Ahlannawawi:~"PCINU Yaman Terbitkan Buku “Hadhramaut Corner�"
Tarim, Upaya melestarikan manhaj serta pemikiran salafus sholeh agaknya tak cukup dengan menggelindingkan wacana mereka di forum-forum kajian serta diskusi.
Salah satu langkah yang kongkret adalah dengan menuangkannya dalam bentuk buku. Menyadari hal itu, memasuki tahun baru masehi 2013, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama’ (PCINU) Yaman menerbitkan buku berjudul “Hadhramaut Corner”. Selain sebagai aplikasi nyata dalam ranah dakwah bil qolam, kehadiran buku setebal 239 halaman tersebut – sebagaimana bisa diketahui dari judulnya – juga merupakan upaya kristalisasi ide dan pemikiran ulama di negeri Hadhramaut, Yaman.
Buku yang ditulis oleh M. Khotibul Umam, mantan wakil rais syuriyah PCINU Yaman periode 2010-2012 yang baru saja menyelesaikan studi S1 di Fakultas Syariah, Universitas Al-Ahgaff Tarim ini, merupakan kumpulan essai tetapnya dalam rubrik Tadarus Ramadhan di situs berita www.okezone.com selama 3 tahun berturut-turut, mulai 1431 hingga 1433 Hijriah.
Umam, demikian ia akrab disapa, menjadi penulis tetap kolom Tadarus Ramadhan di okezone, di tengah-tengah kesibukannya menjalani aktivitas kemahasiswaan.
“Buku ini saya dedikasikan untuk para segenap pelajar, warga Nahdliyyin, dan seluruh umat Islam, serta masyarakat Indonesia secara umum,” ujar pemuda asal Sampang, Madura tersebut saat acara launching buku, Jumat (04/01) di salah satu ruang paralel Universitas Al-Ahgaff, Tarim.
Hadhramaut Corner sendiri merupakan terjemahan dari bahasa Arab : Zawiyah Hadhramaut. Zawiyah – yang berarti pojok – merupakan istilah yang digunakan masyarakat Kota Tarim, Hadhramaut untuk menunjukkan arti sebuah tempat khusus di pojok masjid yang dijadikan tempat menggelar aktivitas keilmuan.
Melalui keberadaan zawiyah-zawiyah inilah, selama berabad-abad, masjid – masjid di Tarim tak hanya berfungsi sebagai pusat ibadah semata. Melainkan mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam pembentukan keilmuan umat. Di tempat tersebut, para masyayikh membacakan kitab keislaman kepada masyarakat. Diantara sekian banyak zawiyah yang masih eksis dan konsisten hingga kini, adalah zawiyah Masjid Syekh Ali, yang diasuh oleh Habib Abdullah bin Syihab ; zawiyah tua yang menjadi salah satu sumber inspirasi penulisan buku Hadhramaut Corner. Salah satu kitab rujukan kajiannya, adalah an-Nashoih ad-Diniyah karya Imam Abdullah bin Alwy al-Haddad(w. 1132 H.)
“Sebagian besar isi buku ini terinspirasi dari nasehat serta petuah para habaib Kota Tarim di beberapa zawiyah yang konsisten saya ikuti,” papar penulis bernama pena Umamel Samfanie.
Bagi alumnus pesantren Lirboyo Kediri tersebut, ide-ide serta pemikiran sejumlah Masyayikh Hadhramaut, diantaranya; Habib Abdullah bin Syihab, Habib Salim al-Syathiri, Habib Ali al-Masyhur, dan Habib Umar bin Hafidz, sangat patut diapresiasi dan diwacanakan di Indonesia. Khususnya, terkait metodologi dakwah yang menekankan nilai kecintaan dan perdamaiandalam mempresentasikan ajaran Islam, sebagaimana yang dibawa oleh para Walisongo di Nusantara. Hal itu bisa dilihat dari salah satu esai yang berjudul “Luthfan la ‘Unfan : Lemah Lembut, Bukan Ganas Beringas”.
“Buku ini sengaja ditulis dengan gaya essai ringan, agar bisa lebih mengena kepada pembaca,” papar Umam yang akan segera bertolak ke tanah air dalam waktu dekat.
Sementara itu, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTNU) PCINU Yaman, M. Shofwan Jauhari, berharap besar agar kehadiran buku Hadhramaut Corner ini menjadi awal yang baik untuk geliat kepenulisan dan penerbitan lembaga yang ia bawahi.
“Ini menjadi motivasi besar untuk kawan-kawan LTNU !” ungkapnya saat diwawancara. Mahasiswa Al-Ahgaff tingkat akhir, asal Sidoarjo itu menambahkan, bahwa selain penulisan buku, LTNU juga akan fokus ke aktivitas penerjemahan. Insya Allah, dalam waktu dekat, Hadhramaut Corner akan dicetak oleh sebuah penerbit di Indonesia.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Dzul Fahmi
By NU Online
Terbitan: (Rabu, 09/01/2013 19:17)
Editing Posts: (elang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar