksana, “bagimu agamamu, bagiku agamaku”. Tidak konfrontatif, apalagi destruktif sehingga orang yang mengajaknya pun malah segan.

Ke depan, guna memperkokoh kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia khususnya di Banyuwangi kiranya perlu membangun dialog horizontal dan dialog Vertikal.

Dialog Horizontal adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan akan sifat dasar manusia yang asasi, dengan menempatkan manusia pada posisi kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia yang bukan sebagai benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berakal budi, yang kreatif dan  berbudaya.

Suatu sifat dalam dialog, di mana seseorang melihat lawan dialognya dengan hati lapang dan penuh pernghargaan (‘ain al ridla), bukan sebaliknya, melihat lawan dialognya sebagai musuh dan penuh kebencian (‘ain al sukhth). Sikap dasar moral harus tetap dipertahankan dalam hubungan dialog horizontal. Oleh karena itu tidak seharusnya manafikan eksistensi orang lain.

Dialog Vertikal berarti pemahaman dan pengkhayatan akan fungsi dan makna keagamaan secara mendalam bukan fanatisme buta dalam beragama karena kebodohannya. Dalam konteks kemasyarakatan kita, banyak yang mempertentangkan suatu agama dengan agama lain, bahkan antar sesama pemeluk agama tertentu. Karenanya para tokoh agama mengingatkan betapa pentingnya penghayatan keagamaan dan untuk memperluas cakrawala dialog vertical.

Unsur penting dalam dialog vertikal adalah mendalami materi keagamaan secara intern. Artinya, kita mesti terus berlajar mendalami secara objektif makna agama kita masing-masing. Pada posisi puncak sebenarnya adalah pengejewantahan diri kita untuk mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan inilah yang disebut dengan dialog vertical. Oleh karena itu, umat beragama tidak layak mempertentangkan dan menghancurkan eksistensi orang lain dengan mengatasnamakan agama.

Kesimpulan

Akhirnya jika bicara tentang kerukunan maka harus bicara tentang KITA, bukan bicara tentang AKU dan KAMU sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhaammad SAW dalam Piagam Madinah. Semoga kita selalu mampu menjaga persaudaraan kemanusiaan (Ukhuwah Basyariyah), Persaudaran Kebangsaan (Ukhuwah Wathaniyah) dan Persaudaraan seiman (Ukhuwah Diniyah) di bumi Indonesia yang kita cintai ini, agar kita dapat hidup rukun dan harmoni. Sebagai semboyan kita, Bhinneka Tunggal Ika.

Img:indonesiatanahairku-indonesia.blogspot

Dikutip: Islaminstitute.com
By http://m.facebook.com/elang