Akbar Tandjung: "Negara Tak Boleh Membiarkan Kekerasan Terhadap Kelompok yang Dianggap Berbeda"
Ahlannawawi: JAKARTA: Perbedaan pandangan atau keyakinan dari mainstream tidak bisa jadi alasan negara membiarkan warga negara mendapatkan kekerasan dari siapapun. Negara, menurutnya bahkan wajib menjamin keyakinan sekaligus melindungi setiap warga negara dari aksi-aksi kekerasan. Demikian disampaikan tokoh senior Golkar Akbar Tandjung di kediamannya di Jalan Purnawarman Jakarta Selatan, Jumat (15/10).
Pernyataan itu dilontarkanya ketika merespon peristiwa penyerangan terhadap rumah dan masjid milik warga di Kampung Cisalada, Desa Ciampea Udik, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Mantan Ketua DPR RI ini juga mengaku sedih mendengar jika aksi itu juga menyebabkan puluhan al-Quran terbakar. "Al-Qurannya kan sama dengan yang dibaca muslim pada umumnya," tandasnya.
Akbar juga tak setuju jika kelompok keagamaan yang dianggap menyimpang oleh kelompok lain bisa langsung dibubarkan pemerintah. Selagi tidak melanggar konstitusi, tegasnya, negara tidak bisa membubarkan mereka. Dan itu bagian dari amanat yang ditegaskan undang-undang. Meski demikian ia juga menghormati masyarakat yang memiliki pandangan berbeda dan menilai bahwa kelompok tertentu dinilai menyimpang lalu melakukan tekanan-tekanan kepada negara. Tapi dalam kondisi seperti itu, negara tak boleh takut terhadap tekanan tersebut dan selalu berpegang pada konstitusi. "Sebab itulah prinsip kita bernagara katanya," katanya lagi. Negara, lanjutnya harus mampu melindiungi kelompok minoritas sekaligus menjaga kemajemukan bangsa.
Jumat pagi, the wahid Institute sengaja menyambangi kediaman lelaki kelahiran Sibolga, Sumatera Utara 65 tahun silam ini untuk mengorek dan berbagai pandangan serta pengalaman tentang sosok Gus Dur. "Gus Dur itu pejuang demokrasi dan toleransinya," tandas lelaki yang hari itu mengenakan batik. Kepada Wahid Institute, ia juga menceritakan beberapa pengalaman penting selama mengenal Gus Dur.
Akbar adalah salah satu tokoh yang menjadi narasumber untuk buku tentang Gus Dur yang rencananya diterbitkan menjelang haul (setahun kematian--red) Gus Dur pada Desember 2010. Buku itu akan berisi pengalaman banyak orang tentang sosok Gus Dur, mulai dari tokoh bangsa, tokoh agama, politisi, maupun kelompok marjinal. Selain Akbar beberapa narasumber yang berhasil diwawancarai adalah mantan Wapres RI Jusuf Kalla, musisi Iwan Fals, Ahmad Dhani, penyanyi dangdut Inul Daratista, dan selebritis serba bisa Dorce Gamalama (AMDJ) []
Sumber: http://www.gusdur.net/Berita/Detail/?id=508/hl=id/Akbar_Tandjung_Negara_Tak_Boleh_Membiarkan_Kekerasan_Terhadap_Kelompok_Yang_Dianggap_Berbeda
Terbitan: Senin, 18 Oktober 2010 12:50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar