Memahami Tawassul Sama dengan Syirik Akibat Salah Memahami Ayat-ayat al Qur’an
MEMAHAMI AYAT-AYAT AL QUR’AN SECARA SALAH UNTUK MENOLAK TAWASSUL
Oleh: Ustadz Abu Hilya
Sebagian kalangan menuduh para pelaku tawassul dengan Nabi shollallohu alaihi wasallam juga dengan para Auliya dan Sholihin sebagai pelaku syirik, mereka mengajukan hujjah-hujjah yang dalam pandangan kami bukan dalam konteks tawassul yang dilakukan mayoritas umat Islam dipenjuru dunia.
Diantara kesalahan argumen mereka yang menolak tawassul dengan orang-orang yang sudah meninggal adalah; mereka menganggap orang-orang musyrik jahiliyah dianggap musyrik, kufur dan tidak beriman, semata karena kaum musyrik jahiliyah menggunakan perantara dalam beribadah, berdasarkan firman Alloh :
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللهِ زُلْفَى
“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat-dekatnya”, (QS Az Zumar : 3)
Jawaban kami adalah :
1. Ayat diatas dengan tegas mengatakan bahwa musyrik jahiliyah tidak sekedar menjadikan berhala-berhala mereka sebagai perantara, akan tetapi mereka benar-benar menyembah berhala-berhala tersebut. Adakah terhadap orang yang mengatakan :”Saya tidaklah pergi ke kota melainkan untuk membeli baju”. Lantas kita memahami bahwa orang tersebut tidak pernah pergi kekota, tapi ia hanya sekedar membeli baju ?
2. Alasan yang diajukan kaum musyrik jahiliyah atas penyembahan mereka kepada berhala-berhala mereka adalah alasan yang dibuat-buat, berdasarkan informasi dari Alloh sebagai berikut :
وَلاَ تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ فَيَسُبُّواْ اللهَ عَدْواً بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Alloh dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS, Al An’am : 108)
Abdurrozaq meriwayatkan dari Ma’mar dari Qotadah bahwa “Awalnya Kaum muslimin memaki berhala-berhala orang kafir. Akhirnya mereka (kaum musyrik) memaki Alloh. Lalu turunlah ayat (di atas). (Tafsir Ibnu Katsir)
Penjelasannya; jika kaum musyrik jahiliyah menjadikan berhala-berhala mereka hanya sebatas sebagai perantara, maka niscaya Alloh lebih agung dan lebih mulia dalam keyakinan mereka, namun informasi yang kita dapati dari petunjuk Allah di atas tidaklah menyatakan demikian. Bahkan mereka berani memaki Allah ketika berhala-berhala mereka dimaki kaum muslimin.
Ayat di atas bukanlah satu-satunya ayat yang menunjukkan bahwa di mata mereka Allah lebih rendah dari patung-patung yang mereka sembah. Banyak ayat senada seperti :
وَجَعَلُواْ لِلّهِ مِمِّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالأَنْعَامِ نَصِيباً فَقَالُواْ هَـذَا لِلّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَـذَا لِشُرَكَآئِنَا فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلاَ يَصِلُ إِلَى اللهِ وَمَا كَانَ لِلّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَآئِهِمْ سَاء مَا يَحْكُمُونَ
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, Maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu. (QS, Al An’am : 136)
Seandainya di mata mereka Alloh tidak lebih rendah dibanding patung-patung tersebut maka mereka tidak akan mengunggulkannya dalam bentuk seperti yang diceritakan ayat ini dan tidak layak mendapat vonis dari Allah: ساء ما يحكمون (Amat buruklah ketetapan mereka itu).
Ayat-ayat di atas sekaligus membantah ketidak-jujuran orang-orang kafir dalam peryataannya :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”. Katakanlah : “Segala puji bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS, Luqman : 25)
3. Jika ayat di atas (QS Az Zumar : 3) dijadikan pijakan untuk membedakan tawassul dengan perantara orang yang masih hidup dengan yang sudah meninggal, maka mereka telah terjebak kedalam kemusyrikan yang sesung-guhnya, mengingat mereka secara tidak langsung seakan memperbolehkan menyekutukan Allah dengan makhluk hidup dan tidak boleh menyekutukan-Nya dengan yang sudah meninggal.
Dalil selanjutnya yang dijadikan pijakan mereka yang menolak tawassul dengan orang yang sudah meninggal adalah :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS, Al Jin : 18)
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي ضَلالٍ
“Hanya bagi Alloh-lah (hak mengabulkan) do’a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Alloh tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya kedalam air supaya sampai kemulutnya. Dan do’a (ibadah) orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.” (QS, Ar Ro’du : 14)
Penggunaan ayat-ayat di atas berada di luar konteks
Penggunaan ayat-ayat tersebut adalah termasuk beragumentasi atas aspek yang diperselisihkan dengan menggunakan alasan yang berada di luar persoalan dengan beberapa alasan :
Pertama : Sebagaimana yang telah kami sampaikan dimuka, bahwa tawassul dengan apa pun media wasilahnya baik yang disepakati atau yang diperselisih-kan, bukanlah penyembahan terhadap perkara yang dijadikan wasilah.
Kedua : Sebodoh-bodoh umat Islam tidak akan mensejajarkan wasilah atau perkara yang dijadikan media tawassul dengan Allah, apalagi menganggap wasilah dapat memberi manfaat dan derita secara independent tanpa izin Allah.
Ketiga : Jika sebatas bertawassul (menjadikan wasilah) dianggap perbuatan syirik, maka syirik pula pelaku tawassul sejak zaman Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam hingga sekarang, termasuk Umar bin Khotthob rodhiyallohu ‘anhu, Bilal bin Harits Al Muzani, Sayyidah ‘Aisyah serta para ulama yang melakukan praktek tawassul atau yang melegalkannya.
Keempat : Informasi dari al qur’an dan juga sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal memiliki kehidupan, mereka berasa, mendengar, mengetahui, merasakan kebahagiaan dan kesedihan, sebagaimana bukti-bukti yang akan kami sampaikan nanti dalam postingan-postingan berikutnya. Insya Alloh.
Jika anda telah mengetahui paparan di atas, maka akan jelas bagi anda untuk membantah dalil-dalil yang disampaikan kelompok Kaum Anti Tawassal (penolak) tawassul, yang berada di luar konteks dari apa yang telah kami jelaskan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar