Mbah Hasyim Sebagai Rujukan Pemikiran dan Tindakan
Pemikiran Hadratussyaikh Hasyim Asyari yang telah menjadi mainstream di kalangan nahdliyin hendaknya diimplementasikan oleh elit NU dalam bentuk kerja-kerja nyata untuk menjawab kebutuhan warga nahdliyin.
Demikian kesimpulan dari Bedah Buku Pemikiran Hasyim Asyari tentang Ahlussunnah wal Jamaah dan Peluncuran Foto Hasan Gipo, Presiden NU yang pertama, yang diselenggarakan oleh Lajnah Ta’lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) bekerjasama dengan Penerbit Khalista, Duta Masyarakat dan Museum NU, di Wonocolo Surabaya, 30 Januari 2011. />
Pada kesempatan tersebut secara simbolik dilakukan penyerahan buku oleh Direktur Penerbitan LTN PBNU, Ma'ruf Asrori kepada Wakil Ketua Umum PBNU, H. Asad Said Ali.
“Warga nahdliyin memang harus tetap berideologi ahlussunnah wal jamaah. Tantangan terberat kita itu bertindak sesuai prinsip tersebut sebagaimana yang telah dicontohkan Mbah Hasyim di masa kolonial, atau Mbah Wahab Chasbullah di masa Orde Lama,” terang Asad Said Ali, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama saat
Menurut Asad, pada masa kolonial, Mbah Hasyim mampu menunjukkan ketegasannya tanpa harus kehilangan kearifan dan kebijakan. Karenanya, Belanda maupun Jepang sangat mewaspadai kiai kharismatik asal Tebuireng tersebut. Begitu juga dengan Mbah Wahab, mampu memerankan politik NU di kancah nasional di tengah kekuatan Partai Komunis Indonesia .
Sementara itu Choirul Anam, penulis senior ke-NU-an mengemukakan budaya elit NU tempo dulu yang biasa berkorban untuk kemajuan Nahdlatul Ulama. “Mbah Hasyim, Hasan Gipo, termasuk kiai-kiai lainnya sering iuran untuk menghidupkan Nahdlatul Ulama. Kita ini apa sudah meneladani beliau?” tanya Cak Anam berefleksi.
Sebelumnya, Ketua LTN PBNU, Sulthan Fatoni dalam sambutannya mengatakan bahwa peluncuran buku terbitan LTN PBNU terasa istimewa karena di samping untuk menyambut Hari Lahir Nahdlatul Ulama juga karena kualitas bukunya.
“Tak pernah habis rasa kagum saya terhadap satu buku yang selalu menjadi rujukan para peneliti Barat tentang NU, yaitu bukunya Cak Anam. Sekarang satu buku berkualitas muncul lagi dan saya yakin Cak Anam juga punya peran atas kelahiran buku ini mengingat penulisnya, Muhibbin, adalah Direktur Museum NU,” kata Sulthan.
Acara terasa istimewa dengan kehadiran beberapa pejabat, tokoh dan aktivis NU, di antaranya Ir. Tri Rismaharini , MT (Walikota Surabaya), Nur Syam (Rektor IAIN Surabaya), Ahmad Hakim Jayli (Direktur TV9), Muhammad Kayyis (Pimred Duta Masyarakat), dan KH. Masyhuri Malik (Ketua LAZISNU). (bil)
Dikutip: NU ONLINE
Terbitan (Rabu, 02/02/2011 17:19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar