Rabu, 30 April 2014

Maulid Nabi Ekspresi Kegembiraan atas Kelahiran Nabi Muhammad

Maulid Nabi Ekspresi Kegembiraan atas Kelahiran Nabi Muhammad

Maulid Nabi Substansinya adalah ekspresi kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi ternyata banyak orang keliru memahami substansi maulid Nabi sehingga mereka benci peringatan Maulid Nabi Muhammad, bahkan sebagian kalangan menuduh acara peringatan maulid Nabi adalah bid’ah sesat, ghuluw (berlebihan, kultus individu) dan pemujaan terhadap Nabi yang tidak dibenarkan, dan para pelakunya akan masuk neraka.

Dzikir Akbar Maulid Nabi Muhammad Saw di Masjid Istiqlal Jakarta, senin 09 Maret 2009 M – 1430 H
Sebelum kami sampaikan tentang dalil dalil yang menjadi dasar mayoritas kaum muslimin di dunia menyelenggarakan acara maulid Nabi, perlu kami sampaikan dulu beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan maulid Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dalam konteks pelaksanaannya setiap bulan Robi’ul Awal :
a.            Kami berkeyakinan bahwa perayaan maulid Nabi dengan cara berkumpul untuk membaca dan mendengar Siroh Nabawi (perjalanan hidup Nabi), menghaturkan sholawat salam untuk beliau, melantunkan qosidah-qosidah pujian kepada beliau juga mendengarkannya, bersedekah makanan, dan membahagiakan orang banyak adalah perkara yang diperkenankan agama.
b.            Kami tidak pernah menganjurkan untuk merayakan maulid Nabi dengan cara-cara di atas hanya pada waktu atau hari tertentu, bahkan barangsiapa meyakini kesunnahan merayakan maulid Nabi pada malam tertentu adalah bagian dari tuntunan agama, maka ia telah berbuat bid’ah, karena mengingat dan menyebut Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam serta berupaya mengaitkan diri dengan beliau adalah kewajiban yang tidak dibatasi dalam waktu tertentu, dan bahkan setiap jiwa orang beriman hendaknya dipenuhi dengan kecintaan yang membangkitkan keinginan untuk mengikuti apa yang telah beliau ajarkan.
c.             Berkumpulnya manusia dalam moment tersebut juga moment-moment baik yang lain adalah sarana besar dan merupakan kesempatan emas yang tidak patut untuk dilewatkan, terutama bagi para da’i dan para ulama untuk mengingatkan ummat pada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, mengingatkan tentang akhlak beliau, etika beliau, tindak-tanduk beliau, perjalanan hidup beliau baik dalam bersosial maupun dalam beribadah. Dan hendaknya para da’i dan para ulama menasehati ummat, memberi petunjuk mereka menuju jalan kebajikan, memberi peringatan agar meninggalkan keburukan serta akibat yang ditimbulkan yang berupa bala’ dan fitnah baik di dunia maupun di akhirat.
Dan Alhamdulillah, inilah yang terjadi sampai sekarang dalam setiap moment peringatan maulid Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam. Maka kami katakan “Bahwa berkumpul dalam memperingati maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam bukanlah tujuan, akan tetapi ia adalah sarana yang mulia untuk tujuan yang mulia, dan barangsiapa yang tidak dapat mengambil sedikit pun kemanfaatan dari agamanya maka ia akan terhalang untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan hari lahirnya Rosululloh Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam”
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Maulid Nabi
1.            Peringatan maulid Nabi hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang Syar’iy (benar menurut agama)
2.            Tidak dibenarkan menyelenggarakan perayaan maulid Nabi dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dalam agama seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan dalam arak-arakan, adanya laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan lain-lain. (lihat Fatwa Hadhrotus Syaikh Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Tanbihaatul Waajibaat Li Man Yashna’ul Maulid Bil Munkaroot)
3.            Apa yang terjadi disebagian kalangan yang berupa keyakinan bahwa jasad Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam keluar dari pusaranya dan hadir dalam majlis maulid, sehingga mereka menyediakan tempat khusus dengan hamparan permadani dan taburan bunga, adalah perkara yang dibuat-buat yang sama sekali tidak memiliki dasar. (Dzikroyaat Wa Munaasabaat karya As Sayyid Al Muhaddits Prof. Dr. Muhammad Ibn Alwi Al Maliki, hal. 110)
Dalil-Dalil Diperbolehkannya Merayakan Maulid Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam
Pertama : Perayaan maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam adalah ungkapan kebahagiaan dan kegembiraan atas hadirnya Rosulullah Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Dan dalam hal ini Imam Al Bukhori meriwayatkan sebuah Hadits :
قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ
‘Urwah berkata ; Tsuwaibah adalah budak perempuan Abu Lahab, ia memerdekakannya kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, ketika Abu Lahab meninggal sebaian keluarganya diperlihatkan Abu Lahab (dalam mimpi) dalam kondisi terburuk, ia bertanya kepada Abu Lahab ; “Apa yang engkau dapati ?” Abu Lahab menjawab : “Aku tidak mendapati apapun setelah kalian, hanya saja aku diberi sedikit minum sebab kumerdekakan Tsuwaibah.”  (HR. Al Bukhori)
Adalah perkara yang masyhur dikalangan para ulama, bahwa yang melatar belakangi Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah adalah kegembiraannya atas berita kelahiran Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.
Kedua : Berbahagia dan bergembira atas karunia dan rohmat Allah adalah perkara yang dituntut agama untuk dilakukan, sebagaimana firman Allah :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan dengan rohmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58)
Sedang dalam ayat lain Allah berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al Anbiyaa’ : 107)
Maka kami bertanya : Pantaskah orang yang beriman dan berakal sehat mempertanyakan alasan kebahagiaan ummat Islam di hari kelahiran Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam ?
Ketiga : Rosulullah Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam mengagungkan dan mensyukuri hari kelahiran beliau dan mewujudkannya dengan cara berpuasa. Sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim :
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab : “Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu wahyu diturunkan padaku.” (HR. Muslim)
Inilah maksud yang terkandung dalam perayaan maulid Nabi, meskipun bentuk ungkapan rasa bahagia dan rasa syukur berbeda, akan tetapi substansi bahagia dan syukur tetap terkandung didalamnya, baik ungkapan tersebut berupa puasa, bersedekah makanan, berkumpul untuk berdzikir dan membaca sholawat atas Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, mendengarkan syama’il-nya yang luhur (keagungan yang berkaitan dengan Nabi) yang notabene kesemuanya adalah perkara-perkara yang legal menurut syara’ untuk mengungkapkan rasa syukur.
Keempat : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam senantiasa memperhatikan korelasi masa dengan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di dalamnya, seperti perhatian beliau pada peristiwa ‘Asyuro sebagaiman diriwayatkan dalam sebuah hadits shohih, bahwa Rosululloh menganjurkan berpuasa pada hari ‘Asyuro’ dan berkata kepada orang-orang Yahudi, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian”.
Kelima : Peringatan maulid Nabi memang belum pernah terjadi pada masa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam maka ia adalah Bid’ah, akan tetapi Maulid Nabi adalah Bid’ah Hasanah (bid’ah yang baik) karena keberadaannya bernaung di dalam dalil-dalil syari’at dan kaedah-kaedah kulliyyah. Oleh karenanya ia dipandang sebagai bid’ah dari sisi rangkaian acara yang menjadi kemasannya, akan tetapi parsial yang menjadi isi dari acara tersebut adalah perkara-perkara yang sudah ada sejak zaman Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, sehingga ia tidak dapat disebut bid’ah.
Keenam : Maulid Nabi dapat mendorong ummat Islam untuk bersholawat, sedang bersholawat adalah perkara yang diperintahkan, berdasarkan firman Allah :
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzaab : 56)
Maka perkara yang dapat mendorong untuk mengerjakan perkara yang diperintah agama berarti ia dianjurkan pula menurut agama.
Ketujuh : Dalam peringatan maulid Nabi, ummat Islam disebutkan tentang kelahiran beliau, mukjizat beliau, siroh beliau, serta pengenalan tentang pribadi beliau. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenal beliau serta dituntut untuk meneladaninya, mengikuti sunnahnya, mengimani mukjiztnya, sedang kitab-kitab maulid adalah karya yang merangkum itu semua.
Kedelapan : Peringatan maulid Nabi adalah ungkapan balas budi kepada beliau dengan menunaikan sebagian kewajiban kita berupa menjelaskan sifat-sifat beliau yang mulia, serta akhlak beliau yang utama. Dulu para penyair dari kalangan para sahabat memuji beliau dengan melantunkan qosidah-qisidah pujian, dan Nabi ridho dengan apa yang mereka lakukan serta memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. Berikut sebagian qoshidah para sahabat yang dilantunkan sebagai pujian kepada beliau:
Dalam Dalaailun Nubuwwah (vol.5 hal. 283) Al Hafizh Al Baihaqi meriwayatkan ; bahwasannya Ka’b ibn Zuhair menyanjung Nabi dengan qosidahnya:
بَانَتْ سَعَادُ فَقَلْبِي الْيَوْمَ مَتْبُوْلٌ                                 مُتَيِّمٌ إِثْرُهَا لَمْ يُفْدَ مَكْبُوْلُ
أَنْبَئْـتَ أَنَّ رَسُـوْلَ اللهِ أَوْعَــدَنِي                                                وَالْعَفْـوُ عِنْدَ رَسُـوْلِ اللهِ مَأْمُوْلُ
إِنَّ الرَّسُـوْلَ لَنُـوْرٌ يُسْـتَضَـاءُ بِـهِ                                             مُهْنِـدٌ مِـنْ سُيُوْفِ اللهِ مَسْلُوْلُ
فِي عُصْبًـةٍ مِنْ قُرًيْـشٍ قَالَ قَائِلُهُــمْ                          بِبَطْـنِ مَكَـةَ لَمَّا أَسْلَمُـوْا زُوْلُوا
يَمْشُوْنَ مَشْيَ الْجَمَـالِ الزُّهْرِ يَعْصِمُهُمْ                    ضرب إِذَا عَـوْدُ السُّـوْدِ التَّنَابِيْلُ
Sa’ad telah bercerai maka hatiku kini merasa sedih, diperbudak dan terbelenggu.
Pengaruhnya tak bisa ditebus
Aku dikabari bahwa  Rosulullah menjanjikanku
Ampunan dapat diharapkan di sisi Rosulullah
Sungguh Rosululloh adalah cahaya yang menyinari
Laksana pedang India dari beberapa pedang Allah, yang terhunus
Dalam kelompok suku Qurays di mana salah satu mereka berkata
Di dalam Makkah saat masuk Islam mereka berhijrah
Mereka berjalan seperti unta yang berkemilau.
Mereka terlindungi oleh pukulan saat orang-orang negro yang pendek berusia lanjut.
Dalam riwayat Abu Bakar ibn Hanbali bahwasanya saat Zuhair sampai pada bait
إِنَّ الرَّسُـوْلَ لَنُـوْرٌ يُسْـتَضَـاءُ بِـهِ    ::   مُهْنِـدٌ مِـنْ سُيُوْفِ اللهِ مَسْلُوْلُ
Sungguh Rosulullah adalah cahaya yang menyinari
Laksana pedang India dari beberapa pedang Allah, yang terhunus
Maka, Rosulullah melemparkan selimut yang melekat pada badannya kepada Ka’ab, dan bahwa Mu’awiyah menawarkan 10.000 dirham kepada Ka’ab untuk memiliki selimut tersebut. “Saya tidak akan memprioritaskan siapapun dengan Rosulullah,” kata Ka’ab. Waktu Ka’ab meninggal dunia Mu’awiyah mengambil selimut tersebut dari ahli warisnya dengan memberi 20.000 dirham kepada mereka.
Jika Rasulullah ridho dengan qoshidah pujian yang dilantunkan dihadapan beliau, maka apakah Rasulullah tidak ridho dengan orang yang menyampaikan keistimewaan-keistimewaan yang ada pada beliau yang justru dapat mendorong orang lain untuk mencintai beliau ?
Hassan ibn Tsabit membacakan syairnya :
أَغَـرَّ عَلَيْـهِ لِلنُّبُــوَّةِ خَاتِمٌ                         مِنَ اللهِ مَشْهُـوْدٌ يَلُـوْحُ وَيَشْهَـدُ
وَضَمَّ الْإِلَهُ اسْمَ النَّبِيِّ إِلَى اسْمِهِ                                 إِذَا قَـالَ فِي الْخَمْسِ الْمُؤَذِّنُ أَشْهَـدُ
وَشَـقَّ لَـهُ مِنِ اسْمِهِ لِيُجَلِّـهِ                                      فَذُو الْعَرْشِ مَحْمُـوْدٌ وَهَذَا مُحَمَّـدُ
نَبِـيٌّ أَتَانَـا بَعْـدَ يَأْسٍ وَفَتْرَةٍ                                      مِنَ الرُّسْلِ وَالْأَوْثَانِ فِي الْأَرْضِ تُعْبَدُ
فَأَمْسِى سِرَاجاً مُسْتَنِيْراً وَهَادِياً                 يَلُـوْحُ كَمَـا لَاحَ الصَّقِيـْلُ الْمُهْنِدُ
فَأَنْذَرَنَــا نَاراً وَبَشَّرَ جَنَّـةً                         وَعَلَّمَنَـا الْإِسْـلاَمَ فَلِلَّـهِ نَحْمَــدُ
Orang yang bersinar wajahnya dan ada cap kenabian padanya
Cap kenabian dari Allah yang terlihat cemerlang.
Allah menggabungkan nama beliau dengan nama-Nya
Ketika muadzin mengumandangkan Asyhadu, lima kali dalam sehar.i
Sebagai penghormatan, dari nama-Nya Tuhan memberikan kepada Nabi
Maka Tuhan pemilik ‘arsy itu Dzat yang dipuji dan beliau orang yang banyak dipuji.
Beliau adalah Nabi yang datang setelah masa kekosongan
dari para rasul, pada saat arca-arca disembah di muka bumi.
Beliau adalah pelita yang menyinari dan petunjuk
yang mengkilap bak pedang India.
Beliau mengancam dengan neraka dan memberi kabar bahagia dengan sorga
dan mengajarkan Islam kepada kami, maka hanyalah untuk Allah segala pujian.
Selanjutnya Hassan juga mengatakan :
يَا رُكْنَ مُعْتَمِدٍ وَعِصْمَةَ لَائِـذٍ                                   وَمَـلَاذَ مُنْتَـجِـعٍ وَجَـارَ مُجَـاوِرٍ
يَا مَنْ تَخَـيَّـرَهُ الْإِلَـهُ لِخَلْقِهِ                        فَحَبَـاهُ بِالْخَلْـقِ الزَّكِـيِّ الطَّاهِـرِ
أَنْتَ النَّبِيُّ وَخَيْرُ عُصْبَـةِ آدَمَ                                   يـَا مَـنْ يَجُوْدُ كَفَيْـضِ بَـحْرٍ زَاخِرٍ
مِيْكَالُ مَعَكَ وَجِبْرَئِيْلُ كِلاَهُمَا                  مــَدَدٌ لِنُصْـرِكَ مِـنْ عَزِيْـزٍ قَادِرٍ
Wahai pilar penyangga dan pelindung orang yang berlindung
tempat orang meminta bantuan dan tetangga bagi yang berdampingan
Wahai orang yang dipilih Tuhan untuk makhluk-Nya
Alloh telah memberimu perilaku yang bersih dan suci
Engkau adalah Nabi dan sebaik-baik keturunan Adam
Wahai orang yang berderma laksana limpahan samudera yang pasang
Mikail dan Jibril senantiasa bersamamu
sebagai bantuan dari Dzat Yang Maha Perkasa dan Kuasa untuk menolongmu
Shofiyyah binti ‘Abdil Muththollib meratapi dan menyebut-nyebut kebaikan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam :
أَلاَ يَا رَسُـوْلَ اللهِ كُنْتَ رَجَاءَنَا                                 وَكُنْـتَ بِنَـا بَرًّا وَلَمْ تَكُ جَافِيًـا
وَكُنْـتَ رَحِيْماً هَادِيـاً وَمُعَلِّماً                     لَيَبْكِ عَلَيْكَ الْيَوْمَ مَنْ كَانَ بَاكِيًـا
صَدَقْتَ وَبَلَغْتَ الرِّسَالَةَ صَادِقاً                  رُمْـتَ صَلِيْبَ الْعَوْدِ أَبْلَجَ صَافِيـًا
فِدىً لِرَسُـوْلِ اللهِ أُمِّي وَخَالَتِي                 وَعَمِّـي وَآبَائِي وَنَفْسِـي وَمَالِيَـا
لَعَمْـرُكَ مَا أَبْكِـي النَّبِيَّ لِفَقْدِهِ                                    وَلَكِنْ لِمَا أَخَشَـى مِنَ الْهَـرْجِ آتِيًا
كَأَنَّ عَلَى قَلْبِي لِذِكْـرِ مُحَمَّـدٍ                                    وَمَا خِفْـتُ بَعْـدَ النَّبِـيِّ مُطَاوِياً
فَلَـوْ أَنَّ رَبَّ النَّاسِ أَبْقَى نَبِيَّنَا                                   سَعِدْنَـا وَلَكِـنْ أَمْرُهُ كَانَ مَاضِياً
عَلَيْكَ مِنَ اللهِ السَّـلاَمُ تَحِيَّـةً                                     وَاُدْخِلْتَ جَنَّـاتٍ مِنَ الْعَدْنِ رَاضِيًا
أَفَاطِـمُ صَلَّى اللهُ رَبُّ مُحَمَّدٍ                                     عَلَى جَـدَثٍ أَمْسَى بِطَيْبَـةَ ثَاوِياً
Wahai Rosululloh, engkau adalah harapan kami
Engkau baik pada kami dan tidak kasar
Engkau pengasih, pembimbing dan pengajar
Hendaklah menangis sekarang orang yang ingin menangis
Engkau jujur, engkau telah menyampaikan risalah dengan jujur
Engkau telah melemparkan kayu salib yang mengkilap
Ibu, bibi, paman, ayah, diriku dan hartaku menjadi tebusan untuk Rosululloh
Sungguh, aku tak menangisi kematian Nabi
Namun aku khawatir akan datangnya kekacauan
Di hatiku seolah-olah ada ingatan Muhammad
Sesudah kematian beliau, aku tak takut pada kesusahan yang terpendam
Jika Alloh mengekalkan Nabi kami
Kami akan bahagia, tapi urusan beliau telah berlalu
Salam dari Alloh untukmu, sebagai ungkapan penghormatan
Engkau telah dimasukkan ke sorga ‘Adn dengan suka cita
Wahai Fathimah, Alloh Tuhan Muhammad telah menyampaikan sholawat
Atas kuburan yang berada di Thaibah
Ibnu Sa’d dalam At Thobaqoot menyatakan bahwa bait-bait Shofiah ini adalah milik ‘Urwa binti Abdil Muththllib.
Kesembilan : Dengan adanya pembacaan kisah Maulid Nabi, Umat Islam jadi mengetahui keistimewaan Rosululloh, Irhash beliau (perkara yang tidak lumrah yang terjadi sebelum kenabian), mukjizat beliau, dapat menyebabkan kesempurnaan iman kepada beliau serta menambah mahabbah pada beliau, karena memang watak manusia diciptakan menyukai keindahan, baik bentuk maupun akhlak, tindak tanduk ataupun keyakinan, dan kenyataannya tiada yang lebih indah dan lebih sempurna dibanding dengan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam baik fisik maupun akhlaknya.
Kesepuluh : Memuliakan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam adalah perkara yang disyari’atkan, sedang kebahagiaan di hari kelahiran beliau dengan menunjukkan kegembiraan dan mengadakan jamuan makan serta berkumpul untuk berdzikir juga memuliakan orang-orang faqir adalah ekspresi yang paling nampak dalam mewujudkan kebahagiaan serta rasa syukur kepada Alloh atas karunia hidayah-Nya juga atas rohmat berupa diutusnya Rosululloh Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam.
Kesebelas : Maulid Nabi adalah perkara yang dipandang baik oleh para ulama dan juga segenap ummat islam diberbagai belahan dunia, keberadaannya telah terjadi dan berlaku sejak ratusan tahun silam. Maka maulid Nabi adalah perkara yang disyari’atkan berdasar kaedah yang disandarkan pada hadits mauquf Ibnu Mas’ud :
فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ
Maka apa yang dipandang baik oleh Ummat Islam (Ulama mayoritas) maka ia baik di sisi Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh ummat Islam maka ia buruk di sisi Allah. “ (HR, Ahmad dan At Thobroni)
Kedua belas : Dalam peringatan maulid Nabi terkumpul kebaikan-kebaikan berupa shodaqoh, dzikir, memuji dan mengagungkan Nabi dari aspek kenabian, itu semua adalah kebajikan-kebajikan yang dianjurkan dalam syari’at dengan petunjuk umum yang tidak dibatasi cara pelaksanaannya. Dan sungguh banyak atsar-tsar shohih tentang hal itu dan yang mendorong untuk melakukannya.
Ketiga belas : Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah rosul-rosul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman. (QS, Hud : 120)
Dalam ayat di atas Allah menunjukkan hikmah dikisahkannya para rasul kepada Nabi Muhammad untuk meneguhkan hati beliau, maka pada hari ini kita sungguh lebih membutuhkan agar Allah meneguhkan hati kita dengan cara mendengarkan kisah-kisah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam.
Keempat belas : Tidak setiap perkara yang tidak ada pada masa sahabat dan tabi’in berati bid’ah yang sesat, akan tetapi hendaknya perkara tersebut diuji terlebih dahulu dengan dalil-dalil syari’at. Penjelasan tentang hal ini telah kami sampaikan pada Pasal Bid’ah.
Kelima belas : Peringatan maulid Nabi dapat menghidupkan sejarah dan napak tilas beliau shollallohu ‘alaihi wasallam, hal ini bagi kami adalah perkara yang disyari’atkan. Bukankah dalam pelaksanaan ibadah hajji baik rukun, wajib atau sunnah hajji sebagian adalah napak tilas sejarah Nabi Ibrohim ‘alaihis salam dan keluarga beliau dalam mengabdi kepada Allah. Coba anda renungkan perjalanan Sa’i, melempar Jamarot, menyembelih qurban di Mina, dan yang lain.
Oleh Ustadz Abu Hilya
Posts related to Maulid Nabi Ekspresi Kegembiraan atas Kelahiran Nabi Muhammad

Dikutip: Islaminstitute.com
By http://m.facebook.com/elang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar