Rabu, 11 Juni 2014

Warga Jemurwonosari Surabaya Jaga Tradisi Ziarah Wali

Warga Jemurwonosari Surabaya Jaga Tradisi Ziarah Wali

Ahlannawawi: ~ Surabaya, Hasil survei Alvara Research Center yang dirilis NU Online (5/6/14) “Mayoritas muslim kota mengaku Nahdliyin dan mempraktikkan ritual keagamaan seperti tahlilan 81,5%, Mauludan 89,2%, qunut subuh 77,3%. Namun untuk ziarah kubur hanya 48,7% yang mengaku menjalankannya,”.

Tradisi Nahdliyin yang terakhir khusus kota Surabaya bisa jadi tidak hanya 48,7%. Hal ini bisa dilihat di daerah Kelurahan Jemurwonosari Surabaya, di sana hampir mayoritas Nahdliyin sering melakukan ziarah ke makam para wali, apalagi di Surabaya ada makam wali terkenal, Sunan Ampel dan Sunan Bungkul. Seperti pengakuan Hartono warga Jemurwonosori yang sudah sering melakukan ziarah makam para wali, bahkan juga pernah menjadi ketua rombongan.

“Yang lebih istimewa kegiatan ziarah makam wali yang baru saja dilakukan 6-8 Juni lalu, disamping ziarah ke makam para wali mulai dari Surabaya sampai Kudus, kami berjumlah 60 orang juga ziarah ke makan para ulama/kiai dan study religi di beberapa pondok pesantren,” ungkap Hartono.

Tradisi seperti ini kata peserta ziarah Sampurno, hati ini terasa sejuk yang tidak hanya dirasakan saat ziarah saja, tapi juga saat study religi di pesantren. Di antaranya saat di Pesantren “Raudlatut Thullab” Wonosari Tempuran Magelang, Pesantren Putri “Al-Hidayat” Salaman Magelang dan Pesantren “Sunan Pandanaran” Sleman Yogyakarta. Di samping bisa ziarah ke makam pendiri pesantren, juga bisa sowan ke pengasuhnya yang meneruskan kepemimipan pesantren sekaligus bisa bertatap muka dan mendengarkan taushiyahnya yang berisi informasi kepesantrenan dan ilmu agama.

“Di sini juga bisa melihat langsung wajah-wajah kiai, ibu nyai, para santri yang penuh optimis, ramah-ramah dan hormat kepada para tamu,” katanya.

Tradisi ziarah seperti ini memang baru kali ini dilakukan. Itupun setelah jamaah yasin tahlil ”Al-Islah” yang kami ikuti menjadi ”Jam’iyyah” Al-Islah. Artinya setelah terbentuk kepengurusan mulai dari pelindung, penasehat, ketua, sekretaris, bendahara dan pengurus-pengurus lain sesuai kebutuhan. Sehingga program kegiatannya benar-benar terencana dan bisa dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk peningkatan amal ibadah maupun kebersamaan antarwarga/tetangga.

Program kegiatan Jam’iyyah Al-Islah, kata Ketua Jam’iyyah Didik Pramono, di antaranya kegiatan pokok Yasinan dan Tahlilan secara bergiliran di rumah-rumah para anggota setiap setengah bulan sekali pada hari Jum’at malam Sabtu, kajian agama atau majelis ta’lim yang diadakan juga setengah bulan sekali pada hari Jum’at malam Sabtu, istighotsah bersama setiap dua bulan sekali, Kegiatan PHBI atau Peringatan Hari-hari Besar Islam, memberikan santunan semampu dan secukupnya terhadap jamaah yang jatuh sakit atau meninggal dunia, dan Kegiatan ziarah para wali dan ulama serta study religi ke beberapa pondok pesantren. (ma’ruf asrori/mukafi niam)

Sumber: http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,52609-lang,id-c,daerah-t,Warga+Jemurwonosari+Surabaya+Jaga+Tradisi+Ziarah+Wali-.phpx
(Rabu, 11/06/2014 11:05)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar