Ayo Berpikir, Berada di Mana Allah Sebelum Langit dan Arsy Diciptakan?
Jika Engkau Meyakini Allah Ada di Langit atau Arsy, Lalu di Mana Allah Sebelum Langit dan Arsy Diciptakan?
Sebelum berpikir lebih jauh, ketahuilah bahwa Allah tidak akan berubah dari semula, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).
Coba Pikirkan Jika Allah Ada di Langit
Saat Isro’ Mi’roj, Nabi Muhammad mendapatkan perintah sholat langsung dari Allah di tempat yang namanya ‘Arsy, jelas ‘Asry hanyalah makhluk yang sangat amat kecil sekali bagi Allah Ta’ala, di zaman azali tidak ada ‘Arsy, kelak saat kiamat, ‘Arsy pun juga hancuratau musnah…
Saat diangkat menjadi Rasul, Nabi Musa mendapatkan perintah mengajarkan ajaran Islam dari Allah langsung di bukit Thursina, jelas bukit thursina hanyalah makhluk yang sangat amat kecil sekali bagi Allah Ta’ala, di zaman azali tidak ada bukit Thursina, kelak saat kiamat, bukit Thursina pun juga hancur dan musnah…
Salah satu sifat Allah aadalah “qiyamuhu binafsihi – berdiri dengan sendirinya”, jadi Allah tidak butuh tempat, tidak butuh ‘Arsy, tidak butuh bukit Thursina, tidak butuh Barat dan Timur.
Maka siapa pun yang punya keyakinan bahwa Allah bertempat di atas ‘Arsy, hendaknya berpikir bahwa ‘Arsy kelak akan hancur, bukit Thursina akan musnah. Oleh karena itu ketahuilah sesungguhnya jika ada orang yang meyakini Allah bertempat, maka dia telah kufur dalam hal aqidah. Impilkasinya berarati bahwa segala amal ibadahnya…. sholatnya, puasanya, zakatnya jelas tertolak atau tidak diterima Allah Ta’ala, karena dia menuhankan Tuhan yang butuh tempat, tuhan yang lemah, yaitu tuhan yang tidak “qiyamuhu binafsihi”.
Maka dari itu, agar ibadah kita tidak sia-sia, marilah kita beraqidah dengan aqidah yang benar, setelah itu mari kita jaga aqidah kita sebaik-baiknya, jangan sampai melenceng atau rusak, yang akhirnya bisa menjadikan seseorang kufur atau sesat tanpa disadarinya oleh dirinya sendiri.
*****
Sebagaimana yang termaktub dalam al Qur’an, salah satu sifat Allah adalah “al-Awwalu”, maknanya adalah “Yang Maha Dahulu”, yang mana Dahulu-Nya Allah adalah tanpa permulaan.
Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatu pun selain-Nya. (HR. Bukhari, al Baihaqi dan Ibn al Jarud)
Makna hadits di atas jelas bagi kita, bahwa Allah Ta’ala ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal itu artinya belum ada ciptaan-NYA, belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah.
Maka berarti Allah telah jauh ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka DIA tidak membutuhkan kepada keduanya dan DIA tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).
Imam Abu Hanifah dalam kitabnya al Fiqh al Absath berkata: Allah Ta’ala ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada tempat. Dia ada sebelum Menciptakan makhluk, Dia ada dan belum ada tempat, makhluk dan sesuatu dan Dia pencipta segala sesuatu.
Jadi peganglah erat-erat aqidah yang lurus ini, yaitu aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah, jangan sampai kita terjerumus pada aqidah mujassimah-musyabbihah yang akhirnya punya keyakinan sesat dan kufur, yakni meyakini bahwa Allah berada atau bertempat di atas langit atau di atas ‘arsy. Wallohu a’lam…..
Dikutip: Islaminstitute.com
Posted by: Admin Aug 16, 2013
By http://m.facebook.com/elang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar