Hubungan NU Indonesia dan Afganistan Bersifat Teologis
Ahlannawawi: Jakarta; Hubungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang baru saja didirikan di Afganistan dengan NU yang ada di Indonesia tidak bersifat struktural dan organisatoris. NU Afganistan bukan cabang istimewa NU (PCINU), namun organisasi baru yang didirikan oleh ulama setempat dan terinspirasi dari NU yang ada di Indonesia.
“Hubungan NU Indonesia dan Afganistan lebih bersifat teologis karena kita sama-sama menganut ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Dalam hal aqidah mereka juga menganut Al-Asy’ari dan Maturidi. Dalam hal fiqih mereka lebih condong ke Imam Hanafi sementara kita mayoritas Syafi’iyah,” kata Wakil Sekjen PBNU H Abdul Munim DZ kepada NU Online di Jakarta, Kamis (22/5).
Dijelaskan, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama atau PCINU didirikan dan beranggotakan warga Indonesia yang ada di luar negeri. Sementara NU Afganistan didirikan oleh ulama Afganistan sendiri dan akan disahkan oleh pemerintah setempat.
Seperti diwartakan, sejumlah ulama yang berafiliasi dengan Taliban pada 5 Mei 2014 lalu di kota Kabul membentuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di sana. Sama seperti NU di Indonesia, organisasi yang baru dibentuk ini akan mengembangkan ajaran Islam yang toleran dan moderat, serta menyadarkan ulama dan masyarakat setempat tentang pentingnya persatuan serta saling menghargai antara satu dengan lainya.
Pembentukan NU di Afganistan merrupakan hasil pertemuan 20 ulama yang berasal dari propinsi Maidan Wardak, Propinsi Pansjir, Kota Kabul, Propinsi Parwan dan Propinsi Jalalabad. Diharapkan organisasi baru ini akan menjadi forum komunikasi antar ulama yang diterima oleh berbagai pihak yang tengah bertikai di Afghanistan.
Mun’im DZ membenarkan, pembentukan NU di Afganistan itu merupakan tindak lanjut dari beberapa kali kunjungan delegasi NU ke Afganistan dan dibalas kunjungan ulama Afganistan ke Indonesia. Di Indonesia bahkan para ulama Afganistan diajak berkeliling ke beberapa pesantren.
“Di pesantren itu mereka merasa terharu menyaksikan anak-anak santri menjalankan amaliyah Aswaja. Mereka ingin mengembalikan suasana seperti itu karena di sana sudah hampir hilang akibat perang selama 32 tahun,” kata Mun’im yang menjadi bagian dari “misi perdamaian” ke Afganistan itu bersama KH As’ad Said Ali, KH Saifuddin Amsir dan delegasi PBNU lainnya.
Beberapa tahun terakhir, dalam suasana perang, Afganistan diberondong paham-paham keislaman yang keras seperti Wahabi dan Ihwanul Muslimin. Pembentukan organisasi NU yang mengajarkan sikap keberagamaan yang tawassut (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran) diharapkan dapat menurunkan tensi konflik antar kelompok yang bertikai di Afganistan. PBNU juga telah memberikan beasiswa kepada 20 mahasiswa dari Afganistan yang mewakili beberapa provinsi di sana untuk kuliah di perguruan tinggi NU dan belajar banyak tentang Islam Indonesia.
Ditambahkan Mun’im, dalam waktu dekat organisasi NU Afganistan akan diresmikan. PBNU juga sudah menerima undangan dan akan hadir dalam peresmian itu.
(A. Khoirul Anam)
Gambar: Dua ulama Afganistan saat berada di kantor PBNU, September 2013 lalu
Dikutip: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,45-id,52164-lang,id-c,internasional-t,Hubungan+NU+Indonesia+dan+Afganistan+Bersifat+Teologis-.phpx
Terbitan: (Kamis, 22/05/2014 16:01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar