Sikap Kaum Aswaja dalam Menghadapi Syiah
Tahukah anda kenapa sewaktu khutbah Jum’at di kalangan kaum Aswaja, para khotibnya dalam menyebut nama-nama Sahabat Khulafaur Rasyidin dengan menambah Sayyidina di depan namanya? Itu ternyata, asal usulnya adalah ajaran para Ulama Aswaja di masa lalu untuk menunjukkan bahwa di antara ke-empat Sahabat Nabi Saw itu semuanya adalah figur-figur terhormat. Jadi bukan cuma Sayyidina Ali yang layak dijunjung dan dihornati sebagaimana yang dilakukan kaum Syiah.
Sayid Hassan Qazwini (Syiah) bersama Habib Umar bin Hafiz (Aswaja)
Ajaran kepda kaum Aswaja yang dicontohkan oleh para ulama Aswaja di masa lalu itu untuk menjaga kerukunan di antara sesama umat Islam. Dan ajaran itu terus diwaris ke generasi aswaja terun temurun sampai zaman sekarang. Nah, berikut ini uraian sedikit yang dipaparkan oleh Gus Azaz Rulyaqien yang membahas masalah ini. Selamat mengikuti….
SIKAP ULAMA DAHULU KITA TERHADAP SYIAH
Sunni-Syiah adalah sejarah panjang dalam Islam, baik dari sisi estimologis dan politis, yang membawa umat Islam dalam perbedaan yang tajam. Dimana jika tidak disikapi bijak maka terjadi apa yang ada di Irak, Suriah, Libanon dll.
Ulama-ulama kita, dalam hal ini ulama kalangan kaum Aswaja, sangat cerdas dalam membentengi umat dari paham Syiah tanpa harus membenci Syiah bahkan sangat santun dalam menyikapi Syiah.
Ulama kita selalu mengajarkan untuk mengagungkan Khulafaur Rasyidin dengan cara memanggil mereka semua dengan panggilan Sayyidina, mendoakan mereka semua dalam doa doa yang kita baca bahkan setelah shalawat terhadap Nabi Saw, menjadikan mereka 4 manusia teladan utama setelah Rasulullah Saw. Sehingga amat sangat sulit jika ada suatu paham untuk mengajak kita menjelek-jelekkan salah satu dari mereka. Sangat amat sulit.
Dan untuk merangkul kaum Syiah agar kembali, ulama-ulama kita juga mengajari kita untuk memanggil sahabat Ali dan cucu Rasulullah Saw. dengan sebutan “Imam”. Bahkan khusus Ali kita diajari memanggil dengan gelar “Karramallaahu wajhah” bukan “radhiyallahu ‘anhu” sebagai bentuk penghormatan khusus terhadap beliau.
Selain itu ulama kita jarang mengungkapkan kebaikan dari sahabat Mu’awiyyah bahkan meletakan posisi Mu’awiyyah “agak antagonis” sehingga sampai saat ini saya tidak pernah menemukan seorang Muslim di Nusantara dari kaum Aswaja yang pakai nama Mu’awiyyah.
Maka tak heran hanya di Indonesia orang Islam tidak perlu diberikan label Sunni atau Syiah seperti di Timur Tengah. Karena itu di abad 18 M banyak kaum Syiah seperti di Sumatera akhirnya mengikuti paham Sunni, dalam hal ini pahamnya kaum Aswaja. Karena mereka merasa tidak berbeda (di Sumbar, Bengkulu dan Aceh ada acara adat memperingati hari Asyura).
Jadi ini sebuah bukti hanya kaum Aswaja yang mampu mempersatukan umat Islam. Karena hanya Kaum Aswaja yang konsisten untuk menjadikan Islam sebagai “ummatan wasathan” (moderat) dengan mengajarkan prinsip dari Imam Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah yang sangat terkenal: “Undzur ma qala, wala tandzur man qala.” (Oleh: Gus Azaz Rulyaqien ).
Dikutip: Islaminstitute.com
Posted by: Admin Jan 20, 2014
By http://m.facebook.com/elang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar