Senin, 26 Mei 2014

Habib Saggaf Pejuang Toleransi

Ahlannawawi: ~ "Habib Saggaf Pejuang Toleransi"
Setelah didera penyakitnya selama hampir tiga minggu, akhirnya Habib Saggaf bin Mahdi meninggal dunia pada Jum'at (12/11) pukul 09.15. Almarhum merupakan pimpinan pondok pesantren al-‘Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor, Jawa Barat. Saat ini pesantren yang berdiri sejak tahun 1998 silam memiliki jumlah sekitar 19 ribu santri laki-laki dan perempuan.


Ketika dihubungi via telepon, Iman salah seorang santri membenarkan kalau sang ‘ayahanda'-sebutan akrab para santri untuk Habib Saggaf-meninggal akibat sakit. "ya, benar.


Habib sakit selama hampir tiga minggu di rumah sakit," katanya Senin (15/11) siang.
Di muka website resmi pondok pesantren ini, www.nuruliman.or.id juga terpampang berita duka atas wafatnya sang Habib. "Telah berpulang ke Rahmatullah Guru kami/Ayahanda Kami Sayyiduna Syekh Al Arif Billah Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim Pada Hari Jum'at, 12 November 2010 M / 5 Dzhulhijjah 1431 H Pada Pukul 09.15 WIB,".


Banyak pihak merasa kehilangan atas wafatnya almarhum. Masih tampak pada Sabtu (13/11) malam, berjejer puluhan karangan bunga ungkapan duka cita dari berbagai tokoh masyarakat, pengusaha, pejabat militer, maupun lembaga masyarakat. Tampak pula diantaranya, karangan bunga ucapan bela sungkawa dari keluarga KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).


Habib yang selalu identik dengan sorban di kepalanya ini memang dekat dengan almarhum KH. Abdurrahman wahid. Dalam sebuah kesempatan wawancara eksklusif dengan almarhum pada pertengahan Ramadhan 1431 H (3/9/2010) lalu, dirinya berkisah kepada Wiwit Rf dan Alamsyah M. Dja'far dari Wahid Institute mengenai banyak hal, mulai dari awal mula merintis pesantren di Desa Warujaya, Parung, Bogor, termasuk kisah kedekatannya dengan mantan presiden KH. Abdurrahman Wahid.


Menurut ceritanya, sekira tahun 2006 Gus Dur divonis mengalami gangguan ginjal sehingga harus menjalani cuci darah secara rutin. Pada kali pertama menjalani cuci darah keluarga sempat menjemput Habib Saggaf di Parung demi membujuk Gus Dur yang ‘bandel' tak mau menjalani cuci darah. "Habib, saya minta tolong untuk menasehati Gus Dur," kata Habib Saggaf menirukan permohonan Yenny Wahid, putri kedua Gus Dur. Permintaan tersebut diamini Habib. Ia lalu datang ke rumah Gus Dur di Ciganjur. Anehnya, belum sempat mengutarakan niatnya membujuk, Gus Dur malah sudah tahu kalau salah satu misi Habib adalah membujuk dirinya agar mau cuci darah. Tapi bujukan Habib akhirnya berhasil. Gus Dur pun mau menjalani cuci darah.


Habib yang akrab disapa Habib Parung oleh Gus Dur ini mulai dekat menjelang Muktamar PKB di pesantrennya. Bahkan ketika terjadi konflik internal PKB, Gus Dur sempat meminta saran pendapat Habib Parung, perihal perlu tidaknya PKB di bubarkan. Habib yang sempat berguru ke Masjid Sayyidina Abbas di Aljazair dan I'tikaf di Makkah selama lima tahun itu menyarankan ke Gus Dur saat itu untuk jangan membubarkan PKB.


Habib Parung juga dikenal dekat dengan kalangan non muslim, bahkan tak segan-segan untuk menerima sumbangan dari mereka. Sebuah bangunan di depan masjid besar di pesantrennya (Dojo Taekwondo) seluas 200 meter merupakan sumbangan dari pengusaha Korea Selatan, Park Young Soo. Kemudian gedung dua lantai, dengan 24 ruang kelas, 32 kamar mandi dan 20 toilet yang menjadi kegiatan pendidikan tsanawiyah, aliyah dan Universitas Habib Saggaf, merupakan sumbagan dari  Yayasan Buddha Tzu Chi.


Komitmennya yang tinggi pada penghargaan hak-hak orang lain ini semakin meneguhkan Habib Parung dalam menanamkan toleransi antar pemeluk agama di negeri ini. Karenanya, ia menyayangkan aksi kekerasan sekelompok orang dengan mencatut Islam. "Akibatnya Islam dipandang salah. Orang Islam dianggap 'tukang makan orang'," ujarnya kepada Gamal Ferdhi dan Ahmad Suaedy, dalam suplemen Majalah Gatra, 12 Juli 2006.


Selain itu, kata Habib Saggaf, rusaknya citra Islam juga karena ajaran Islam disalahpahami. "Itu, orang-orang yang ngaku mujahid. Mujahid apa itu, berontak di negara orang. Mereka bikin kacau Indonesia. Kalau saya presiden, saya usir mereka. Saya tangkap dan saya suruh tinggal di Arab. Jadi, jika kita ingin memperbaiki, jangan yang sudah rusak dirusak lagi. Itu baru mujahid," himbaunya.


Kini Habib Parung itu telah pergi. Almarhum dimakamkan di samping masjid pondok pesantren al-'Ashriyyah Nurul Iman. Mewakili keluarga almarhum Gus Dur, Yenny Zannuba Wahid ditemani adik kandungnya Inayah Wahid turut menghadiri doa dan tahlil bersama dengan ribuan santri di kediaman almarhum, Sabtu (13/11) malam. Siang sebelumnya, mantan ibu negara Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid juga tampak hadir melakukan takziah. Sebelum meninggalkan tempat, Yenny dan Inayah serta Sinta Nuriyah menyempatkan diri mengunjungi makam Habib Saggaf yang terletak di samping masjid pondok pesantren. (wrf)


Editing Posts: (elang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar