Ternyata '40 Hari' Bukan Budaya Hindu - Buddha
Ellangbass...
Selama ini segelintir umat Islam selalu saja mengindentikkan angka 7 hari dan 40 hari kematian dengan ajaran Hindu maupun Budha di Indonesia, meskipun telah banyak data-data sejarah / fakta didalam kitab-kitab ulama bahwa kebiasaan tersebut telah berlangsung sejak lama dan tidak hanya di Indonesia. Bahkan sampai sekarang pun, di Maroko misalnya, yang tidak pernah ada jejak Hindu, melaksanakan kegiatan seperti kebiasaan umat Islam di Indonesia.
Angka 40 hari kematian, ternyata angka yang istimewa karena ternyata sejak masa manusia pertama yaitu Nabi Adam dan Sayyidah Hawa' sudah ada. Didalam kitab Simtu al-Nujum, dikatakan bahwa Sayyidah Hawa (Siti Hawa) berada di tempat makam Nabi Adam selama 40 hari tanpa makan dan minum.
وَأَمَّا حَوَّاءُ: فَعَنْ وَهْبٍ: أَنَّهَا لَمْ تَعْرِفْ بِمَوْتِ آدَمَ حَتَّى سَمِعَتْ بُكَاءَ الْوُحُوْشِ وَالطَّيْرِ، فَقَامَتْ فَزِعَةً وَصَاحَتْ صَيْحَةً شَدِيْدَةً، فَأَقْبَلَ إِلَيْهَا جِبْرِيْلُ وَصَبَّرَهَا؛ فَلَمْ تَصْبِرْ دُوْنَ أَنْ لَطَمَتْ وَجْهَهَا وَدَقَّتْ صَدْرَهَا، فَوَرَثَ ذَلِكَ بَنَاتُهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. ثُمَّ إِنَّهَا لَزِمَتْ قَبْرَ آدَمَ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً لَا تُطْعِمُ الزَّادَ وَلَا الرَّقَادَ، فَأَخْبَرَهَا جِبْرِيْلُ بِاقْتِرَابِ أَجَلِهَا. فَشَهَقَتْ شَهْقَةً عَظِيْمَةً وَمَرِضَتْ مَرْضاً شَدِيْداً، وَهَبَطَ مَلَكُ الْمَوْتِ فَسَقَاهَا شَرَابَ الْمَوْتِ، فَفَارَقَتِ الدُّنْيَا. (سمط النجوم العوالي في أنباء الأوائل والتوالي للعصامي - ج 1 / ص 28)
“Sedangkan Hawa’, diriwayatkan dari Wahab (bin Munabbi) bahwa Hawa’ tidak mengetahui wafatnya Nabi Adam, hingga ia mendengat tangisan hewan dan burung. Lalu ia berdiri dan menjerit. Jibril mendatanginya dan memintanya bersabar, namun ia tidak bersabar, tanpa memukul wajahnya dan memukul dada. Maka hal itu diwarisi oleh para wanita hingga hari kiamat. Kemudian Hawa’ berada di makam Adam selama 40 hari, tanpa makan dan minum. Jibril memberi kabar kepadanya akan dekatnya ajal Hawa’. Ia histeris, lalu sakit parah. Malaikat maut turun dan memberinya minuman kematian, lalu ia berpisah dengan dunia” (al-Ishami, Simtu an-Nujum al-Awali, 1/27)
Ulama Shafadiyah (Turki) juga pernah mengatakan terkait kebiasaan 40 hari kematian dimana mereka melakukan khataman al-Qur'an, bacaaan dzikir dan shadaqah selama 40 hari.
وَمَشَى أَمَامَهُ الْمَشَايِخُ وَالْعُلَمَاءُ وَالْأُمَرَاءُ وَجَمِيْعُ اْلأَحْزَابِ وَالْأَوْرَادِ وَأَوْلَادُ الْمَكَاتِبِ وَأَمَامَ نَعْشِهِ مَجَامِرُ الْعَنْبَرِ وَالْعُوْدِ سِتْراً عَلَى رِيْحَتِهِ وَنَتْنِهِ حَتَّى وَصَلُوْا بِهِ إِلَى مَدْفَنِهِ وَعَمِلُوْا عِنْدَهُ لَيَالٍ وَخَتْمَاتٍ وَقِرَاآتٍ وَصَدَقَاتٍ عِدَّةَ لَيَالٍ وَأَيَّامٍ نَحْوَ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً (سلك الدرر في أعيان القرن الثاني عشر للمرادي - (ج 1 / ص 496) وعجائب الآثار للجبرتي - (ج 1 / ص 242)
“Mereka yang berjalan di depan janazah Umar adz-Dzahir adalah para ulama, umara’, semua anggota hizib dan wirid, dan anak-anak sekolah. Dei depan kerandanya dibakar kayu garu untuk menutupi baunya, hingga sampai di pemakaman. Selama beberapa malam mereka melakukan khataman, bacaan dan sedekah, sekitar 40 hari” (al-Muradi, Silku ad-Durar 1/496, dan al-Jabrati, Ajaib al-Atar, 1/242)
Ini merupakan data / fakta sejarah bahwa kebiasaan 40 hari juga ada di negara-negara lain.
Oleh : Ustadz Muhammad Ma'ruf Khozin(tanpa prolog)
By http://m.facebook.com/elang
Dikutip: http://www.muslimedianews.com/2014/05/ternyata-40-hari-bukan-budaya-hindu.html?m=1
Terbitan: Monday, 12 May 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar