Minggu, 18 Januari 2015

Tingkatan, Ilmumu, Imanmu, Mengenal ataukah tak mengenalNya?

Tingkatan, Ilmumu, Imanmu, Mengenal ataukah tak mengenalNya?

Kau tak akan bisa berada di atas "genteng" tanpa terlebih dahulu kau memanjat tangga l Berawal kau dari bawah setelah satu persatu tangga yang kau panjat barulah kau akan bisa sampai diatas "genteng" tersebut.

Begitu pula tingkatan imanmu akan semakin bertambah setelah kau melewati beberapa ujian atau dari tahap ke tahap l Dan itu akan merubah sikapmu, saat tingkatan imanmu bertambah dan bertambah.

Tuhan mu Maha Penyayang, tapi apakah kau mengenal sifatNya l Namun saat kau mengenal sifatNya itu, maka dalam jiwamu akan tumbuh sifat penyayang, yang bukan hanya kepada dirimu bahkan juga kepada orang lain.

Tuhanmu maha lembut, hanya saja yang kau tahu hanya sekedar pengetahuan itu l Karena jiwamu belum merasakan betapa lembutnya sifat Tuhan l Setelah kau mengenal sifatNya itu, kau pun bisa memakainya dalam kehidupan sehari-hari.

Tuhan mu maha tahu, maka tak sepantasnya kau belagu sok tahu dihadapanNya l Apalagi sampai mulutmu suka mengkafirkan saudaramu sendiri l Yang tahu sifat Tuhan itu banyak, tapi apakah yang tahu tahu itu mengenalNya?

Semoga masa-masa taubatMu akan mempermudahkanmu dapat mengenalNya l Tingkatan dasar mungkin kau masih suka mengkafirkan l Menganggap buruk tindakan orang lain yang bertentangan denganmu l Bukankah Tuhan mu jauh lebih tahu baik buruknya seseorang?

Tingkatan dasar pun mungkin juga kau masih suka menyalahkan orang lain, apabila pendapat atau yang ada pada diri orang lain itu tak sama denganmu l Mungkin juga kau pun menasehati orang lain dengan marah atau bahkan emosi l Mungkin juga kau pernah memaksa orang untuk berbuat baik l Padahal Tuhan mu tak pernah memaksakan apa yang hambaNya lakukan?

Mungkin juga kau merasa paling benar l Padahal sembah sujudmu dihadapan Tuhan mu itu menjelaskan padamu bahwa manusia tempatnya salah dan dosa l Bukankah yang paling benar itu Tuhan mu, maka tak semestinya kau merasa paling benar apalagi suka menyalah-nyalahi orang lain l Kau mungkin merasa benar menurut dirimu l Tapi belum tentu benar dihadapan Tuhan mu l Kalau kau menganggap dirimu paling benar dan menyalah-nyalahi orang lain serta seolah-olah memaksa mereka untuk mengikuti pendapatmu l Itu artinya pemahamanmu begitu keliru l Dengan demikian kau memahami keimananmu secara memonopolistik l Padahal Tuhan mu yang maha benar saja tak pernah memaksa hambaNya untuk beriman kepadaNya.

Kau pun tahu bahwa Tuhan mu maha benar, tapi kau belum tentu mengenalNya l Kau tahu Tuhan mu maha penyayang, tapi kau pun belum tentu mengenalNya l Jadi selama ini, apakah kau hanya tahu sifatNya tapi sejatinya belum mengenalNya? l Kau pun tahu Tuhan mu maha lembut, tapi kenapa kau mengajak saudaramu dengan cara memaksa, agar dia mau dijalanNya

Kenapa kau sampaikan agamamu dengan egomu? Mengaku berjuang dengan mengatasnamakanNya, tapi caramu sangat sangat keliru. Apalagi kau suka menyalah-nyalahi mereka, dan kau pun merasa paling benar. Kau pun mengatakan berjuang dijalanNya, padahal kau pun belum mengenalNya, tapi tingkahmu seolah-olah mengenalNya l Mungkin kau bisa juga mengatakan kau mengenalNya, tapi belum tentu Tuhan mu mengenalmu.

Kawan, kau, mereka dan kita sebenarnya sama, karena diciptakan oleh Tuhan yang sama. Bukankah kau meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusanNya? Padahal kau tahu Allah maha lembut dan kasih, tapi kenapa meski marah-marah dan emosi mengajak orang lain untuk berada dijalanNya? Padahal kau pun tahu, nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak, tapi kenapa kau sampaikan agamu tanpa akhlak? Jadi, yang meningkat itu ilmumu ataukah imanmu?? Kau anggap apa saudaramu, sampai-sampai kau menganggapnya buruk. Bukankah saudaramu itu dicipatakan oleh dzat yang Maha Mulia?

Sadarkah kau ? I Kau katakan 'Syirik' kepada saudaramu dan kau pun mengatakan syirik adalah dosa paling besar l Tapi tahukah kamu? I  Sikapmu yang merasa paling benar dengan mengajak mereka memaksa adalah mensekutukanNya I Dengan mempertuhankan diri sendiri I Dengan memutlakkan kebenaran sendiri I Jadi, selama ini kau hanya mengaku mengenalNya sedangkan kau merebut jabatanNya?

Penulis: Elang
Sendang, 08-Januari-2015
04:05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar